Tuesday, January 26, 2021

Hujan

Tak seperti biasanya, anakku sudah pulang dari main di luar rumah jam 17.00 WIB, biasanya menjelang magrib. Sesampainya di rumah, ia minta nonton HP. Ku berikan, tapi rasanya dia sedang tidak dalam kondisi mood yang bagus. Tandanya apa? Dia rewel sambil tunjuk-tunjuk HP, "Ini. Ini. Ini." Akhirnya ku tawarkan ia untuk melihat kambing di rumah tetangga yang letaknya agak jauh dari rumah. Dia pun mau dan bersedia. 


Akan tetapi, dia maunya digendong. Tanda "lagi nggak mood" kedua. Biasanya dia akan senang hati berjalan kesana kemari. Baiklah. 


Sebenarnya sore itu lagi mendung agak gelap. Tapi bagiku, "mendung belum tentu hujan", jadi lanjut ajalah. 


Sesampainya di tempat kambing, anakku masih saja gendongan. Dia baru mau turun setelah aku bilang capek. Sungguh dia anak yang sangat pengertian. Ku ajak dia jalan ke arah sungai. Dia pun bersemangat jalan dan berhenti di kandang ternak milik warga setempat. Ada ayam, merpati, dan kambing. Anakku terlihat senang sekali melihat kurungan ayam. Belum lama main disana, tiba-tiba hujan. Nggak terlalu deras, tapi cukup buat basah. Aku langsung gendong anakku, setengah berlari. Ditengah jalan ditawari payung oleh salah satu warga, tapi ku tolak. Aku terus berlari tapi baru setengah jalan menuju rumah aku sudah ngos-ngosan. Aku berteduh di pinggir rumah warga. 


Sambil mengumpulkan tenaga, aku mendata beberapa opsi yang bisa ku ambil. Pertama, mengetuk pintu untuk pinjam payung, kedua, nekat lari lagi, berharap hujan sedikit reda. Belum sempat ku pilih langkah yang akan ku ambil, ku lihat suamiku datang membawa payung besar. Wajahnya terlihat cemas sekaligus lega. Aku, tentu saja bahagia atas kedatangannya. Benar-benar terharu. Kami pun berjalan bertiga di bawah naungan payung yang cukup lebar.


Saturday, January 23, 2021

Usia 22 Bulan

Banyak Alasan Sebelum Tidur

Ceritanya aku lagi ingin menerapkan Sleeping Training ala-ala; tidur tanpa nenen dan tanpa gendong. Sebelum tidur boleh nenen, kalau sudah puas, berhenti, lanjut tidur. Jadi tidurnya nggak sambil nenen, begitulah kira-kira maksudnya.

 

Awal-awal bisa berhasil loh. Habis dia nenen, guling-guling sebentar, setelah itu bisa tidur. Tapi kemudian gagal. Setelah nenen dilepas, dia akan mengeluarkan banyak alasan.


"Mnum putih. Minum putih."

"Nyain. Nyain." -- minta dinyalakan lampu.

"Maem nasyi." -- nasi

"Esyidol. Coyet-coyet." -- spidol

"Eskrim mau?" -- minta main eskrim

"HP kukuk?"

 

Ku turuti hingga akhirnya bisa tidur jam 22.00 WIB. Kadang bisa tidur sendiri tanpa nenen, kadang tetap minta nenen pengantar tidur.

 

Latihan Melompat

Dia lagi suka pasang kuda-kuda, mengukur kemampuan diri sendiri untuk bisa melompat. Kadang masih takut, kadang nekat lompat aja.


Bisa Buka Pintu Kamar 

Meski masih jinjit, dia sudah bisa membuka pintu kamar. Luar biasa.

 

Belajar Warna 

Aku mulai intens mengenalkan warna (dia pun juga lagi senang nonton video tentang warna-warna). Dia belum bisa menyebutkan warna dengan benar. Tapi udah bisa mengelompokkan barang-barang dengan warna yang sama. Misal mainannya warna kuning, terus lihat kerudungku warna kuning, dia akan bilang, "Sama, biru."

Thursday, January 21, 2021

Mengajari Anak Mengelola Emosi

Anak umur 5 tahun, jatuh dari sepeda langsung nangis histeris, padahal lukanya tak seberapa. Mengadulah ia ke orang tuanya. Apa yang terjadi? Ia justru dimarahi. "Yaelah, luka segitu doang nangis. Udah, diam! Kamu sudah besar, kayak gitu aja nangis, lihat tuh anak tetangga, jatuh nggak nangis!"


Aku di posisi anak, 'Sedih banget. Pengennya disayang, malah kena marah.'

Aku di posisi orang tua, 'Ini anak kenapa sih? Cengeng banget. Udah umur segini kok masih suka nangis terus.'

Aku di posisi orang lain, 'Ya gimana anakmu nggak cengeng, kamu aja nggak ngajari dia gimana mengelola emosi yang baik.'


Waktu anakmu kecil, kamu manja-manja dia. Jatuh sedikit, kau langsung tenangkan hatinya, "Udah ya nggak usah lari-lari ya, nanti jatuh, sakit. Nggak usah nangis ya!" Begitu terus sampai anaknya sudah besar dan kamu mulai sadar sudah bukan saatnya anakmu suka menangis hanya karena hal-hal tertentu yang kesannya sepele.

 

Harusnya gimana dong?

Ajari dia untuk mengelola emosinya. Saat jatuh, katakan padanya, "It's OK. Nggak apa-apa jatuh. Sakitnya kita obatin ya. Kalau masih merasa sakit, silahkan nangis."


Jangan suka menghentikan tangisan anak > 1 tahun. Biarkan ia mengenali emosinya. Biarkan ia menumpahkan segala yang dirasakan lewat tangisan. Setelah itu, ajari gimana seharusnya ia menyalurkan emosinya. Kalau bisa nya cuma membentak anak untuk diam dari tangisannya, mah, ya udah, bakal gitu terus siklusnya. Nangis, DIAM! Nangis, DIAM!


Halah, tahu apa kamu? Kamu kan belum punya anak seusia anakku!

Yowis.

Saturday, January 02, 2021

[Resensi] Pulang-Pergi - Tere Liye

Judul : Pulang - Pergi
Penulis : Tere Liye
Penerbit : PT Sabak Grip Nusantara 
Tebal Buku : 414 hlm; 20cm
Kota Terbit : Depok - Jawa Barat 
Tahun Terbit : 2020
Harga : Rp. 89.000,-
Sinopsis Buku:
"Ada jodoh yang ditemukan lewat tatapan pertama. Ada persahabatan yang diawali lewat sapa hangat. Bagaimana jika takdir bersama ternyata, diawali dengan pertarungan mematikan? Lantas semua cerita berkelindan dengan, pengejaran demi pengejaran mencari jawaban? Pulang-Pergi."

***

Master Dragon terbunuh setelah Keluarga Tong berhasil bersekutu dengan Keluarga Yamaguchi dan Bratva. Masih ingatkah bagaimana Bujang yang waktu itu sebagai Tauke Besar Keluarga Tong membujuk Otets, pimpinan Bratva?
 
Ia harus mengalahkan Maria, putri tunggal Otets. Di akhir cerita, Maria menyerahkan gelang sebagai simbol kemenangan Bujang. Menang atas bergabungnya Bratva dengan Keluarga Tong dan juga menang atas hati Maria. Maria telah memilih Bujang sebagai calon suaminya.
 
 
Disinilah cerita "Pulang - Pergi" ini dimulai. Pertunangan Bujang dan Maria akan segera digelar setelah beberapa kali undangan Otets tidak dipedulikan Bujang. Kali ini undangan itu penuh dengan ancaman sehingga Bujang merasa harus datang menemui Otets, meminta untuk membatalkan pernikahannya dengan Maria. Ia pun meminta bantuan Tuan Salonga untuk menemaninya. Tentu saja Tuan Salonga menolak. Tapi mereka tetap berangkat, dengan catatan, mereka tidak meminta membatalkan pertunangan, hanya meminta waktu untuk mengenal Maria lebih dalam. Mereka berangkat bertiga. Salonga membawa Junior, murid barunya, itu salah satu syarat yang diajukan Salonga.
 
Sesampainya disana, dia bertemu Thomas, konsultan keuangan di "Negeri Para Bedebah". Thomas diundang Otets untuk membahas proyeknya. 

Hingga hari pertunangannya tiba, Salonga belum menemukan waktu yang pas untuk membahas tujuan utama dari kedatangan mereka, mengundurkan pertunangan. Justru kabar buruk yang mereka terima, pertunangan dibatalkan karena akan langsung digelar pernikahan. 

Bujang tidak dapat berkelit. Dia hanya berharap pada sebuah keajaiban, dan Sang Penulis Buku memberikan keajaiban tersebut. Tak ada yang mengira acara tersebut disusupi oleh pengkhianat. Dia adalah Natascha, mantan two spies Bratva. Dia berhasil membunuh Otets. Bujang, Salonga, Maria, Thomas, dan Junior berhasil melarikan diri. Namun, kini mereka menjadi buronan dengan bayaran paling mahal. Bujang pun meminta bantuan Si Kembar, Yuki Kiko dan White.

Akankah mereka berhasil menakhlukkan Natascha? Apakah Bujang jadi menikahi Maria?

***

SERU BANGET WOIIII! Nggak ngerti lagi kenapa Tere Liye bisa meramu buku ini menjadi sesuatu yang sangat seru untuk dibaca.

Kisah cinta Bujang dan Maria yang sungguh sangat menggemaskan. "Catat baik-baik, aku tidak mencari suami untuk melindungiku, Bujang." (Hal. 71)

"... Berhentilah sok perhatian, sok menghiburku. Kau belum jadi suamiku. Jadi kau tak bertanggung jawab melakukan nya." (Hal. 115)

Bergabungnya Thomas dengan rombongan Bujang juga menambah seru cerita ini. Thomas adalah sosok yang cerdas, supel, dan juga humoris. Sudah bisa dipastikan kalau ada Thomas, maka alur cerita akan mampir sebentar ke penjara.

qa
Sumber : FB Tereliye