Friday, October 23, 2020

Usia 19 Bulan

Satu bulan berlalu. Apa ya yang terlihat signifikan di bulan ini? Rasanya tertutup oleh sakit yang datang secara beruntun. Niat hati pergi ke Puskesmas untuk imunisasi DPT ulangan, eh malah tertunda, karena

1. Demam Dengue

2. Kaki terkilir

Bulan kemarin udah lincah mau lari, bulan ini belajar lagi. Bulan lalu, traking kenaikan BB nya sudah membaik, bulan ini hanya naik 1 ons. Alhamdulillah, tetap bersyukur dengan keadaan saat ini.


Mau Main Mainan

Sebelumnya mainan menumpuk di pojokan, mungkin karena anaknya kurang tertarik jadi dibiarkan begitu saja. Ku coba pindahkan kotak mainan di tempat yang mudah ia jangkau. Ternyata dia mau bermain. 


Dia main transfer kelereng dari satu mangkok ke mangkok yang lain. Setiap kali berhasil, ku beri semangat "YEEAAAYYY" sambil tepuk tangan. Dia pun jadi ikut bersemangat dan memainkannya terus. Saking semangatnya, bangun tidur yang dicari "ndok. ndok." -- sendok.

Dia juga suka permainan cangkir yang dibalik dan menebak cangkir mana yang ada kelerengnya. Kalau lagi main sendiri, nanti dia yang akan membalik cangkirnya, membukanya, dan bilang "kosyong." 

"Ibu. Ibu. Ibu." minta ibunya main juga.


Selain itu, dia juga suka main mobil-mobilan (milik sepupunya). "Obing. Obing." 

 

Meski sudah mau main mainan, tapi HP tetap jadi barang kesukaan. Kalau dulu tontonannya lagu-lagu berbahasa Indonesia, sekarang dia suka nonton konten berbahasa Inggris; Elmo, The Wheel On The Bus (Bipp bippp), Old MacDonald Had a Farm (iyaiya), dan sebagainya.


Mulai Mengenal Warna

Warna pertama yang dikuasainya adalah hitam. Ketika diperlihatkan spidol dan ditanya "item mana?" dia akan menunjukkan warna yang benar. Meski belum bisa menyebutkan warna yang lain, dia sudah sadar akan kesamaan warna. Misal buka beberapa spidol, dia bisa menutup kembali spidol dengan pasangan tutupnya dengan tepat. Kalau salah ambil tutup, dia akan membukanya kembali dan menutup dengan tutup yang sesuai.

 

Suka Menyanyi

Bulan lalu sudah mulai suka bernyanyi, tapi baru sepenggal-sepenggal. Sekarang udah hampir full 1 lagu bisa mengikuti. Lagu kesukaannya:

Tik tik bunyi hujan

Topi saya bundar

Burung kakak tua

Cicak-cicak di dinding

 

Belajar Mengucapkan Dua Suku Kata

Nggak tau sih ini masuk kategori atau bukan, tapi dia bisa berkata:

Bapaaak, sakit.

Adeekk, nangis. 

Mbaaah, bebek.

Kucing bobok. 

Hape mana?


Suka Menyamakan Obyek di Foto

Anakku sudah kenal konsep "SAMA" sekitar umur 17 bulan menuju 18 bulan. Waktu itu aku menunjukkan gambar kepik di flash card dengan tempat sikat gigi bentuk kepik juga. "Kepik. Sama ya? Sama kan?" Sejak saat itu konsep tersebut semakin berkembang.

 

Nah, di usia 19 bulan ini, dia suka banget nunjuk-nunjuk foto di dinding lalu menyamakan dengan obyek aslinya.

"Bapak. Sama." sambil nunjuk bapaknya.

"Akung. Sama."

"Uti." pergi ke belakang, nyari Uti.

Waktu Om nya datang, dia mau digendong, dan mengajak ke figura yang ada gambar Om, hanya sekedar untuk bilang "Sama. Om. Sama."

 

HAHAHA.

Friday, October 09, 2020

Terjatuh

Selasa (06/10) menjelang pukul 11:00, saat kerja, suami dikabari orang rumah kalau anak kami baru saja terjatuh dan kakinya sakit untuk jalan. Kami yang belum melihat kondisinya beranggapan kalau Si Kecil lagi ingin dimanja saja, minta gendong terus. Lagi pula kalau ada yang sakit dia selalu menunjukkan lutut nya yang dulu pernah terinfeksi bakteri.


Akan tetapi dugaan kami salah. Begitu sampai rumah, ku lihat anakku tak mau jalan. Bukan tak mau, melainkan kaki kanan nya sakit saat menginjak lantai. Ku lihat tak ada lecet, lebam, ataupun bengkak. Semua terlihat normal. Tapi saat ku pegang betis bawah dekat pergelangan kaki, dia menyerang kesakitan. Akhirnya untuk mobilitas dia minta gendong, mandi pun harus duduk di kursi.


Syukur alhamdulillah dia nggak rewel, nggak lantas minta gendong terus, masih aktif main meskipun hanya diam di tempat. Sedih rasanya. Biasanya dia suka jalan kesana kemari, kali ini pergerakan terhambat. Sebenarnya dia ingin jalan, tapi begitu kakinya napak di lantai, terasa sakitnya. 


Hari kedua, masih belum bisa jalan. Tapi sudah mau merangkak menirukan kambing yang berjalan. Curhat kesana-kemari, kami disarankan untuk membawanya ke dokter orthopedi.


Hari ketiga, Kamis (08/10) kami pergi ke Puskesmas (padahal seminggu yang lalu baru kesana, harusnya kesana untuk imunisasi DPT ulangan, malah ada saja kendalanya). Sekitar pukul 08.30 WIB kami sudah di ruang Pelayanan Anak dengan bidan yang sudah stand by. Diukur BB dan TB, nggak ada perubahan dari seminggu yang lalu. 


Kami menuju ruang pemeriksaan. Saat diperiksa, bidan tidak menemukan tanda kegawatdaruratan. Tidak ada bengkak, lebam, dan semacamnya. Kakinya pun masih bisa digerak-gerakkan. Jadi kemungkinan hanya terkilir biasa. Kami disarankan untuk melakukan fisioterapi mandiri untuk anak kami. Dipijat-pijat pakai minyak, dikompres air hangat, biar ototnya rileks. Orang tua harus sabar dan terus motivasi anak agar mau jalan lagi.


Kapan bisa sembuh? Tergantung tingkat toleransi rasa sakit yang dimiliki anak. Bisa cepet, bisa juga lama. Karena bisa saja anak jadi trauma, nggak mau jalan, karena nggak mau sakit. Akhirnya kami hanya diberikan obat pereda nyeri.


Malam harinya, anakku terlihat lebih semangat. Dia merangkak kesana kemari mengikutiku. Sedih sih, kayak "kok balik jadi bayi lagi? padahal kan udah bisa lari." Tapi nggak apa-apa, dia anak kuat, dia anak hebat. Tak lama lagi pasti bisa jalan lagi!

Thursday, October 01, 2020

Ternyata Demam Dengue!

Hari kedua demam ternyata tak seindah hari pertama. Anak jadi lebih rewel, minta sesuatu dengan menangis, menangis, dan menangis.


Aku mulai memberikan parasetamol, tapi kok nggak ada efek yang berarti, masih tetap panas di hari ketiga. Aku mulai galau, "Anak ini kenapa ya? Tubuhnya sedang melawan virus apa ya?" karena kalau hanya commond cold, dia gak batuk, gak pilek. Ingus bening hanya meler sesekali, nggak sampai bikin dia susah nafas dan susah tidur. Kalau besok masih panas, akan kami bawa ke puskesmas.


Bangun tidur di hari keempat, ternyata suhu nya masih tinggi. Fix nih diperiksain. Tapi habis mandi suhunya berangsur turun. Kadang anget lagi, tapi normal kembali. Maklum, pakai "tangan-meter" jadi hasilnya labil dan gak obyektif. Setelah galau jadi atau enggak, akhirnya jadi aja.


Kami berangkat sekitar pukul 07.45 WIB. Sesampai sana cek suhu terlebih dahulu, alhamdulillah sudah di angka normal 36.4 C. Kami dapat antrian nomor 2. Alhamdulillah nggak lama loket pendaftaran dibuka dan alhamdulillah lagi di ruang Pelayanan Anak, ibu bidannya udah stand by, tinggal ganti baju APD aja. Pengalaman sebelumnya, kami harus menunggu lama.


Aku merasa cocok dengan Ibu Bidan nya. Edukasinya mantap dan nggak langsung kasih antibiotik. Sejalan seirama lah, bahwasanya anak demam yang paling penting adalah rehidrasi alias minum. Kalau cuma dikasih penurun panas tapi minumnya dikit juga harus waspada. Kemudian lihat fisik anak (BB dan TB) itu dasarnya pencatatan di KMS. Kalau masih di grafik hijau, tak perlu khawatir. 


Setelah menyampaikan keluhan, Ibu Bidan memberikan rujukan untuk tindakan laboratorium. Aku menuju ruang laboratorium dan perjuangan pun dimulai. Aku memeluk erat anakku saat petugas mengambil darah. Dia nangis berontak, tapi semuanya berjalan lancar. Setelah jarum dilepas, tangisnya hilang. Kami harus menunggu hasilnya sekitar 30 menit. 


Kami berjalan berkeliling. Alhamdulillah anaknya aktif dan ceria, nggak ada lemesnya sama sekali. Sesekali minta gendong, tapi kemudian turun kembali.

Pukul 09.10 WIB hasilnya sudah keluar. Kami segera konsultasikan ke Ibu Bidan, tapi oleh Ibu Bidan dirujuk ke Poli Umum karena ternyata IgM Dengue hasilnya positif samar. Akhirnya kami harus menunggu lagi. Untungnya dokter baru saja selesai visite, jadi kami menunggu tidak terlalu lama.


Kami sampaikan hasil laboratorium, ditanya apakah ada batuk pilek? mual muntah? Diare? Tidak ada. Dokter menyarankan agar perbanyak minum, jangan sampai dehidrasi. Akhirnya kami diberi resep parasetamol dan multivitamin. Tapi dokter memberi ultimatum "Kalau demamnya berkepanjangan disertai mual dan muntah, langsung ke IGD, rawat inap!"


SEMOGA TIDAK!

SEHAT! SEHAT!

 

Ya Allah Ya Tuhanku, Tuhan dari segala manusia dimuka bumi, berikanlah kesembuhan kepadanya, angkatlah penyakitnya, dan jadikanlah penyakit yang ia derita sebagai pelebur dosa. Hanya kepadamu lah kami meminta kesembuhan, kesembuhan yang tak ada kambuh lagi.” ( H.R. Bukhari dan Muslim)

 

Update cerita :

Sore hari sepulang dari Puskesmas kemarin, aku merasa ada yang berbeda dari anakku. Tangan dan kakinya teraba dingin, seperti kalau habis berolahraga, dingin dan lembab. Pikiranku kemana-mana, aku takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Aku makin kalut lihat tingkah polah anakku, dia menjadi "fragile", gampang pecah. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendaknya, dia marah.

Malam hari, sebelum tidur, yang dingin tidak hanya kaki tangannya saja, tapi juga tubuhnya. Sekitar pukul 24.00 WIB anakku terbangun dan seperti orang kesetanan, naudzubillah, dia menendang ke segala arah, dipegang tidak mau, pokoknya serba salah. Lelah menangis akhirnya dia tidur lagi dengan nenen.

Ya Allah, aku takut banget.

Pagi hari lihat cuitan dr.Apin di twitter yang sedang membahas demam, salah satunya Demam Dengue yang bisa saja mengakibatkan syok atau kekurangan oksigen ke jaringan tubuh. Panik, panik, panik. Apalagi setelah konsultasi via Alodokter. TAKUT. TAKUT. TAKUT.

Pengen periksa lagi, tapi nggak tega kalau harus ambil darah lagi. Tapi takut banget kalau terlambat penanganannya. Tolong aku harus gimana?