Skenario Terbaik untuk Si Mac
Selalu ada alasan terbaik kenapa sesuatu itu terjadi, meski itu menyakitkan, membuat sesak dan menangis.Kita boleh jadi tidak paham kenapa itu harus terjadi, kita juga mungkin tidak terima, tapi Tuhan selalu punya skenario terbaiknya.Jadi, jalanilah dengan tulus. Besok lusa, semoga kita bisa melihatnya, dan tersenyum lapang.
Quote dari Tere Liye di atas selalu ingin ku tanamkan baik-baik di kehidupanku. Apalagi untuk masalah yang ku hadapi saat ini, aku selalu berpikir "kenapa sih ini bisa terjadi?"
24 Januari 2017 kemarin aku melakukan jual beli di OLX dimana aku posisinya sebagai penjual. Segala kekhawatiranku mengenai transaksi COD untuk barang elektronik pun luntur karena semuanya berjalan lancar. Aku senang, pembeli happy.
Akan tetapi, seminggu kemudian, tepatnya 1 Februari 2017, ternyata pembeli itu menghubungiku kembali. Rupanya, Macbook yang dia beli dariku mengalami kerusakan. Ada horizontal line dari kiri ke kanan di screennya. Pembeli itu tidak marah atau apa. Dia hanya minta tolong dikirimkan invoice pembelian Macbook. Sebenarnya, sedari awal si pembeli tahu kalau Macbook itu adalah grandprize dari kantor dan aku pun sudah menginfokan kemungkinan tidak ada masa garansinya. Namun, jika sudah kejadian begini, kita harus berusaha untuk memperjuangkannya bukan? Salah satunya dengan melaporkan ke pihak Apple dan dari pihak Apple sebenarnya bisa saja membantu dengan catatan harus ada invoice pembelian karena kemungkinan garansi sudah didaftarkan dari toko.
Mendapati permintaan dari si pembeli, akupun segera menghubungi ketua panitia acara Employee Day (aku mendapatkan grandprize dari acara tersebut). Aku meminta bantuannya untuk mencarikan invoice pembeliannya. Dia bilang, invoice itu masih ada, tetapi di Head Office (HO). Dia berjanji untuk membantuku besok tanggal 2 Februari 2017 karena kebetulan dia akan ke HO. Sayangnya dia terlalu sibuk hingga belum sempat untuk menanyakan ke yang bersangkutan.
Aku pun menghubungi salah satu teman yang ada di HO. Aku menjelaskan kondisinya dan dia pun paham apa yang terjadi. Keesokan harinya, 3 Februari 2017, dia lantas menanyakan hal ini ke panitia dan kabar buruk pun aku terima. Info dari temanku; Macbook itu adalah asset dari salah satu department yang kemungkinan belinya sudah lama. Kalaupun invoicenya masih ada, pasti sudah digudangkan karena sudah proses bon putih.
Aku pun menginformasikan kepada si pembeli kondisinya seperti apa. Ada perasaan tak enak dan rasa bersalahku padanya. Apalagi sejak tanggal 1 dia selalu menghubungiku, menanyakan apakah sudah ada invoicenya. Selama 3 hari rasanya aku seperti orang yang ditagih hutang. Beruntungnya si pembeli ini tak memakai emosi sehingga aku pun sebisa mungkin membantunya.
"Hallo pagi Mba. Mba gak marah kan klo saya chat. Wkwkw." Pesan dari si pembeli di hari ketiga sebelum aku memberitahukan kebenarannya.
Meski aku tak marah, ada semacam rasa kesal dan ingin teriak "Sabar ya Mas. Ini aku juga lagi usahain. Kalau sudah ada pasti aku kabarin kok."
Sembari menahan rasa kesal itu, aku berpikir 'Kenapa sih harus terjadi seperti ini? Itu Macbook baru kebeli seminggu yang lalu lho? Dan baru dipakai juga oleh pembelinya. Kenapa sudah rusak?'
Aku pun mencoba menenangkan diri dengan quote diatas. Pasti ada alasan kenapa semua ini terjadi. Walau sekarang tak nampak apa alasan itu, tetapi aku yakin sesuatu yang lain telah terjadi akibat kejadian ini.
Merasa bersalah dengan kejadian ini (padahal bukan salahku juga), aku pun menawarkan dua pilihan kepada si pembeli;
1. Aku akan melakukan buyback
2. Aku akan memberikan subsidi biaya service maksimal 2 juta
Atas tawaranku dia merasa galau. "Kok baik bgt sih mbak? Sampe bingung saya.." demikian katanya. Dia pun meminta waktu sejenak untuk berpikir.
Entah mengapa aku bisa memberikan 2 opsi diatas. Temanku juga bilang "Jangan mau lah kalau kamu beli lagi dari dia. Itu kan bukan kesalahan kamu. Kamu juga tak tahu bagaimana dia dalam penggunaannya kan?"
Well, aku tahu itu. Tapi aku tipe orang yang tidak bisa mengecewakan orang lain. Terserah jika orang lain tak menyukaiku, entah itu karena penampilanku, karena kebiasaanku, karena apapun yang dia lihat dariku. Terserah, aku tak peduli itu. Tapi satu hal, aku tak bisa untuk tidak peduli pada mereka yang kecewa dan menjadi sedih karenaku. Itu sangat mengganggu pikiranku.
Misalnya begini, aku pergi dengan temanku dengan apa adanya aku, pakai kaos biasa dandan ala kadarnya. Aku tak akan masalah ketika temanku mengomentari penampilanku. Akan tetapi, ketika penampilanku itu membuatnya malu di depan teman-teman, dijauhi orang lain, bahkan dia kehilangan kesempatan berharganya, disitulah aku merasa sedih dan bersalah.
Begitu pula dengan kasus ini. Meski aku baru mengenal si pembeli ini, aku tak ingin membuat dia kecewa dan merasa rugi. Dia baru pakai seminggu dan sudah ada cacat. Biaya perbaikannya pun hampir 90% dari harga dia beli. Aku tak tega.
Sore hari si pembeli kembali menghubungiku. Dia memutuskan untuk melakukan buyback saja. Dia mengatakan bahwa sejujurnya dia merasa nggak enak. Dan dengan dia mengatakan itu, aku justru semakin tak masalah jika Macbook itu aku beli darinya. Aku malah yang merasa nggak enak ketika dia bilang "Tapi ini mba untung sih, saya udah installin ms office, original, 850rb mba."
"Duh." Dalam hatiku. Sejujurnya tak ada yang menginginkan hal ini terjadi. Kami sudah deal untuk melakukan jual beli, ternyata malah ujungnya seperti ini. Aku pun mencoba berbaik sangka, 'mungkin Macbook ini memang berjodoh denganku. Aku yang seharusnya memakainya, bukan orang lain.'
Akhirnya, kami pun berjanjian untuk melakukan transaksi, tapi kali ini aku sebagai pembeli.
4 Februari 2017 kami bertemu di tempat yang sama, saat dulu melakukan transaksi. Dia sudah menungguku. Kali ini ia ditemani oleh kakaknya.
Aku menyapa mereka dan ngobrol sebentar tentang awal mula kejadian horizontal line. Dari pembicaraan kami, aku tahu dia sangat tidak ingin mengapa hari ini harus terjadi. Dia sudah menghubungi Apple Care, menghubungi Service Advisor dari Australia, sudah datang ke i-Box Menteng. Dia benar-benar mengusahakan bagaimana caranya agar bisa diperbaiki. Aku jadi semakin merasa bersalah. Pun dengan dirinya.
"Padahal baru mau saya namain lho Mbak."
Aku jadi sedih mendengar dia berkata seperti itu.
Sebagai permintaan maaf, dia pun memberikanku hadiah kabel HDMI yang biasa dia gunakan untuk menghubungkan Macbook ini ke layar infokus. Namun, aku menolaknya. Barang itu lebih bermanfaat untuknya yang sering melakukan presentasi dalam kerjaannya.
Kami kembali bertransaksi. Dia memberikan Macbook yang dulu ku serahkan padanya dan aku pun mentransfer sejumlah uang senilai yang aku terima waktu itu.
Aku tak tahu siapa yang untung dan rugi dalam kejadian ini. Hanya saja, disini aku melihat bagaimana kebesaran Alloh dalam mengatur segala sesuatunya, bahwasanya ketika Dia sudah berkehendak, maka hal yang kita pikir tidak akan terjadi, ternyata sangat mudah bagi Alloh untuk membuatnya terjadi. Inilah yang disebut skenario terbaik Tuhan.
Then, I will wait and see the other.
[GAK PENTING!!!] Postingan ini ditulis dengan menggunakan Macbook yang baru saja di-buyback. Lumayan cupu saat melihat tampilan menu di layar dan sempat bingung bagaimana caranya copy-paste karena tombol control tak berfungsi. Pakainya tombol command, guys >.<
Aku mauuu MAC book mama ,, ko ga cerita,,, aku nyari second di SIN 7 - 9 jtan hiks... kalau baru beli di INDO kan mahal yak... hehehe
ReplyDelete