Aku, Bita, dan SIM

Minggu, 08 Juni 2014

Pagi itu aku berniat pergi ke stasiun Bekasi untuk menukar tiket kereta yang ku beli di PadiTrain. Sebenarnya hari Minggu adalah hari yang tepat untuk melepas penat dengan berguling-gulingan di kosan setelah seminggu bekerja. Namun, karena Sabtu aku masuk sampai jam 16.00 dan dilanjutkan pergi karaokean, maka jadilah Minggu aku kesana.

Perjalanan pagi itu lancar. Tak macet seperti biasanya. Dan sungguh yang membuat hati DEG adalah ketika banyak ku lihat polisi bertebaran di jalan raya menghentikan para penggendara motor. 

Ini pengalaman pertamaku dengan polisi. 

Di awal perjalananku (berangkat menuju stasiun) aku melihat polisi melambai-lambaikan tangannya. Aku tak bisa membedakan apakah sang polisi sedang menyuruhku merapat/menepi atau justru mempersilahkanku untuk jalan terus.

Ah, daripada cari masalah, mending aku menepi. Eh, ternyata aku di-kacang-in. Ya udah deh, aku langsung cuzz kabur. 

Sesampainya di stasiun, ku lihat banyak orang yang mengantri. Rupanya mereka di loket KRL. Sementara itu, loket penukaran tiket begitu sepi. Padahal terakhir kali aku kesana untuk menukar tiket, antrinya panjang luar biasa.

Well, tak ada 10 menit aku menukarnya. Aku pun segera kembali, menghampiri Bita di parkiran, pulang.

Di perjalananku pulang, aku masih melihat banyak polisi beroperasi. Dan kali ini aku benar-benar di suruh berhenti.

"Suratnya mana Dek?"

Ku keluarkanlah STNK.

"SIM?"

Ku keluarkanlah SIM.

"Oke. Makasih ya?"

Horrrrreee.... senengnya yah punya SIM. Mau pergi kemana aja bebas tanpa harus takut ditilang polisi. Eh, tapi surat-surat yang lain harus lengkap juga dong ya.. Dan patuhi peraturan lalu lintas. Helm misalnya. Kadang heran dengan orang yang membawa helm, bukannya memakainya. Helm kan dipakai di kepala, kenapa sering kali ku lihat orang mengkalungkannya di tangan. Ckckckc...