Menjadi Istri yang Baik
Masih teringat jelas dalam ingatanku ketika aku mengikuti bedah buku yang dibawakan oleh Ustad Felix Y. Siaw. Di tengah bahasannya tentang kebiasaan / habits, Ustad Felix menyisipkan kisah kehidupan rumah tangganya.
Sebelum Ustad Felix menikah, beliau 'memaksa' calon istrinya untuk menghapalkan sebuah hadist.
...jika ia menyakiti suaminya atau disakiti, ia segera datang hingga berada di pelukan suaminya, kemudian berkata, “Demi Allah, aku tidak bisa memejamkan mata hingga engkau meridhaiku.
Menjadi istri yang baik memang tidaklah mudah. Saat di posisi 'disakiti' pun, kita sebagai istri haruslah mendapat ridha dari suami. Namun, sebagai seorang muslimah, tentu kita akan terus belajar dan belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, menjadi istri yang lebih disayang suami.
***
Saat ini aku belum menikah. Target masih jauh di depan mata. Namun, perlahan-lahan aku sudah mulai memikirkan, apa yang akan ku lakukan agar aku bisa menjadi istri yang baik bagi suamiku kelak?
Di tengah hiruk pikuk suasana kantor, terkadang aku merenung. Aku sangat terkesima dengan rekan-rekan kantorku, para pria lajang, yang semangat membahas rencana ke depan. Meski mereka terlihat nggak jelas, bercanda kelewat batas, mereka tetaplah memikirkan masa depan. Mereka sering kali membahas mau-beli-rumah-dimana, nabung-buat-nyicil-rumah, kalau-nikah, istri mau dikasih makan apa, dan sebagainya. Para pria itu bekerja dengan memikirkan hal-hal tersebut. Pun demikian dengan bapak-bapak yang sudah memiliki anak. Biaya buat sekolah, biaya buat istri, dan sebagainya. Mereka bekerja keras demi menghidupi orang-orang yang mereka kasihi.
Melihat itu semua, aku hanya berpikir,'Saat ini aku bekerja hanya untuk kebutuhan pribadiku. Buat beli ini itu, buat jalan-jalan, dan hal-hal menyenangkan lainnya.' Sementara mereka, meski belum terikat pernikahan, sudah memikirkan hal-hal yang bisa membuat wanita yang kelak menjadi istrinya bahagia.
Selain itu, (saat ini) sebagai wanita yang bekerja, aku bisa merasakan bagaimana atmosfir dari dunia kerja. Tak hanya lelah fisik, namun juga lelah pikiran.
Dengan melihat keadaan di atas, semua lelaki yang sudah beristri pasti menginginkan wanita kesayangannya hadir untuk melayaninya. Lelah pulang kerja disambut dengan senyuman manis sang istri, secangkir teh hangat dan sedikit pijatan di pundak mungkin bisa mengurangi beban sang suami.
***
Salah satu hal yang bisa mencerminkan kita sebagai istri yang baik yaitu Penurut, bukan Penuntut. Hargailah hasil kerja keras suami. Apapun pekerjaan dia, seberapapun recehan yang dia bawa pulang ke rumah, sambutlah dia dengan senyuman. Dukunglah dia, beri semangat ketika dia mulai terlihat lelah.
Mungkin sekarang ini, semua serba mahal. Namun, hal tersebut bukan menjadi alasan bagi kita untuk menuntut suami. Jadilah istri yang penurut. Ketika sang suami meminta kita untuk bersabar jika rejeki belum datang, maka bersabarlah. Dalam hati dan pikirannya, pasti dia sudah merencanakan hal-hal hebat untuk keluarganya.
***
Ahh... aku memang belum punya pengalaman menjadi seorang istri. Namun, kini aku tengah belajar, agar kelak seseorang yang menjadi pendamping hidupku dapat memberikan ridhonya untukku dan dapat bersama-sama membangun rumah megah nan indah di surga.
***
ehm ,,, calon istri yang baik nih ,,, :D
ReplyDeleteahihihi... aamiin :)
ReplyDeleteTerima kasih ya sudah ikutan GA kami. Mohon bersabar menunggu pengumumannya :)
ReplyDelete