tag:blogger.com,1999:blog-27607141749637122292024-03-19T14:31:53.352+07:00WamubutabiZaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.comBlogger979125tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-83480763611628205922023-05-15T08:32:00.000+07:002023-05-15T08:32:03.307+07:00Kalau Punya Adek<p>Percakapan antara seorang ibu π© dengan putri kecilnya π§ (4yo)</p><p>π© : Nanti kalau kamu punya adek, ibuk gak bisa gendong kamu lagi lho. Gimana?</p><p>π§ : Kan orang tuanya ada dua, jadinya masih bisa gendong.</p><p>π© : Kamu digendong siapa? Bapak?</p><p>π§ : Iya. Nanti aku digendong bapak.</p><p>π© : Adek? Digendong ibu?</p><p>π§ : Iya, adek sama ibuk π<br /></p><p><br /></p>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-38700556960960920842022-09-08T14:04:00.003+07:002022-09-08T14:04:56.560+07:00[Review] Unsung Cinderella: Byoin Yakuzaishi no Shohosen - Midori, The Hospital Pharmacist <p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid3c0LUulGmuuoqTSy73ATlFUshGjyX7nRHZlQtnGwLtGFiWEm89g4PrtxCJQrKMTWPR2QHJ0MVuSVZ-Ouf1I817vp9Fh1lSNToaYmWEzPS6DuijFUWRe4726ZRKgHLIWCcc_XYrvyug70MUkrL6BHhqsQqHSJAGeCGAcsMxoOEUysfGHg1uww2lN9hg/s1200/Unsung_Cinderella-_Midori,_The_Hospital_Pharmacist-P1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="744" data-original-width="1200" height="397" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid3c0LUulGmuuoqTSy73ATlFUshGjyX7nRHZlQtnGwLtGFiWEm89g4PrtxCJQrKMTWPR2QHJ0MVuSVZ-Ouf1I817vp9Fh1lSNToaYmWEzPS6DuijFUWRe4726ZRKgHLIWCcc_XYrvyug70MUkrL6BHhqsQqHSJAGeCGAcsMxoOEUysfGHg1uww2lN9hg/w640-h397/Unsung_Cinderella-_Midori,_The_Hospital_Pharmacist-P1.jpg" width="640" /></a></div><br /><p></p><p style="text-align: justify;">Kapan terakhir kali menonton dorama dan menuliskan reviewnya di blog ini? Udah lama banget kayaknya. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Beberapa waktu yang lalu aku menemukan potongan dorama ini di video Tiktok. Lihat cuplikannya dan beberapa komen positif, aku jadi tertarik menonton, apalagi dorama ini tersedia di aplikasi Viu. Terlebih lagi, pemeran utamanya bukan pemain baru yang aku tak pernah lihat. Bukan kaleng-kaleng lah!</p><p style="text-align: justify;">***</p><p style="text-align: justify;"><i>Midori Aoi (Satomi Ishihara) telah bekerja sebagai apoteker di sebuah rumah sakit selama 8 tahun terakhir. Dia memegang keyakinan sebagai apoteker bahwa obat terkait dengan kehidupan sehari-hari pasien dan, karena itu, apoteker perlu tahu tentang pasien mereka. Akibatnya, Midori Aoi menghabiskan lebih banyak waktu dengan pasiennya daripada apoteker lainnya. Dia menerima kritik bahwa dia harus bekerja lebih efisien, tetapi dia tidak pernah goyah dari keyakinannya. </i>(Sumber: Asianwiki)</p><p style="text-align: justify;">***</p><p style="text-align: justify;">Karena bekerja di rumah sakit (meski bukan apoteker), aku sedikit banyak tahu bagaimana seorang apoteker bekerja. Bagaimana mereka menyiapkan obat, mengedukasi pasien untuk meminum obat sesuai aturan, dan sebagainya. Dan dorama ini menggambarkannya dengan baik, meskipun sedikit berlebihan. Namanya juga film kan ya?</p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;">Mereka merevisi obat dari dokter? Ya.</p><p style="text-align: justify;">Mereka tidak bisa memberikan obat tanpa persetujuan dokter? Ya. <br /></p><p style="text-align: justify;">Mereka merekomendasikan obat berbeda dengan kegunaan yang sama? Ya.</p><p style="text-align: justify;">Yang terasa berlebihan adalah kedekatan seorang apoteker dengan pasien? Apakah memang sedekat itu?</p>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-9737019953127572452022-01-13T13:43:00.005+07:002022-01-13T13:43:53.068+07:00Minggu Kedua<div style="text-align: justify;"></div><p style="text-align: justify;">Minggu kedua di bulan ini hampir berakhir. Apa kabar anakku? Masihkah meronta-ronta tidak mau sekolah/<i>daycare</i>?</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Puji syukur alhamdulillah, semua berjalan sebagaimana mestinya. Bangun tidur sudah tidak ada drama lagi, nangis-nangis tak mau mandi, tak mau sekolah. Dia terlihat mulai menikmati kehidupan barunya. Meskipun tetap saja kalau di rumah, emosinya masih naik turun. Aku sendiri belum bisa membagikan ketenangan untuk membuat anakku lebih stabil karena rasanya capek banget. Pikiran mau ngerjain ini, itu, eh si anak maunya gendong terus, dan menolak diajak bapaknya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Akan tetapi, aku tetap bersyukur atas progres yang terlihat. Satu hal yang membuat ku kacau adalah anakku terkena pilek kembali, padahal baru seminggu sembuh setelah sebelumnya 3 minggu tak kunjung sembuh. Kayak "capek banget loh", kapan nih bisa ngejar BB nya kalau dikasih sakit terus π Capek banget kalau anakku sudah mulai kesel karena ingusnya yang mengalir. Jadi gampang rewel.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Semoga lekas sembuh ya Nak, biar tambah semangat lagi sekolahnya.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEg8kl9jhIjWhtm3AcAK5S1alT6VpkiT0VljbsJNKKd6Pp2izN6fBl2JY3VpNGknBCtjLW4Tm9eys5jX18HMEV3vGuuVuOaE8zhtPHrX4Z2wXxCWKq0zk5naztwg-xQyQihngiPIrbDeC0GRoSvRFyFqSnen0bA60AwXsaNvh3TG2RXASq8gJDGN_KHoRw=s4623" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3461" data-original-width="4623" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEg8kl9jhIjWhtm3AcAK5S1alT6VpkiT0VljbsJNKKd6Pp2izN6fBl2JY3VpNGknBCtjLW4Tm9eys5jX18HMEV3vGuuVuOaE8zhtPHrX4Z2wXxCWKq0zk5naztwg-xQyQihngiPIrbDeC0GRoSvRFyFqSnen0bA60AwXsaNvh3TG2RXASq8gJDGN_KHoRw=w640-h480" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">foto selfie di rumah<br /></td></tr></tbody></table><br />Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-21094662648227780392022-01-08T09:08:00.009+07:002022-01-08T09:13:30.507+07:00Ada yang Hilang<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgLrz4xvfUDQBR6R6fKMo3t8c-AEtSXaX-a9Zx1rwbbhO5vXugmXXLTxce35pai3CQ2SyY8QQeLSgQjPBldijySAG89vlwk4-t4bYWRudDXcmbDKm8YNA8MzSwxgxyFk-z7eWjJB5Ad7XqY0WLbhpfxzkAOlbTIguDefImnHMqxq5FmQzvkQ9jE9XixeA=s4608" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4608" data-original-width="3456" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgLrz4xvfUDQBR6R6fKMo3t8c-AEtSXaX-a9Zx1rwbbhO5vXugmXXLTxce35pai3CQ2SyY8QQeLSgQjPBldijySAG89vlwk4-t4bYWRudDXcmbDKm8YNA8MzSwxgxyFk-z7eWjJB5Ad7XqY0WLbhpfxzkAOlbTIguDefImnHMqxq5FmQzvkQ9jE9XixeA=w480-h640" width="480" /></a></div><br />Kalian marah nggak sih kalau anak-anak corat-coret tembok kayak gini? <p></p><p><br /></p><p style="text-align: justify;">Aku sih biasa aja ya, membiarkan dia berkarya sesuka hati, toh cat yang ku sediakan itu <i>washable</i> alias gampang dicuci. Tinggal menyempatkan waktu, menyiapkan peralatan, udah deh bersih.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Akan tetapi, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, aku tetap tak menghapusnya. Mungkin malas, tapi aku nggak melihat urgensi untuk cepat-cepat membersihkannya. Merusak pemandangan? Nggak juga.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Nah, yang bikin hati ini agak mencelos adalah ketika aku melihat tembok ini sudah bersih padahal belum ada seminggu aku pindah. Tempelan di dinding (poster huruf dan angka) juga sudah dilepas. Posisi lemari dan isinya juga sudah berubah. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Gimana ya, kayak ada rasa yang hilang π Entahlah, mungkin terasa lebay, tapi demikian lah yang ku rasakan. Mungkin karena di rumah orang tuaku, aku tak pernah menemukan kejadian seperti ini. Corat-coret ponakanku bertahan bertahun-tahun di dinding rumah. Baru hilang setelah orang tuaku memutuskan untuk cat ulang seluruh dinding rumah. Selesai cat ulang, giliran anakku yang corat-coret tembok dan sampai sekarang belum dibersihkan meskipun jarang datang ke rumah. <br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Aku paham setiap orang punya karakter masing masing. Ada yang gatel kalau lihat sesuatu yang kotor dan berantakan, ada yang biasa saja, nggak buru-buru ingin membersihkan. Tapi tetap saja tak menghilangkan rasa kehilangan yang saat ini ku rasakan. <br /></p>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-11760462702908484132022-01-07T09:44:00.001+07:002022-01-07T09:44:55.396+07:002022<p style="text-align: justify;">Tahun 2022, salah satu mimpiku tercapai. Kami pindah rumah, tinggal terpisah dari orang tua/mertua, sebuah penantian sejak 3,5 tahun yang lalu. Sungguh, Allah Maha Baik.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Jangan tanya bagaimana perasaanku, sungguh aku sangat bahagia! Tetapi, sepertinya aku melakukan kesalahan besar, yang sedikit banyak menganggu kebahagiaanku saat ini.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Rencanaku, nanti pindah rumah, aku dan suami kerja, anak dititipkan ke daycare. Mau sewa pengasuh/<i>baby sitter </i>anakku sudah usia 2 tahun 9 bulan, rasanya lebih mudah bagi dia untuk beradaptasi. Apalagi banyak anak seusianya disana, sekalian belajar bersosialisasi, begitu pikirku. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Hari pertama, 03 Januari, anakku bersemangat, dia senang sekali mau sekolah. Di kelas pun dia bisa mengikuti kegiatan.<br /></p><p style="text-align: justify;">Hari kedua, 04 Januari, dia terlihat mulai tak bersemangat.</p><p style="text-align: justify;">Hari ketiga, 05 Januari, tidak mau mandi dan bilang tak mau sekolah. Nangis saat ditinggal pergi.</p><p style="text-align: justify;">Hari keempat, 06 Januari, sama seperti hari keempat.</p><p style="text-align: justify;">Hari kelima, 07 Januari, sama seperti hari sebelumnya, bahkan di motor saat perjalanan, dia nangis teriak-teriak.</p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;">Ya Allah π </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Aku selalu menangis tiap kali dengar ia tak mau sekolah. Kayak merasa bersalah "Apa aku salah milih sekolah/daycare untuknya? Apa yang bikin dia nggak nyaman? Apa ini hanya proses beradaptasi?"</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Setahuku, anakku memang takgampang dengan orang baru. Tapi biasanya takperlu waktu seminggu untuknya bisa menyesuaikan diri, apalagi sampai nangis-nangis seperti ini.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Asumsiku, anakku menjadi seperti ini karena hidupnya berubah 100%. 24 jam hidupnya berubah secara total. Lingkungan baru dari pagi sampai pagi lagi, membuatnya stress. </p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;">Dari yang awalnya di rumah ada banyak orang, sekarang kok cuma bertiga?</p><p style="text-align: justify;">Dulu kalau bapak ibu kerja, di rumah aja sama kakek nenek, sepi, sekarang harus sekolah banyak orang, beramai-ramai? <br /></p><p style="text-align: justify;">Kalau sore pulang kerja ajak bapak/ibu nya lihat kambing tetangga dan lihat sungai, sekarang harus main kemana?</p><p style="text-align: justify;">Kalau di rumah, main bareng sama sepupunya, sekarang main sama siapa?<br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Berat banget ya Nak? Maafkan Bapak sama Ibu ya. Semoga keputusan ini yang terbaik. Semoga waktu bisa membiasakan kita pada kehidupan baru. Kita berjuang bersama-sama ya.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEi45-H_yGVRhmaDUsiLmDwiR65p1wqTGr3qpH4axE-2VoK4y6KC91SzgtHEOYVhiiNelKsZDPeZrLFvB_V0DSs9ene7dBldlF1hxHLqYfxnQyYuEluCJ4LK6z40vuv_n6rVUVWdITzb0WUhJeoK1ZNzUM7CSw0wieYQW1TxuCUNulKyGHRpIF7DQ0GJ8Q=s1040" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1040" data-original-width="780" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEi45-H_yGVRhmaDUsiLmDwiR65p1wqTGr3qpH4axE-2VoK4y6KC91SzgtHEOYVhiiNelKsZDPeZrLFvB_V0DSs9ene7dBldlF1hxHLqYfxnQyYuEluCJ4LK6z40vuv_n6rVUVWdITzb0WUhJeoK1ZNzUM7CSw0wieYQW1TxuCUNulKyGHRpIF7DQ0GJ8Q=w480-h640" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hari pertama sekolah, hari selanjutnya penuh tangisan<br /></td></tr></tbody></table><br /><p style="text-align: justify;">Aku sudah menanyakan kondisi anakku ke Bunda di daycare. Dia masih bisa mengikuti kegiatan dengan baik. Rewel/nangis hanya saat mengantuk dan saat anak-anak dimandikan (mendekati jam pulang).</p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;">Aku tak tahu apa yang bisa ku lakukan saat ini. Apa cukup menunggu waktu? Bagaimana jika masih seperti ini sampai satu bulan ke depan? <br /></p>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-5922494832642426702021-12-24T09:50:00.002+07:002021-12-24T09:50:07.821+07:00[Resensi] Bedebah di Ujung Tanduk - Tere Liye<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjJQC8KZRz3YKalXi0Chjlp0lVFgQX4jRtYmfAx5712yhGApKs-LYfWdCm2cnLZuvcxjIcESp8pHXBuQoJYo7DE_t_O6-T44EJYYTQAlmO1y0xjlBoC0ZE1Qd4qjxe6avrO2dGq__XKDFJq7zIkK3yMC48Z_RQSxly-KCqdZv0hmWoRRgc0UOFYkLve-g=s4608" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4608" data-original-width="3456" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjJQC8KZRz3YKalXi0Chjlp0lVFgQX4jRtYmfAx5712yhGApKs-LYfWdCm2cnLZuvcxjIcESp8pHXBuQoJYo7DE_t_O6-T44EJYYTQAlmO1y0xjlBoC0ZE1Qd4qjxe6avrO2dGq__XKDFJq7zIkK3yMC48Z_RQSxly-KCqdZv0hmWoRRgc0UOFYkLve-g=w300-h400" width="300" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><b>Judul</b> : </b>Bedebah di Ujung Tanduk</div><div style="text-align: justify;"><b>Penulis</b> : Tere Liye</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Penerbit</b> : PT Sabak Grip Nusantara </div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tebal Buku</b> : 415 hlm; 20,5 cm</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kota Terbit</b> : Depok - Jawa Barat </div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tahun Terbit</b> : 2021</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Harga :</b> Rp. 89.000,-</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Sinopsis Buku:</b></div><div style="text-align: justify;"><p>Di Negeri Para Bedebah, pencuri, perampok, bagai musang berbulu
domba. Di depan wajah mereka tersenyum penuh pencitraan. Di belakang
penuh tipu-tipu.</p>
<p>Di Negeri Ujung Tanduk, pencuri, perampok, berkeliaran menjadi
penegak hukum. Di depan, di belakang, mereka tidak malu-malu lagi.</p>
<p>Tapi setidaknya, Kawan, dalam situasi apapun, petarung sejati akan
terus memilih kehormatan hidupnya. Bahkan ketika nasib di ujung tanduk.
Dia akan terus bertarung habis-habisan bersama sahabat sejati. Karena
esok, matahari akan terbit sekali lagi. Bersama harapan.</p></div><div style="text-align: justify;"><b> <br /></b></div><div style="text-align: justify;"><b>***</b></div><p></p><p style="text-align: justify;">Apa ekspektasimu terhadap buku ini? Kalau aku, ku pikir Bujang akan membantu Thomas menyelesaikan konflik di <b>negara asalnya</b>. Dan ternyata tidak sesuai ekspektasi, haha. Bujang memang membantu Thomas, tapi tidak di negara Thomas dan tidak pula di keluarga <i>shadow economy</i>.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Thomas baru saja menyelesaikan transaksi keuangan terhebat yang pernah ia lakukan. Ada kebanggaan tersendiri ketika dia bisa berhasil menuntaskan transaksi yang rumit. Akan tetapi, dia tidak sadar bahwa transaksi tersebut sangat berbahaya. Ia telah membantu salah satu keluarga <i>shadow economy </i>untuk membeli pegunungan. Yang ia tidak tahu, di pegunungan itu ada satu kelompok yang sudah ada sejak dulu, yang tak ada satu orangpun yang mengusik, yaitu kelompok Teratai Emas. Thomas pun diburu oleh kelompok tersebut. Sangat kebetulan, saat itu ia tengah bersama Bujang, Tuan Salonga, dan Junior. Mereka pun kembali menyatukan kekuatan dan mengumpulkan bala bantuan. Di petualangan kali ini, turut hadir Nyonya Ayako, istri dari Tuan Yamaguchi, tak ada yang mengira ternyata dia adalah seorang ninja hebat.<br /></p>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-30103606465429445102021-12-23T10:57:00.002+07:002021-12-23T10:57:13.310+07:00Pengalaman Tes Mantoux di Puskesmas<p style="text-align: justify;">Bulan Oktober lalu, salah satu anggota keluarga yang tinggal serumah denganku, dinyatakan positif TB. Umurnya saat itu masih 5,5 tahun. Saat mengetahui hal tersebut, aku bingung, kalut, takut, karena bagaimanapun aku punya anak yang usianya 2,5 tahun dan sangat kontak erat. Wajar dong ya, kalau aku takut anakku ketularan, apalagi BB nya seret dan makannya susah. Waktu itu aku kepikiran untuk <i>screenning</i> anakku juga, tapi ternyata hanya sebatas wacana. Seiring berjalannya waktu, aku berdamai dengan keadaan, dan yaudahlah, tanpa ada tindak lanjut.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Bulan Desember, tanggal 5 hari Minggu sore, anakku mulai demam, lanjut batuk dan pilek. Tanggal 11 ingus nya sudah mulai menguning kental. Ku pikir sudah mau sembuh, ternyata belum. Tanggal 13 aku ketularan. Aku demam, batuk, dan pilek, tapi sudah mendingan karena minum obat dari dokter. Tanggal 17, anakku kembali demam selama 3 hari, dan masih batuk dan pilek. "Harus ke dokter nih!" kataku. Tapi karena saat itu aku juga sedang kepikiran ibuku yang sedang rawat inap, akhirnya ku tunda dulu.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Aku baru ke puskesmas hari Senin, tanggal 20 Desember. Saat itu anakku sudah tidak demam, tapi pileknya masih dan sesekali batuk. Aku juga mengeluhkan tangan anakku yang gatal. Bidan yang memeriksa menyarankan untuk tes darah karena dikhawatirkan terkena DBD, apalagi kasusnya memang sedang tinggi.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Anakku hebat sekali, saat diambil darahnya dia tidak menangis. Dengan berani pula dia melihat jarum suntik yang menusuk tangannya. Alhamdulillah hasilnya masih di angka normal. Tapi tetap dirujuk untuk bertemu dengan dokter umum.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Saat bertemu dokter, kami ditanya apakah ada riwayat kontak TB? Aku jawab ya. Dokter pun menanyakan ke rekannya, apakah bisa jika anakku di tes mantoux. Ada riwayat kontak TB dan sudah batuk pilek selama 2 minggu.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Ku semangati anakku karena lagi-lagi jarum suntik harus menembus kulitnya. Alhamdulillah dia sangat kooperatif sekali. Dia terlihat menahan tangisannya. Ku bilang padanya, kalau sakit nangis aja nggak apa-apa. Akhirnya pecah juga tangisannya setelah tangannya selesai disuntik. Kami diminta untuk datang lagi hari Kamis untuk melihat hasilnya.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjAmqOms4t_ahHmPwjQKQD62UupW0EwIE34vWqZlPmW41ytpOxlfyff6_o8LQMR80YNWeZDmuxl8cS75O2TcEEMdD4Zb7VxqghaWEO8r6xPQtDPWevEFKiMb0FQgfCf4Hzapt5Gcu4epFl8Cp6bsDdaSVsCEB8lqDizAQTLhAYe6XmUeyo8lnS4sk1efg=s4608" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="4608" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjAmqOms4t_ahHmPwjQKQD62UupW0EwIE34vWqZlPmW41ytpOxlfyff6_o8LQMR80YNWeZDmuxl8cS75O2TcEEMdD4Zb7VxqghaWEO8r6xPQtDPWevEFKiMb0FQgfCf4Hzapt5Gcu4epFl8Cp6bsDdaSVsCEB8lqDizAQTLhAYe6XmUeyo8lnS4sk1efg=w640-h480" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sesaat setelah disuntik<br /></td></tr></tbody></table><br /><p style="text-align: justify;"></p><p style="text-align: justify;">Kali ini, aku sudah di level pasrah. MISAL, dia ternyata positif, ya sudah, kita obati. Mau nunggu sampai kapan hingga berani untuk ke dokter? Sampai berat badannya di garis merah? Jadi ya, sebenarnya aku sedikit bersyukur dipaksa keadaan untuk melakukan tes mantoux. Oia, karena kami pakai BPJS, tes ini gratis.<br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Setiap harinya kuperhatikan tangan yang dilingkari hitam, bekas suntikan. Alhamdulillah tidak terlihat ruam atau apapun. Meski demikian hidungnya tetap meler.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Hari Kamis kami kembali ke puskesmas. Anakku tuh bersemangat sekali. Entahlah dia sangat <i>excited </i>ketemu dokter atau dia senang karena biasanya ditinggal kerja, kali ini diajak jalan-jalan (ke puskesmas).<br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Alhamdulillah dokter menyatakan anakku negatif TB dan ada kemungkinan pileknya itu karena alergi. Karena ditunggu berhari-hari pileknya tetap bening dan juga, selama di puskesmas hidungnya sama sekali tidak meler. Kami pun diberikan obat alregi. Semoga cocok dan segera sembuh pileknya. Bangkit lagi selera makannya. Tambah lagi berat badannya. Aamiin.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj8-S1J1cGIUg2xQ6waK3t4fDR9IEkYPI4Zy-a00o6B_sI3cwxglwIaUnPoMu0WmGD6ZpP5eEvqV4CAOqmzFJ2rMAAmUb62hOwO1yGkUgJxgwA1v7G0UuRRnq3iaRMasZZHQMIqqLXJUgXYT1IWcC6yp9qSLWgJ_2Q49IAC9sx-ljzsQDe5lNUzfdS-dQ=s4608" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3456" data-original-width="4608" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj8-S1J1cGIUg2xQ6waK3t4fDR9IEkYPI4Zy-a00o6B_sI3cwxglwIaUnPoMu0WmGD6ZpP5eEvqV4CAOqmzFJ2rMAAmUb62hOwO1yGkUgJxgwA1v7G0UuRRnq3iaRMasZZHQMIqqLXJUgXYT1IWcC6yp9qSLWgJ_2Q49IAC9sx-ljzsQDe5lNUzfdS-dQ=w640-h480" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">hampir 72 jam setelah disuntik<br /></td></tr></tbody></table>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-5597919270971577762021-11-14T10:11:00.036+07:002021-12-10T11:08:51.759+07:00Family Gathering ke Owabong Pubalingga<p style="text-align: justify;">Untuk pertama kalinya, setelah 4 tahun aku bergabung dalam tim, instansi tempatku bekerja mengadakan Family Gathering. Sebenarnya sudah sejak Maret 2020 kami mengagendakan kegiatan ini, tapi harus rela ditunda karena pandemi. </p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;">Tujuan kami ke Owabong, Purbalingga. Perjalanan sekitar 3,5 - 4 jam. Jauh ya. Satu hal yang ku pikirkan adalah gimana menjaga mood anakku selama perjalanan. Kalau minta turun kan repot. Selama ini kami jarang pergi-pergi jauh.<br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Seminggu sebelumnya aku sudah <i>sounding </i>ke anakku, seperti merapalkan mantra setiap hari.</p><blockquote><p style="text-align: justify;">Besok Minggu, kita naik bus. Nanti ada banyak orang, ada budhe pakde, mbak, adek, mas. Nggak usah malu. Nanti kalau bosan, nyanyi aja, kalau lapar makan, kalau ngantuk tidur.<br /></p></blockquote><p>Alhamdulillah, berkat mantra ini, semua berjalan lancar. </p><p><br /></p><p>Pukul 06.30 WIB kami sudah tiba di titik kumpul. Anakku sangat bersemangat. <br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj2iwfIdvOVjQfi0mp1rQqnl-8ZrldtLNg1hoUPqezaqSqn1V06whZEzUQ6xehyggeFuuPQvvz887SpltfVZaORhnqKT0WR7qwGtrsd6JTMmaNw9D9tbSFJP4On474qT6nf_ur7mHB5b9iZyoQF1rWEuXIpkDbiydaALBg7rayGS7e4V-Q45ReNJ5tUcA=s4623" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3461" data-original-width="4623" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj2iwfIdvOVjQfi0mp1rQqnl-8ZrldtLNg1hoUPqezaqSqn1V06whZEzUQ6xehyggeFuuPQvvz887SpltfVZaORhnqKT0WR7qwGtrsd6JTMmaNw9D9tbSFJP4On474qT6nf_ur7mHB5b9iZyoQF1rWEuXIpkDbiydaALBg7rayGS7e4V-Q45ReNJ5tUcA=w640-h480" width="640" /></a></div><p><br />Kami berangkat pukul 07.30 WIB dan sampai Owabong sekitar pukul 11.00 WIB. Sungguh tempatnya sangat luas sekali dan juga banyak pengunjung.<br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEg3DLHBp9qbJVD45ohC8klETVJrZCOwFUKduuTZU-uKzIUPVwqSOX0LT7Rx3sOsn_3PurLdeNWktNF62gsfzf9GzfK0N9uEhe_Q6EWMH_08xwEfNpNuY74xeZePnt540qJgKwhOWljjyPGI_Sa57qJXbAoKx4rwi3gg4kl4Vh95woec32RhxSu_jOiPeQ=s1600" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="742" data-original-width="1600" height="296" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEg3DLHBp9qbJVD45ohC8klETVJrZCOwFUKduuTZU-uKzIUPVwqSOX0LT7Rx3sOsn_3PurLdeNWktNF62gsfzf9GzfK0N9uEhe_Q6EWMH_08xwEfNpNuY74xeZePnt540qJgKwhOWljjyPGI_Sa57qJXbAoKx4rwi3gg4kl4Vh95woec32RhxSu_jOiPeQ=w640-h296" width="640" /></a></div><br /><p>Bingung mau milih yang mana, kami menuju Coralia 3, yang ada kolam air hangatnya. Anakku senang sekali diajak main air seperti ini.<br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgZGJl1Lk0CeiMh9gfUIg1EAUxxTTMYmR6_b9G0MIgb_V02FyHjiJcGNqQvMfsEoABsuvJFCyBfdW7vr43QBif72yIlJqwYVsILMuXJni7lCitVb_t4Ri0BHUZ3jCi9tNpt82KC-2knKcC9uY1emp-pXCB8csWojDALIFK_fpuo14ltwS5E76C7sbTJ9w=s4608" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4608" data-original-width="3456" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgZGJl1Lk0CeiMh9gfUIg1EAUxxTTMYmR6_b9G0MIgb_V02FyHjiJcGNqQvMfsEoABsuvJFCyBfdW7vr43QBif72yIlJqwYVsILMuXJni7lCitVb_t4Ri0BHUZ3jCi9tNpt82KC-2knKcC9uY1emp-pXCB8csWojDALIFK_fpuo14ltwS5E76C7sbTJ9w=w480-h640" width="480" /></a></div><p>Capek berenang, kami beralih ke terapi ikan. Karena sudah siang, kami harus pulang.<br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgbOCkYvczyK-AcNjwPzZfOVIz260QUNsDs_Hai-0KNw7sLbzs1guOfnmGJOr8SwyAj7u6CpfL-z4ssjVPGYcSclF-jDf1A-QDW4rY9FN6X6DCssJsz-Kqmoft6GowIfKrl0gAG5NHtqeB-Z5EWMMtpktjlsLDFVsf5EP9iErezC5LERsNtmgRvu5FiQg=s1040" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="780" data-original-width="1040" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgbOCkYvczyK-AcNjwPzZfOVIz260QUNsDs_Hai-0KNw7sLbzs1guOfnmGJOr8SwyAj7u6CpfL-z4ssjVPGYcSclF-jDf1A-QDW4rY9FN6X6DCssJsz-Kqmoft6GowIfKrl0gAG5NHtqeB-Z5EWMMtpktjlsLDFVsf5EP9iErezC5LERsNtmgRvu5FiQg=w640-h480" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhFVOMFTVuUmx-jlPbORu_y6lDJEiJ6UC8fPU85gDHKcKCOTnHeOa5fdvEkLJbHvsGMc-U08sf_LbVEzFD_7tdcTgXejPDOn8x76T388cqvRII2LtAHhPopbBuoO5tWoFnAAc0W3R3IOAQ5_kY10Bloh-O4oIcK7qPFJnyqoly-BZbWSvyzt1fAjX5vZQ=s1280" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="594" data-original-width="1280" height="298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhFVOMFTVuUmx-jlPbORu_y6lDJEiJ6UC8fPU85gDHKcKCOTnHeOa5fdvEkLJbHvsGMc-U08sf_LbVEzFD_7tdcTgXejPDOn8x76T388cqvRII2LtAHhPopbBuoO5tWoFnAAc0W3R3IOAQ5_kY10Bloh-O4oIcK7qPFJnyqoly-BZbWSvyzt1fAjX5vZQ=w640-h298" width="640" /></a></div><p></p>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-48855776508498551352021-10-28T11:20:00.003+07:002021-10-28T11:20:37.002+07:00Worksheet Anak<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-gkANyJapipE/YXANeKjxuUI/AAAAAAAARss/ByAagZDsqTEOBccuBsKT8p7lLUdw1mqrACLcBGAsYHQ/s2048/IMG20211020193345.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-gkANyJapipE/YXANeKjxuUI/AAAAAAAARss/ByAagZDsqTEOBccuBsKT8p7lLUdw1mqrACLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG20211020193345.jpg" width="640" /></a></div><p style="text-align: justify;">Orang-orang beli worksheet untuk anaknya agar mereka bisa menggunakan berulang kali, jadi bisa awet dan hemat karena biasanya anak belum bosan jika baru sekali main. Tapi sepertinya tidak berlaku untuk anakku.</p><p style="text-align: left;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Bagi dia, worksheet dengan berbagai macam tema, semuanya bertema menggunting. Jadilah semua kertas dikeluarkan dan minta digunting. Kadang pengen gunting sendiri, lebih sering minta diguntingkan karena gambarnya kecil-kecil.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Berantakan semuanya, worksheetnya, kertas tersebar kemana-mana. Tapi <b>tidak apa-apa</b>. Mungkin memang lagi suka menggunting, mungkin belum waktunya bisa menggaris mencocokan benda atau menggunakan spidol mengikuti garis. Tidak apa-apa.<br /></p><p></p>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-29814145556360846992021-10-11T08:29:00.002+07:002021-10-11T08:29:24.952+07:00Main Jepitan Baju<p style="text-align: justify;">Aku termasuk orang tua yang mudah termakan iklan mainan anak, apalagi yang ada embel-embel bisa meningkatkan ini dan itu. Selain iklan, juga tertarik dengan DIY mainan yang diklaim lebih murah daripada beli jadi.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Akan tetapi, ya gitu deh. Sudah beli-beli, tapi eksekusi nya tak sesuai iklan dan video. Seringkali anaknya B aja lihat alat dan bahan yang disediakan. Aku jadi yaudah lah, mau gimana lagi. Meski demikian, aku nggak kapok beli mainan. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Beberapa bulan yang lalu aku belikan stik eskrim dan jepitan baju. Banyaklah ya video anak bermain dengan peralatan ini. Anakku waktu itu ku ajak menjepit sesuai warna benda yang sama, tapi sepertinya dia kurang suka. Akhirnya jepitan teronggok begitu saja.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Pagi ini, tanpa instruksi apapun, dia buat ini. Entahlah apa imajinasinya, mungkin eskrim (?)<br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-JCRqdfzsmwo/YWOP1HbJzJI/AAAAAAAARj8/QQFKM9NTeIox2VbWmQ8qayBp3p3crlfmQCLcBGAsYHQ/s2048/IMG20211011070825.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-JCRqdfzsmwo/YWOP1HbJzJI/AAAAAAAARj8/QQFKM9NTeIox2VbWmQ8qayBp3p3crlfmQCLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG20211011070825.jpg" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-_q0zz66TdR8/YWOSBtCC7zI/AAAAAAAARkQ/dnbzxRINiwovs3VD26LM2pTlvJjJseuKgCLcBGAsYHQ/s2048/IMG20211011071051.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-_q0zz66TdR8/YWOSBtCC7zI/AAAAAAAARkQ/dnbzxRINiwovs3VD26LM2pTlvJjJseuKgCLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG20211011071051.jpg" width="640" /></a></div>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-59684226212317744732021-09-25T09:59:00.002+07:002021-09-25T09:59:06.181+07:00Saat Kamar Berantakan<p style="text-align: justify;">Anakku sudah 2,5 tahun. Ingin rasanya membuatkan jadwal harian untuknya, agar aktivitas bermain ada unsur belajarnya. Aku sudah nyicil cari berbagai jenis kegiatan dan beli tray/nampan untuk meletakkan mainan. Tapi apa daya, aku belum bisa menjalankan rencanaku.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Melihat kamar yang sudah sesak, penuh dengan barang dan mainan, rasanya udah bingung duluan mau mulai atur dari mana. Idealnya, mainan yang di-<i>display </i>adalah mainan yang dijadwalkan untuk seminggu kedepan (jadi tidak semua mainan dikeluarkan karena anak jadi tidak fokus karena terlalu banyak mainan). Tapi aku bingung, mainan yang nggak ada dijadwal mau ditaruh mana? Ingat, aku belum tinggal terpisah.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Pada akhirnya, mainan tertumpuk di pojokan. Anakku main ya sesuai kehendaknya. Main ini sebentar, lanjut main itu. Jadilah semua berhamburan.<br /></p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-45yrZ9ZkmOU/YU6IEa3NKpI/AAAAAAAARRY/C7HT2-nA06Ib5HDyTdlxy56d4h4GumLggCLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210924214904.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-45yrZ9ZkmOU/YU6IEa3NKpI/AAAAAAAARRY/C7HT2-nA06Ib5HDyTdlxy56d4h4GumLggCLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG20210924214904.jpg" width="640" /></a>
</div><p>
<br />Aslinya nggak apa-apa kamar berantakan. Tapi kalau kondisi capek, apalagi sudah jam tidur tapi anak masih mau main, apalagi main yang berantakan macam playdoh kering, rasanya HIH. Tapi yaudahlah.</p><p><br /></p><p style="text-align: justify;">Bangun tidur, lihat kamar berantakan oleh mainan, rasanya males banget. Tapi, saat aku membereskannya dengan sadar, ternyata, rasanya menyenangkan. Mengembalikan buku ketempatnya, membereskan puzzle, mengumpulkan playdoh. Ada rasa syukur, 'Alhamdulillah, anakku sehat, mainan yang ku belikan, dimainkan dan bermanfaat.'</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Sabar. Sabar. Semoga dalam waktu dekat bisa pindah rumah sehingga bisa lebih leluasa mengaturnya.<br /></p><p></p>
Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-57763760215488580672021-09-21T08:44:00.003+07:002021-09-21T08:44:41.801+07:00Menjadi Dokter<p style="text-align: justify;">Pagi tadi, saat berjalan menuju ruang kerja, di depan ku ada dua orang dokter koas memakai baju warna warni, langsung membayangkan anak gadisku kelak akan memakainya juga. Mata ini jadi berkaca-kaca. Kayak "Hah, anak yang ku lahirkan, kini sudah besar."</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-YkhLhCFBWlU/YUk39FRAUFI/AAAAAAAARNw/Y5NqJjAB7Zo-ng6feAJX9tdAdAXMhZoXACLcBGAsYHQ/s2048/IMG_20210921_083756.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-YkhLhCFBWlU/YUk39FRAUFI/AAAAAAAARNw/Y5NqJjAB7Zo-ng6feAJX9tdAdAXMhZoXACLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG_20210921_083756.jpg" width="640" /></a></div><p></p><p style="text-align: justify;">Aku tidak menargetkan anakku untuk jadi dokter. Biarlah kelak dia menentukan sendiri mau jadi apa. Biaya ada, otak mumpuni, tapi kalau hati tidak terpanggil, pasti akan berat tuk menjalaninya.<br /></p><p><br /></p><p style="text-align: justify;">Yang bisa ku lakukan sebagai orang tua, hanyalah mendoakan, memfasilitasi, memotivasi, agar ia semangat belajar, mengejar apa yang dia inginkan.<br /></p>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-12934853624077074942021-09-10T09:10:00.002+07:002021-09-10T09:42:43.329+07:00Menggunting dan Menempel<p style="text-align: justify;">Beberapa waktu yang lalu, aku beli baju yang berhadiah<i> worksheet. </i>Baju belum pernah dipakai dan <i>worksheet </i>pun juga belum serius dimanfaatkan. Malam ini aku coba salah satu lembar kerja menggunting dan menempel. Alhamdulillah, bocahnya tertarik.</p><p><i></i></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-DFbHvVQCAnk/YTq4ZpOuJeI/AAAAAAAARHM/e3kw7eMBCXUxptXQHZ_cY9qvk_09RcEmACLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210909185542.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-DFbHvVQCAnk/YTq4ZpOuJeI/AAAAAAAARHM/e3kw7eMBCXUxptXQHZ_cY9qvk_09RcEmACLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG20210909185542.jpg" width="640" /></a></div><p></p><p>Semua berjalan lancar. Anakku semangat menempel, bahkan pengen ikut menggunting juga. <br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-4xl5dEZJH4I/YTq4ZiUYDsI/AAAAAAAARHI/77NKvEFrekw248DIXWt0z7kxw6GViExvACLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210909185754.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-4xl5dEZJH4I/YTq4ZiUYDsI/AAAAAAAARHI/77NKvEFrekw248DIXWt0z7kxw6GViExvACLcBGAsYHQ/w480-h640/IMG20210909185754.jpg" width="480" /></a></div><p>Kurang satu bagian (kaki kiri), dia meminta jeda. Dia ingin memainkan mainan yang lain. <br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-fartlSDjUAQ/YTq4ZinzOMI/AAAAAAAARHQ/ZQbFinsAX2MnFfqF7J-HNXfos02ZVaaHgCLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210909190724.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-fartlSDjUAQ/YTq4ZinzOMI/AAAAAAAARHQ/ZQbFinsAX2MnFfqF7J-HNXfos02ZVaaHgCLcBGAsYHQ/w480-h640/IMG20210909190724.jpg" width="480" /></a></div><p>Tak lama, dia bisa menyelesaikan semua bagian. Dia pun membalik lembar kerja dan mengoleskan lem. 'Buat apa?'<br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-z2Hts4H4QCk/YTq4bXafSaI/AAAAAAAARHc/Po1ceUf4Kl8ECdH90fVBHdvPdisCJAfdwCLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210909190925.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-z2Hts4H4QCk/YTq4bXafSaI/AAAAAAAARHc/Po1ceUf4Kl8ECdH90fVBHdvPdisCJAfdwCLcBGAsYHQ/w480-h640/IMG20210909190925.jpg" width="480" /></a></div><p>Ternyata dia kepikiran untuk menempel hasil kerjanya di dinding.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-SHasIpzL53M/YTq4bb_GYWI/AAAAAAAARHU/LuO-kOG5sFwY7CPRF0O2qEPeB1kSFdzAQCLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210909191215.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-SHasIpzL53M/YTq4bb_GYWI/AAAAAAAARHU/LuO-kOG5sFwY7CPRF0O2qEPeB1kSFdzAQCLcBGAsYHQ/w480-h640/IMG20210909191215.jpg" width="480" /></a></div><div style="text-align: justify;">Setelah itu, dia melepaskan satu persatu bagian yang ada di lembar kerja, untuk kemudian ditempel ke lantai. 'Entah apa maksudnya kali ini?'</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-MOn81DtJdho/YTq4bYgG5RI/AAAAAAAARHY/vrrD6pTOB1kT6TwN-Ir4rf5c_WVcOzsuwCLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210909191907.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-MOn81DtJdho/YTq4bYgG5RI/AAAAAAAARHY/vrrD6pTOB1kT6TwN-Ir4rf5c_WVcOzsuwCLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG20210909191907.jpg" width="640" /></a></div><br />Semua bagian sudah tertempel di lantai. Kemudian dia lepas lagi dan menjadikannya sebagai perban.</div><div><br /><p></p></div><div>Sekian.</div><div><br /><p></p></div><div>Hasil observasi:</div><div><ol style="text-align: justify;"><li>Anak ini sudah paham, bagian ini harus dipasang dimana, bagian itu dimana.</li><li>Ada keinginan kuat untuk meletakkan bagian agar tidak keluar dari garis. Tapi manajemen penggunaan lem nya masih kurang, kadang terlalu sedikit, kadang terlalu banyak, sehingga dia kesulitan untuk bisa memasang bagian dengan tepat. Awal-awal dia masih bisa santai "Ini gimana sih Ibuk?" lama-kelamaan dia frustasi, lalu teriak dan menangis.</li><li>Berinisiatif tinggi dan kreatif. Aku tidak kepikiran kalau hasil kerjanya bisa ditempel di dinding dan sesudahnya bisa dijadikan perban.<br /></li><li>Rentang waktu fokus, menurutku sudah lumayan. Nggak begitu gampang terdistraksi. <br /></li></ol><p></p></div>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-63125064399570346742021-09-09T12:33:00.006+07:002021-09-09T12:44:19.601+07:00Main Dimana?<p> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-HN-xL8iIwo0/YTLpKeCXIWI/AAAAAAAARBk/NhUyVH9vaG0xYqoUxmfwqRtSjdnDmYq1QCLcBGAsYHQ/s2048/IMG_20210904_103309.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1537" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-HN-xL8iIwo0/YTLpKeCXIWI/AAAAAAAARBk/NhUyVH9vaG0xYqoUxmfwqRtSjdnDmYq1QCLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG_20210904_103309.jpg" width="640" /></a></p><p style="text-align: justify;"><b>Main kotor-kotoran kok di kamar sih?</b></p><p style="text-align: justify;">Ya maklum lah, kami tinggal di rumah orang tua yang sangat menjunjung tinggi nilai kebersihan, kerapian, dan keindahan. Ada barang-tidak-sedang-dipakai tidak berada pada ditempatnya, langsung dibereskan.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Oleh karena itu, demi menjaga kuping agar tidak panas, hati tidak berdebar kencang, dan tentu saja bisa bermain dengan tenang dan nyaman, kami memutuskan untuk bermain di dalam kamar saja. Di dalam kamar, ku bebaskan anakku bermain apa saja, tentu tetap dalam pengawasan.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Coret-coret di tembok, di kasur, di tangan, di kaki, silahkan. </p><p style="text-align: justify;">Berlatih menggunting tapi hasil guntingannya berantakan, nggak apa-apa. </p><p style="text-align: justify;">Main pasir sampai pasirnya menyebar ke karpet, it's okay.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Segala yang kotor, bisa dibersihkan, segala yang berantakan, bisa dirapikan, meski tidak harus saat itu juga.<br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Di usia anakku yang hampir 2,5 tahun, dia suka sekali memainkan banyak hal. Imaginasinya mulai berkembang. Yang cukup terasa, emosinya sedang meledak-ledak. Mainan digeser sedikit dari tempat semula, dia bisa marah tidak terima. Semua harus seijin dia dan seringnya dia akan menolak kalau mainannya akan dibereskan (meski sudah tak dimainkan). Ya sewajarnya anak seusianya lah.</p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-4OW21MljMN4/YTmc90WKxBI/AAAAAAAARFk/rVwOs8dK-S8tfK6fo29LK5wfslP7ASqOgCLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210904183917.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-4OW21MljMN4/YTmc90WKxBI/AAAAAAAARFk/rVwOs8dK-S8tfK6fo29LK5wfslP7ASqOgCLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG20210904183917.jpg" width="640" /></a></div><p></p><p style="text-align: justify;">Mengajari anak beberes, tentu saja ku lakukan. Tapi ya jangan pasang ekspektasi terlalu tinggi, berharap selalu bersih dan rapi. Selama mata anak terbuka, maka ia akan selalu berpikir 'main apa nih sekarang?' Dan aku benar-benar nggak masalah atas kondisi seperti ini. Yang aku permasalahkan adalah ketika baru mulai bermain sudah terdengar peringatan "Awas ya, nanti harus diberesin. Kalau enggak, nggak usah main lagi, mainannya dibuang aja."<br /></p>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-39725619054965113082021-09-04T22:43:00.005+07:002021-09-04T22:43:58.036+07:00Berhenti Insecure Soal Perkembangan Anak<p>Lihat ibu-ibu posting anaknya di media sosial bikin insecure ya Bunda. Anak usia segini sudah bisa ini dan itu. Sementara anak kita gini-gini aja. Auto pengen beli mainan edukasi nggak sih? Begitu dibeliin, eh anaknya nggak tertarik. Yah π</p><p><br /></p><p>Tenang Ibu-ibu, Anda tidak sendirian, karena aku pun demikian. Apa jangan-jangan cuma aku aja. Hahaha.</p><p><br /></p><p>Walaupun sudah melekat dalam hati untuk tidak membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain, tapi tetep aja ya kan.</p><p><br /></p><p>Walaupun sadar kalau yang diposting di media sosial hanya yang baik-baik saja, tapi tetep aja ya kan.</p><p><br /></p><p>Jadi, apa yang bisa kita lakukan? Sabar dan fokus pada anak kita. Fokus pada apa yang sudah anak kita bisa, bukan pada apa yang belum ia kuasai. </p><p><br /></p><p>Ada anak usia 3 tahun sudah bisa baca ABC dan belajar mengaji, sementara anak kita dikasih buku aja kabur-kaburan. Sabar, semua ada waktunya, mungkin memang belum saat nya. Seperti dulu ia bayi, langkah pertama setiap anak kan beda-beda, ada yang 10 bulan bisa jalan, ada yang 12 bulan, 15 bulan, dan seterusnya.</p><p><br /></p><p>Intinya, gitu aja sih π</p><p><br /></p><p>Btw, hari ini main pewarna lagi dan lumayan takjub dengan karyanya. Lumayan lah anak 2 tahun 5 bulan sudah bisa bikin garis lurus begini. </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-SZFJI9SqRmE/YTN8aMUuZ0I/AAAAAAAARCA/uFpeXbU822smWwFJHEZ1KFRRuyQkHUw2gCLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210904192627.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-SZFJI9SqRmE/YTN8aMUuZ0I/AAAAAAAARCA/uFpeXbU822smWwFJHEZ1KFRRuyQkHUw2gCLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG20210904192627.jpg" width="640" /></a></div><br /><p>Gimana? Bikin insecure nggak? Biasa aja? Anaknya malah udah bisa menggambar, mewarnai? Yaudah nggak apa-apa, kan fokus nya pada anak sendiri.</p><p><br /></p><p>Nih, anakku juga udah bisa mewarnai, lututnya sendiri dan lutut ibunya. Wkwkw. </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-smrd92mG6oE/YTOTsDZKmgI/AAAAAAAARCI/4ULqFgpztFY_xDr03qahW2s3Vjy5MN1xgCLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210904193035.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-smrd92mG6oE/YTOTsDZKmgI/AAAAAAAARCI/4ULqFgpztFY_xDr03qahW2s3Vjy5MN1xgCLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG20210904193035.jpg" width="640" /></a></div>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-88134714627042579022021-09-03T22:28:00.011+07:002021-09-04T09:33:46.836+07:00Kertas 'Perban' <div style="text-align: justify;">Sudah jam 22.00 WIB, mata sudah sepet, tapi dia belum mau tidur. Ada saja yang ingin ia mainkan.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-KN7I-qYDt20/YTI8Or5esjI/AAAAAAAARAE/GPqEpF7qFug6LcJKZU08H5n7pN9SQXasgCLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210903220003.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-KN7I-qYDt20/YTI8Or5esjI/AAAAAAAARAE/GPqEpF7qFug6LcJKZU08H5n7pN9SQXasgCLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG20210903220003.jpg" width="640" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;">Ia menemukan papan puzzle yang isinya sudah entah kemana. Papan tersebut terbuat dari kertas. Karena tak ada puzzle yang bisa ia pasang, dia copoti pinggiran papan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">'Eh kok kayak perban ya, pura-pura sakit ah, entar di perban.' begitu batinnya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ia mulai memasang perban 'ala-ala' ke sikut dan ke lutut. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">'Eh kok nggak nempel ya, pakai lem kali ya.' </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Ibu, lem nya dimana?" ia bertanya setelah mencoba mencari tapi tak menemukannya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah mendapatkan lem, dia pun mengoleskan ke kertas 'perban' dan ditempelkan ke bagian yang luka, ke sikut, ke lutut dan ke dahi. Nempel sih, tapi gampang lepas. </div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-r3E6VepXDsg/YTI-e_PKI1I/AAAAAAAARAM/oLQVAoqvaPYvDiFKrsWN1JLBpsJJIkrdgCLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210903220133.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-r3E6VepXDsg/YTI-e_PKI1I/AAAAAAAARAM/oLQVAoqvaPYvDiFKrsWN1JLBpsJJIkrdgCLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG20210903220133.jpg" width="640" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;">Tak lama kemudian, ia tak kuat menahan kantuk nya, akhirnya tidur. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sekian. </div>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-87559007798535421942021-09-03T09:57:00.002+07:002021-09-03T09:57:27.555+07:00Bebas Berkreasi<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-K7X3Hermy_E/YTGNcmO6vuI/AAAAAAAAQ_M/F5cJ5RQsmTkqty5kaWxmiUDHNrrkC4hZACLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210902144013.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-K7X3Hermy_E/YTGNcmO6vuI/AAAAAAAAQ_M/F5cJ5RQsmTkqty5kaWxmiUDHNrrkC4hZACLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG20210902144013.jpg" width="640" /></a></div><p></p><p>Dear Anakku, </p><p>Berkreasilah sesuka hatimu.</p><p>Lakukan apapun yang bisa membuatmu senang, selama masih di jalan yang benar.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-HRi1UnMLDO8/YTGNcqARMyI/AAAAAAAAQ_I/cSYxGYw68aMCidfU5U8QJmi-9g3s-aiyACLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210902144125.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-HRi1UnMLDO8/YTGNcqARMyI/AAAAAAAAQ_I/cSYxGYw68aMCidfU5U8QJmi-9g3s-aiyACLcBGAsYHQ/w480-h640/IMG20210902144125.jpg" width="480" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-g-OlohhuaUQ/YTGNcRAo0-I/AAAAAAAAQ_E/aTw5q3uEqhMLDO7nVxUdEOAkP4fgx2NRwCLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210902144136.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-g-OlohhuaUQ/YTGNcRAo0-I/AAAAAAAAQ_E/aTw5q3uEqhMLDO7nVxUdEOAkP4fgx2NRwCLcBGAsYHQ/w480-h640/IMG20210902144136.jpg" width="480" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-3OLuhNqILX4/YTGNdxdeTeI/AAAAAAAAQ_U/GfMtytVB1Y4qhQcEP87CtopptA5Iw4A_ACLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210902145449.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-3OLuhNqILX4/YTGNdxdeTeI/AAAAAAAAQ_U/GfMtytVB1Y4qhQcEP87CtopptA5Iw4A_ACLcBGAsYHQ/w480-h640/IMG20210902145449.jpg" width="480" /></a></div><p><br />Yang kotor masih bisa dibersihkan.</p><p>Yang basah masih bisa di lap.</p><p>Buatlah kenangan indah sebanyak-banyaknya.</p><p>Selama Ibu mampu, Ibu akan terus mendukungmu.</p><p></p>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-5024173349876649062021-07-02T08:59:00.003+07:002021-07-02T08:59:44.315+07:00Idealisme tentang Anak Makan<p> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-3q71TJlLYUs/YN2bBVGzr1I/AAAAAAAAQVE/gngIKeUfVbgSqqrzeaY2_lEemq6Y1y8PwCLcBGAsYHQ/s2048/16251358346217046839170922015224.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-3q71TJlLYUs/YN2bBVGzr1I/AAAAAAAAQVE/gngIKeUfVbgSqqrzeaY2_lEemq6Y1y8PwCLcBGAsYHQ/w640-h480/16251358346217046839170922015224.jpg" width="640" /></a></p><p></p><p>Dulu, aku lihat anak kecil makan,</p><p>"Dih, makan kok cuma nasi aja."</p><p>"Dih, makan kok cuma sama telur aja, kalau gak dadar, ceplok."</p><p><br /></p><p>Begitu punya anak, ambyar!</p><p>"Masih mending itu pake telur, ada karbohidrat, lemak, protein, lengkap."</p><p>"Masih mending makan nasi aja, daripada nggak ada yang dimakan sama sekali."</p><p><br /></p><p style="text-align: justify;">Anak <i>picky eater</i> / <i>small eater</i> itu nyata adanya, apalagi kalau orang tuanya bukan tipe doyan makan, jajan, dan ngemil. Berlaku juga buat orang tua yang malas mengenalkan anak berbagai macam rasa, termasuk tidak sabar menunggu anak menyukai makanannya. Ingat, anak butuh 10 - 15 kali percobaan sampai akhirnya dia menentukan apakah dia suka atau tidak makanan itu. Jadi kalau baru pertama kali memberikan anak udang, tapi langsung dilepeh, bukan berarti dia nggak suka. Dia butuh dikenalkan lagi. Biasanya nih, orang tua nggak sabar, akhirnya makanan yang diberikan ya itu-itu saja.</p>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-62068986804607284802021-05-10T22:43:00.007+07:002021-05-10T22:49:54.950+07:00Anakku Cacingan! <p>Malam ini kami main seperti biasa hingga tiba-tiba anakku merasa tidak nyaman di area pantat. Ku pikir gatal karena kerutan popok, lantas ku berikan minyak. </p><p><br /></p><p>Tak lama kemudian, ia merasa gatal lagi. Kali ini ku perhatikan dengan lebih seksama, tak ada bentol atau apapun disana.</p><p><br /></p><p>Tak lama kemudian, ia mulai rusuh kembali dengan popoknya. Kali ini tebakanku popoknya nyelip, ternyata tidak.</p><p><br /></p><p>Ia kembali mengeluh. Apa mungkin ada ruam ya? Ku coba lihat bagian anus, tak ada lecet sejauh mata memandang. Tapi untuk jaga-jaga, ku olesi saja obat ruam.</p><p><br /></p><p>Ternyata semua itu sia-sia. Anakku masih merasa nggak nyaman. Aku mulai kepikiran, apa iya cacingan? Tapi gimana ngecek nya.</p><p><br /></p><p>Anak ini mulai frustrasi karena gatal yang tak kunjung reda. Aku juga mulai stres karena belum menemukan pemicunya. Apalagi dia tak suka aku mengecek bagian anus. Dia menutup rapat akses menuju kesana.</p><p><br /></p><p>Aku sudah mulai emosi. Untungnya suami pulang teraweh di saat yang tepat. Saat aku berhasil meraih area tersembunyi itu, saat aku menemukan sesuatu disana, saat itu pula suami datang.</p><p><br /></p><p>'Sesuatu' itu seperti benang putih. Ku pikir sisa-sisa obat ruam yang ku oles tadi, tapi setelah ku perhatikan (bersama suami), ternyata putih-putih itu bergerak (dan posisi nya masih di ujung jari ku).</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-eWu3Auv1yNc/YJlT3wQb5MI/AAAAAAAAPiM/Mc33eULrMyUB1OpT3VAlOgUrBly4tUn5QCLcBGAsYHQ/s2048/IMG_20210510_222358.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-eWu3Auv1yNc/YJlT3wQb5MI/AAAAAAAAPiM/Mc33eULrMyUB1OpT3VAlOgUrBly4tUn5QCLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG_20210510_222358.jpg" width="640" /></a></div><br /><p>Fix, ini cacing! Antara geli, jijik, sekaligus lega. Akhirnya biang keladi nya ketemu. Suami langsung bergegas pergi ke apotek untuk beli obat cacing. Sementara itu aku mulai ceramah ke anakku untuk cuci tangan dan kaki sebelum makan. </p><p><br /></p><p>Kejadian ini tentu jadi pelajaran untukku pribadi untuk lebih memperhatikan kebersihan anak. </p><p><br /></p>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-75065151948567166252021-04-28T10:40:00.004+07:002021-04-28T10:44:34.195+07:00Drama Menyapih Part 4 : Alasan<div style="text-align: justify;"></div><p style="text-align: justify;">"Disinilah tempat aku memulai dan disini pula aku akan mengakhirinya!", salah satu alasan yang pada akhirnya aku nekat untuk mengakhiri proses mengasihi ini.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Masih inget banget gimana perjuanganku dua tahun yang lalu, disini, di kamar ini. Daster rembes kena ASI, hasil pompa warna pink, gumoh dan muntah, dan segala memori sebulan pertama setelah melahirkan.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Aku sadar diri, aku nggak bisa menyapih dengan cinta, yang mana menunggu anaknya berhenti sendiri. Kenapa? Karena aku nggak bisa kayak orang-orang yang betah menyusui 30 menit, 1 jam, bahkan 3 jam. Aku lemah soal itu. Aku sadar bahwa metode ini nggak bisa ku lanjutkan. Proses ini pasti akan tetap ada "tangisan". Bagaimana pun, putus dari hal yang membuatnya nyaman selama 2 tahun, pastilah sangat berat, dan menangis adalah hal yang wajar.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Ku pikir, daripada menangis di rumah mertua, lebih baik menangis di rumah orang tua. Di rumah orang tua, ketika anakku nangis, maka akan dibiarkan saja, memahami bahwa ini adalah proses yang harus dilalui. Sementara di rumah mertua, saking sayangnya mereka ke cucu, nggak tahan dengar tangisan, mereka akan ambil anakku untuk ditenangkan. Itulah yang aku takutkan. Aku nggak mau hal itu terjadi.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Menyusui adalah ikatan antara ibu dan anak. Ketika ingin menyudahinya, maka pastikan keduanya menyepakatinya. Biarlah dua-duanya menangis, hingga keikhlasan itu akan tercapai, dengan catatan si Ibu jangan kalah dengan tangisan anak, harus tetap konsisten untuk tidak memberikan ASI. Nah, kalau proses itu ada intervensi, kayak ada yang gantung gitu nggak sih. Takutnya, anak jadi benci ibunya dan lebih memilih kakek neneknya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Jadi ya, menangis bersama adalah solusinya. Yang membuatku makin mantap dengan cara ini adalah adanya metode <i>cry it out </i>pada teknik pelatihan tidur (<i>sleeping training</i>), yakni membiarkan anak menangis hingga akhirnya ia tertidur. Artinya, menangis adalah sesuatu yang wajar. Tapi jangan lupa berikan alasan kenapa dia harus berhenti. Mungkin memang tidak membohongi dengan plester, pahitan, dan sebagainya, tapi kalau dipaksa berhenti tanpa tahu kenapa, bisa jadi ia merasa terluka.<br /></p><p style="text-align: left;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Sudah sebulan dari malam itu, tapi kalau ingat prosesnya, masih saja ingin menangis, bagaimana ia meronta, meminta, dan menangis. Tak mudah, tapi bisa terlewati.<br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-25pGJIUm5V0/YIjaHHI6jqI/AAAAAAAAPZg/yX76hrrLuOEqYX9Kw0a5LugS5ZxpaUrQgCLcBGAsYHQ/s2048/IMG_20210428_100109.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" src="https://1.bp.blogspot.com/-25pGJIUm5V0/YIjaHHI6jqI/AAAAAAAAPZg/yX76hrrLuOEqYX9Kw0a5LugS5ZxpaUrQgCLcBGAsYHQ/s320/IMG_20210428_100109.jpg" width="320" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;"><br /></p>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-42305747374307123462021-04-28T08:49:00.014+07:002021-04-28T09:58:20.682+07:00[Resensi] Lumpu - Tere Liye<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-_dqo3yfM9Bc/YIi_unFiNcI/AAAAAAAAPZY/1B0hKG9UHnA0FR1DK4kz2KyRlavy3gwHQCLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210426072032.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="400" src="https://1.bp.blogspot.com/-_dqo3yfM9Bc/YIi_unFiNcI/AAAAAAAAPZY/1B0hKG9UHnA0FR1DK4kz2KyRlavy3gwHQCLcBGAsYHQ/w300-h400/IMG20210426072032.jpg" width="300" /></a><p style="text-align: justify;">
<b>Judul</b> : Lumpu<b><br /></b></p><p style="text-align: justify;"><b>Penulis</b> : Tere Liye</p>
<div style="text-align: justify;">
<b>Penerbit</b> : PT Gramedia Pustaka Utama</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tebal Buku</b> : 376 hlm; 20 cm</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kota Terbit</b> : Jakarta</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tahun Terbit</b> : 2021</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Harga </b>: Rp. 85.000,-</div><p style="text-align: justify;">
<b>ISBN</b> : 978-602-06-5228-3</p><p style="text-align: justify;"><b>Sinopsis</b> : <br />
<i>Yes! Akhirnya, Raib, Seli, dan Ali kembali bertualang. Kalian sudah kangen dengan trio ini? Misi mereka adalah menyelamatkan Miss Selena, guru matematika mereka. Tapi, apakah semua berjalan mudah? Siapa yang bersedia membantu mereka? Kali ini, si genius Ali memutuskan meminta bantuan dari sosok yang tidak terduga, karena musuh dari musuh adalah teman. </i></p><p style="text-align: justify;"><i> </i></p><p style="text-align: justify;"><i>Apakah Raib bisa melupakan masa lalu itu dengan memaafkan Miss Selena? Bagaimana dengan Tazk? Apakah Raib bisa bertemu lagi dengan ayahnya, atau itu masih menjadi misteri? Bagaimana dengan jejak ekspedisi Klan Aldebaran 40.000 tahun lalu? Benda apa saja yang ditinggalkan oleh perjalanan besar tersebut? </i></p><p style="text-align: justify;"><i> </i></p><p style="text-align: justify;"><i>Pertarungan panjang telah menunggu mereka. Dan lawan mereka adalah Lumpu, petarung yang memiliki teknik unik, yaitu melumpuhkan kekuatan lawan. Itu teknik yang amat menakutkan, karena Lumpu bisa menghabisi teknik bertarung. </i></p><p style="text-align: justify;"><i> </i></p><p style="text-align: justify;"><i>Jangan-jangan⦠Siapa di antara Raib, Seli, dan Ali yang akan kehilangan kekuatan di dunia paralel? </i></p><p><i> </i></p><p style="text-align: justify;">Buku ini adalah buku ke-11 dari serial BUMI.</p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;">***</p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;">"<i>Kalau petualangan kita ini dinovelkan, jadi serial, pembacanya juga rindu berat. Sudah dua buku mereka tidak membaca petualangan kita.</i>" (Hal. 60)</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Eh bener banget! Setelah membaca panjang perjalanan Miss Keriting di buku Selena dan Nebula, rasanya rindu sekali dengan petualangan Raib, Seli, dan Ali. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Di buku terakhir, Nebula, diceritakan bahwa Lumpu tengah menyekap Miss Selena. Raib, Seli, dan Ali tak bisa tinggal diam. Mereka harus mencari cara untuk membebaskannya. Tapi mereka tak bisa meminta bantuan kepada petarung klan lain karena pasti mereka diminta untuk diam saja, dengan alasan masih anak-anak. Berkat kecerdikan Ali, mereka akhirnya tahu, kepada siapa mereka harus meminta bantuan. Dia adalah Tamus, orang kedua yang dicari Lumpu setelah Miss Selena. Semua rencana berjalan lancar dan akhirnya Lumpu mampu dikalahkan, meski beberapa petarung klan harus rela kekuatan dunia paralel nya hilang, termasuk satu diantara trio ini.</p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;">Akhirnya, setelah sekian lama buku ini berakhir dengan kata "Bersambung", kali ini diakhiri dengan kata "TAMAT".</p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;">Meski demikian, masih ada buku berikutnya, salah satunya tentang orang tua Ali. Dari awal baca serial ini, aku udah curiga sih (dan juga penasaran) asal usul orang tua Ali. Kayaknya nggak mungkin kalau cuma penduduk biasa yang kerjanya tiap saat ke luar negeri. Nggak sabar nunggu bukunya! <br /></p></div>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-86479854301428311322021-04-23T11:34:00.004+07:002021-04-23T12:29:19.972+07:00[Resensi] Si Putih - Tere Liye<p><a href="https://1.bp.blogspot.com/-0WUZyP6YylQ/YIIm7YI0x1I/AAAAAAAAPQc/G5eA1EpTbfAQ6HIRvp0JO6-QORsC1nbQACLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210423054626.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="400" src="https://1.bp.blogspot.com/-0WUZyP6YylQ/YIIm7YI0x1I/AAAAAAAAPQc/G5eA1EpTbfAQ6HIRvp0JO6-QORsC1nbQACLcBGAsYHQ/w300-h400/IMG20210423054626.jpg" width="300" /></a></p><p><b>Judul</b> : Si Putih<b><br /></b></p><p><b>Penulis</b> : Tere Liye</p>
<div style="text-align: justify;">
<b>Penerbit</b> : PT Gramedia Pustaka Utama</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tebal Buku</b> : 376 hlm; 20 cm</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kota Terbit</b> : Jakarta</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tahun Terbit</b> : 2021</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Harga </b>: Rp. 85.000,-</div><p>
<b>ISBN</b> : 978-602-06-5225-2</p><p><b>Sinopsis</b> : </p><p style="text-align: justify;"><i>Bagaimana jika hewan kesayangan kalian ternyata hewan dengan kekuatan terbesar di dunia paralel? Bagaimana jika hewan yang terlihat imut, menggemaskan, ternyata bisa menjadi salah satu petarung paling hebat?</i></p><p style="text-align: justify;"><i> </i></p><p style="text-align: justify;"><i>Kali ini kita akan berpetualang di klan baru, dengan tokoh-tokoh baru. Termasuk mengetahui bahwa pandemi yang menyusahkan penduduk juga terjadi di klan-klan jauh. Tapi ingatlah selalu, setiap ada kesusahan, selalu muncul hal-hal menarik yang positif.</i></p><p style="text-align: justify;"><i> </i></p><p style="text-align: justify;"><i>Kisah ini tentang si Putih, kucing kesayangan Raib. Masa lalu si Putih tidak kalah menarik, sebelum akhirnya kucing itu diletakkan di depan pintu rumah sebagai hadiah ulang tahun Raib.</i></p><p><i> </i></p><p>Buku ini adalah buku ke-10 dari serial BUMI. </p><p> </p><p>*** </p><p><br /></p><p style="text-align: justify;">Beberapa waktu yang lalu, Tere Liye sempat menulis di Facebook, terkait keinginannya untuk menuliskan pandemi sebagai latar cerita di novel. Ku pikir akan ditulis di Serial nya Thomas (Negeri Para Bedebah) dengan tambahan bumbu-bumbu politik, ekonomi, sosial, yang akan membuat buku ini menjadi "panas". </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Ternyata, tidak! Cerita mengenai pandemi justru dituliskan di kisah Si Putih, buku ke-10 dari serial BUMI. Buku ini meceritakan kehidupan kucing kesayangan Raib, sebelum akhirnya mereka bersama.<br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Penasaran nggak?</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Kisah ini berawal di Klan Polaris. Saat itu tengah terjadi pandemi virus yang mematikan. Dengan adanya teknologi yang super canggih, klan tersebut mampu membagi wilayah menjadi dua bagian. Bagian pertama digunakan untuk evakuasi penduduk yang sehat dan tidak terinfeksi, sementara bagian yang lain tempat orang-orang yang sudah tertular virus. Mereka dipisah dinding setebal seratus meter dan tidak dapat ditembus.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Adalah N-ou, seorang anak dua belas tahun, ia harus terpisah dengan orang tuanya karena sudah terkena virus. Ia tidak bisa ikut dievakuasi, ditinggalkan begitu saja. Semalaman ia meringkuk kesakitan melawan serangan virus. Beruntungnya ia menemukan seekor kucing yang menemaninya hingga akhirnya ia selamat.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Hari-hari berikutnya ia habiskan untuk mencari cara agar bisa menembus dinding dan bertemu dengan orang tuanya. Setelah lima tahun ia berjuang tanpa hasil, akhirnya ia menyerah. Ia memutuskan untuk berpetualang, mengelilingi wilayah-wilayah yang belum pernah ia jamah, dan tentu saja bersama Si Putih, kucing yang menyelamatkan N-ou. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Mereka berjalan ke arah timur, hingga akhirnya mereka bertemu dengan manusia yang hidup selain mereka. Dia adalah Pak Tua, tinggal di sebuah rumah di padang rumput, yang kini hancur diseruduk ratusan ribu banteng. Pak Tua pun memutuskan untuk ikut berpetualang bersama N-ou dan si Putih.</p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;">Banyak pengalaman yang mereka dapatkan selama perjalanan, ditambah penjelasan-penjelasan dari Pak Tua mengenai Klan Polaris ini. N-ou pun akhirnnya menyadari bahwa dirinya adalah seorang Pengendali Hewan, petarung khas Klan Polaris.<br /></p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;">***</p><p style="text-align: justify;">Buat yang bertanya kapan serial ini akan berakhir, berikut peta-nya, diambil dari Page Facebook Tere Liye. <br /></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-oNQVQ7ifpKM/YIJPdH7b0QI/AAAAAAAAPTA/_aj6HxeaaZMnNBk61PutQ9-8tgqXYs75gCLcBGAsYHQ/s1023/PETA%2BBUMI.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="852" data-original-width="1023" height="534" src="https://1.bp.blogspot.com/-oNQVQ7ifpKM/YIJPdH7b0QI/AAAAAAAAPTA/_aj6HxeaaZMnNBk61PutQ9-8tgqXYs75gCLcBGAsYHQ/w640-h534/PETA%2BBUMI.png" width="640" /></a></div><p></p>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-87049312241430367582021-04-15T23:06:00.004+07:002021-04-16T10:43:59.406+07:00Belajar Kecewa<div style="text-align: justify;">Seorang anak harus diajari rasa kecewa, bahwa tak semua yang ia inginkan harus didapatkan. Saat ia menangis kecewa, tak perlu <i>lebay </i>langsung menolongnya, menggendong, dan mengalihkan perhatiannya. Tak menghiburnya saat itu juga bukan berarti tak sayang. Menangis meraung-raung ya biarkan saja, namanya juga kecewa. Masak nggak boleh nangis? Baru setelah tangisan nya reda, jelaskan alasan mengapa ia tadi menangis.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Salam dari aku yang tadi anaknya menangis histeris karena melihat kelengkeng dan ingin memakannya, padahal kulit kelengkeng sudah berjamur dan sepertinya sudah tak layak makan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Akhirnya ia bersedia makan apel sebagai pengganti kelengkeng. </div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-QkZJJHIpoS8/YHhkl34_nYI/AAAAAAAAPHg/TRF8cOYqK-MTIJs5bzY2U7YIO0P0k3nxgCLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210415192436.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-QkZJJHIpoS8/YHhkl34_nYI/AAAAAAAAPHg/TRF8cOYqK-MTIJs5bzY2U7YIO0P0k3nxgCLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG20210415192436.jpg" width="640" /></a></div><br />Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-46490749275539726122021-04-14T22:09:00.007+07:002021-04-15T08:22:17.467+07:00Ibuk Sedih Ya? <p style="text-align: justify;">"Ibuk sedih ya?" tanya anakku yang baru berumur 2 tahun.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Terharu sekali mendengarnya, sekaligus takjub, kok bisa anak dua tahun ini memvalidasi emosi orang tuanya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Anak-anak tuh sangat peka. Ia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang dewasa terutama ibunya. Ibu sedang capek dan gampang marah, pasti anaknya jadi lebih rewel. Ibu sedih, anak akan ikut sedih.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Hari ini hari ketiga aku menstruasi, sedang deras-deras nya. Ingin nya hanya tiduran gak banyak gerak. Sementara itu Si Anak menjelang jam 21.00 WIB, belum mau tidur, bahkan mengajak main pesawat seperti malam-malam biasanya. Dia naik di kakiku dan aku akan mengangkatnya seakan naik pesawat. Tapi malam ini aku sedang tidak ingin. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Ku katakan padanya, "Ibuk lagi sakit, Dek! Ibuk gak mau." Aku terisak hampir mengeluarkan air mata. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">"Ibuk sedih ya?" </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">"Iya." Dan kami pun berpelukan sebentar, tanpa ada penolakan. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">"Mau bobok, Bu." </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Lalu ku matikan lampu, tapi dia menemukan stiker dan ingin memainkannya. Aku kembali terisak, "Besok lagi, Mbak." </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">"Mau bobok, Bu." Katanya dengan tetap mengambil stiker. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Kami lanjut tiduran. "Ibuk sedih ya?" tangannya menempelkan stiker ke tangan ku seakan berkata 'jangan sedih lagi Ibuk.'</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Ku jelaskan mengapa aku bersikap seperti tadi. Siapa lagi kalau bukan ulah Si Hormon yang membolak-balikkan perasaan pada perempuan. Aku tahu dia belum mengerti, tapi tidak apa-apa. Tak lama kemudian dia minta dinyanyikan lagu pengantar tidur dan langsung terlelap, tanpa banyak drama. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Terima kasih anakku, kau sungguh perhatian dan pengertian π</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-jTZKHsba57I/YHcGJd3puNI/AAAAAAAAPFQ/gOfQ__B0SkIrln1gyik4S8WIk24NQWiXwCLcBGAsYHQ/s2048/IMG_20210414_221054.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-jTZKHsba57I/YHcGJd3puNI/AAAAAAAAPFQ/gOfQ__B0SkIrln1gyik4S8WIk24NQWiXwCLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG_20210414_221054.jpg" width="640" /></a></div><br /><p><br /></p>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2760714174963712229.post-24350749410984154982021-04-10T12:40:00.003+07:002021-04-10T12:40:23.852+07:00Sepeda Roda Empat<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-PMLX0Q9NQP8/YHEvr2Q2KOI/AAAAAAAAPBA/sg6FsRsMmz8KbCfypqSlex1buLHN0WifwCLcBGAsYHQ/s2048/IMG20210402100651.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-PMLX0Q9NQP8/YHEvr2Q2KOI/AAAAAAAAPBA/sg6FsRsMmz8KbCfypqSlex1buLHN0WifwCLcBGAsYHQ/w640-h480/IMG20210402100651.jpg" width="640" /> </a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Kenapa nggak pakai <i>balancing bike/push bike</i>? Itu loh, <span>sepeda roda dua tanpa menggunakan pedal dan juga rem sepeda.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span>Anaknya nggak mau, Boss.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span>Sungguh lingkungan itu sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak, salah satunya perkara sepeda ini. Bukan aku tak tahu apa itu <i>push bike</i> dan segala macam manfaatnya. Aku pernah menyewanya saat anakku usia 23 bulan.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span>Entah aku yang kecepetan mengenalkannya, tapi anak ini tidak terlihat antusias. Sebulan aku menyewa, hanya dua kali ia memainkannya.<br /></span></div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /><a href="https://1.bp.blogspot.com/-1Z2XMkA6CI4/YHEvjdWV8II/AAAAAAAAPA8/-NjPthWe23cxGC5Jt9SCXj2J-QhJKrusgCLcBGAsYHQ/s1439/PicsArt_04-10-11.53.56.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1439" height="480" src="https://1.bp.blogspot.com/-1Z2XMkA6CI4/YHEvjdWV8II/AAAAAAAAPA8/-NjPthWe23cxGC5Jt9SCXj2J-QhJKrusgCLcBGAsYHQ/w640-h480/PicsArt_04-10-11.53.56.jpg" width="640" /></a></div><p style="text-align: justify;">Mungkin ekspektasiku yang terlalu tinggi, berharap sekali anak ini semangat berlatih (secara barang sewaan, sayang sekali jika tak dimanfaatkan sebaik mungkin). Padahal kalau dia memang sesuka itu sama <i>push bike</i>, pasti ku belikan.<br /> </p><div style="text-align: justify;">Nyatanya dia tak tertarik. Ia justru terlihat lebih semangat ketika naik sepeda roda empat. Ya, gimana, di kesehariannya, ia melihat teman-teman memakai sepeda seperti itu. Mana ada anak yang pakai sepeda tanpa pedal. <br /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b><i>Sebagai orang tua, kamu harusnya lebih memotivasi!</i></b></div><div style="text-align: justify;"><b><i> </i></b></div><div style="text-align: justify;">Ya, kenapa harus dipaksa? Hal-hal seperti ini bukan sesuatu yang saklek, jika A harus A. Ketika orang bilang bagus/rekomendasi, nggak wajib kita ikuti/miliki. Sesuaikan dengan kondisi dan diri kita yang paling tahu kondisinya.</div><div style="text-align: justify;"><b><i> </i></b><br /></div><div><p>Haha.</p><p> </p><p>Tapi aku takjub lho, anak dua tahun ini sudah bisa gowes sepeda. Meski belum bisa satu putaran penuh, tapi sepedanya udah bergerak maju. Meski demikian, ia masih belum bisa mengontrol emosinya. Ketika ia menggowes sekuat tenaga tapi sepeda tak mau bergerak, dia akan teriak dan menagis kencang. Haha, lucu tapi kok gemesin.<br /></p><p></p></div>Zaitun Hakimiah NShttp://www.blogger.com/profile/04131668127545503546noreply@blogger.com0