Dia yang Tak Jelas
Aku tak tahu apa arti hadirku baginya. Tapi aku senang jika aku bisa menghadirkan suatu keceriaan baginya. Tapi aku juga takut jika aku yang membuat keceriaan itu dan aku juga yang akan menghapusnya. Dan jauh lebih parah dari itu, aku tak tahu apa yang mesti aku lakukan.
Kini ku larut dalam sebuah khayalan. Lamunan yang mungkin 70% tak mungkin ku lakukan karena dalam benakku tergambar jelas raut muka penuh harap akan kedatanganku dan di sisi lain ku membayangkan kebahagian dan rasa bersalah yang bersarang dalam diriku. Rasa yang mungkin akan menghantuiku. Tapi, haruskah ku korbankan apa yang aku impikan?
Aku semakin tak jelas dalam penggambaran diriku saat ini karena hatiku masih mengganjalkan sesuatu yang lain selain apa yang aku ungkapkan tadi. Bukan karena dia yang lain, dia dan dia yang selalu mendoakan keselamatan dan kebahagiaanku atau dia yang selalu hadir di saat aku butuh dalam aku senang maupun susah atau dia yang siap mencabut pedangnya yang tertanam di kala aku menjadi aku yang lain. Bukan juga dia yang berbaik hati memberikan sepotong sale pisang di saat aku tengah sibuk mengerjakan ‘dia’ yang tak bernyawa. Aku juga tak mengganjalkan dia, dia yang begitu kesal dengan wajahku yang tak tahu sebabnya mengapa ia begitu kesal, atau dia yang tak peduli atau tak menunjukkan kepeduliannya padaku, atau dia selalu berlebihan dalam memperlakukanku dan sebenarnya aku tak suka itu. Hah, terlalu banyak dia membuat otakku semakin kacau.
Waktu cepat sekali berputar dan walau aku sadar akan hal itu, aku susah untuk mengatasi ketidaksiapanku akan sadarnya aku pada waktu yang berputar cepat. Itu semua karena dia. Kali ini ku tak segan untuk ungkapkan siapa dia karena dia adalah dia yang tak bernyawa, namun seakan punya nyawa yang mampu merenggutnya nyawa khususnya nyawaku. Mungkin tak berlalu berlebihan untuk sekedar memberitahukan siapa dia sebenarnya. Toh dia hanya terdiri dari 3 kata; 2 vokal, 1 konsonan. Bukan “D”, “I”, “A”. Ku harap kau tahu siapa dia karena semakin ku utarakan dan kusebutkan namanya, ia semakin mencekikku.
Hah, lagi-lagi ku harus katakan aku berada dalam zona mimpi. Namun, ku masih sadar aku masih dalam keadaan mata terbuka dalam menulis hal-hal yang tak jelas seperti ini. Aku tak peduli pada ketidakjelasanku ini karena aku pun tak peduli apa yang akan orang katakan jika membaca tulisan ini. Karena mungkin orang yang membaca ini termasuk orang-orang yang sama takjelasnya dengan ku sekarang.
Ini semua karena dia. Tidak adakah dia yang lain? Baru saja ku peroleh pesan singkat dari dia yang pertama ku sebutkan. Jika kau tanyakan dia yang mana segera hubungi dokter pribadi Anda dan saya yakin dia tak bisa menjawab karena aku pun bingung siapakah sebenarnya dia, dan dia yang mana.
Kebingungan ini berlanjut hingga jam saat ini. Jam yang menunjukkan beberapa menit menuju 1 jam tepat pergantian hari. Ku rasa bukan karena aku bingung namun karena aku tak jelas. Sulit ku ungkapkan. Namun, jika ku hanya diam, tertidur, atau sekedar menonton TV aku semakin tidak jelas karena ku tak dapatkan sesuatu yang nyata.
Life is real. Ada uang ada barang. Harus ada sesuatu yang berwujud dan tak harus bernyawa. Namun, kini ku sadar, apa yang ku lakukan jauh bermanfaat jika tidak ku lakukan. Maka karena suatu hal yang sangat memalukan untuk ditulis apalagi di ucapkan maka aku akan mengakhirinya daripada kau semakin tak jelas apa yang orang tak jelas ini ungkapkan.
No comments:
Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^