Galau - Air Mata
Senyuman-senyuman itu kini agaknya malu tuk diperlihatkan.
Air mata itu justru yang menggantikannya. Ada apa dengan semua ini. Aku
berhenti sebentar, mencoba mengerti keadaan. Cukup lama ku memikirkan, namun
tetap saja tak ku mengerti.
Air mata. Mengapa kau
keluar begitu sia-sia. Buat apa kau keluar tanpa alasan yang jelas. Hah,
bisa-bisa aku dihujat seseorang, puluhan orang, hingga ratusan jika kalimat itu
terlontar begitu saja di hadapan mereka. Ya. Ya. Ya. Saya tahu saya belum
pernah merasakannya dan saya tidak boleh sok tahu, itu kan maksud Anda?
Seperti yang ku katakan, aku tidak mengerti. Namun, aku
hanya mencoba berpikir realistis, terlepas dari hujatan yang akan ku terima.
Jika kita berperan sebagai air mata, maukah kita keluar sia-sia? Keluar bukan
pada saat yang tepat? Terbuang tanpa meninggalkan makna yang mendalam.
Akan tetapi, semua itu hanya bersifat teori. Prakteknya
mereka lah yang lebih memahami karena untuk kesekian kali, merekalah yang
dihujani air mata itu. Bukan aku, aku yang hanya bisa berharap.
Jika kau anggap ini bukanlah suatu permainan, maka aku pun menganggap demikian. Bedanya, aku menunggu saat yang tepat agar nantinya apabila aku memang harus mengeluarkan air mata, air mata itu tidak akan keluar sia-sia
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^