Day 14: Lima Tahun Mendatang
"Hallo... adek mpun maem dereng?"
Hallo... adek sudah makan belum?
"Sampun? Pinter! Maem nopo wau?"
Sudah? Anak pintar! Makan apa tadi?
"Haa? Iwak? Enak mboten?"
Haa? Ikan? Enak nggak?
"Adek mboten nakal to?"
Adek nggak nakal kan?
"Dinten setu dolan yo dek? Purun mboten?"
Hari Sabtu main yuk dek. Mau nggak?
"Purun? Dolan ten Gembira Loka nggih? Ningali gajah, macan, boyo. Purun mboten?"
Mau? Main ke Gembira Loka ya? Lihat gajah, harimau, buaya. Mau nggak?
"Nopo dolan ten nggene Budhe Tami? Purun?"
Apa main ke tempat Budhe Tami? Mau?
"Purun? Nggih mpun. Mangke bar ten Gembira Loka mampir ten nggene Budhe Tami nggih?"
Mau? Yaudah. Nanti habis dari Gembira Loka mampir ke tempat Budhe Tami ya?
"Adek seneng mboten?"
Adek seneng nggak?
"Mpun nggih. Ibu kerja rumiyin. Dadah adek. Mboten pareng nakal nggih!"
Udah ya. Ibu kerja dulu. Dadah adek. Nggak boleh nakal ya!
Ku lirik jam di tangan kiriku. Waktu menunjukan pukul 12:55 WIB. Lima menit lagi bel berbunyi. Sudah lima belas menit yang lalu aku berada di meja kerjaku. Percakapan itu selalu ku rutinkan di sisa jam istirahatku.
***
"Bun, ayah telah ya jemput e. Ini masih ada kerjaan dan nanti mau isi bensin dulu."
"Iya Yah. Nggak papa. Ini Bunda juga masih ada sedikit kerjaan yang harus dibereskan."
"Jangan capek-capek lho Bun. Kasian dedek dalam perut Bunda."
"Iya Ayah."
Aku mengelus perut datarku. Satu setengah bulan. Aku tersenyum simpul sambil menyelesaikan pekerjaanku. Sepuluh menit kemudian meja kerjaku sudah rapi. Komputer sudah ku pastikan mati. Aku bergegas. Menuruni lift dari lantai 2 menuju lantai dasar.
Ku sambangi pos satpam dekat jalan raya.
"Mobil suaminya belum kelihatan Bu." kata pak satpam ramah.
"Iya Pak. Tadi katanya mau isi bensin dulu."
"Oh. Eh, saya dengar ibu lagi hamil ya. Selamat ya bu."
"Ahaha... inggih Pak. Mohon doanya."
Tak beberapa lama kemudian..
"Eh itu mobil suaminya Bu."
"Oh, iya. Saya duluan ya Pak."
"Mari Bu."
***
"Mas, besok nggak lembur to?" kataku.
"Nggak kok. Piye?" kata dia tetap fokus menyetir mobil.
"Aku tadi bilang dedek nek kita ngajak dia ke Gembira Loka. Terus pulang e mampir tempat e Mbak Tami."
"Lho, ora ke tempat ibumu to?"
"Minggu depan sajalah ya. Kan minggu kemarin udah." kataku manja.
"Iyah." kata dia sambil membelai pipiku.
Mobil terus melaju menuju sebuah rumah di daerah Sleman. Dedek kecil kami yang berumur 1,6 tahun siap menanti kedatangan ayah bundanya. Tunggu kami ya Nak. :)
***
Diriku di 5 tahun yang akan datang.
Siapakah dia?
Siapa nama dedek itu?
Entahlah. Kini semua masih jadi misteri.
Entahlah. Kini semua masih jadi misteri.
Akankah bayangan ini menjadi kenyataan di lima tahun mendatang?
ini ada dua dedek ya? dedek yg di perut dan dedek yang di rumah yg usianya 1,6 th ya? hehehe
ReplyDeleteHihihi.. iyaa.. :D
DeletePlok plok plook
ReplyDeleteBarakallahu laka
:D
Aamiin...
Deletehahhaa...