Tuesday, September 29, 2020

Demam di Usia 18 Bulan

MasyaAllah,

Setelah beberapa bulan anakku terbebas dari demam dan common cold, akhirnya mereka datang kembali. Terakhir itu saat usianya 12 bulan, inget banget soalnya sampai menginfeksi ke mata (mata jadi bengkak dan berair), hingga harus minum antibiotik. Alhamdulillah sembuh meski harus drama sekali minum obatnya.


Kali ini mau cerita karena ada sesuatu yang memorable. Jadi anakku dari hari Sabtu (26/09) beberapa kali bersin dan sempat meler cairan bening di hidungnya. Nggak ada demam dan masih bisa main seperti biasa. Hari Minggu juga demikian. Nah Senin sore aku merasa ada yang beda. Sore pulang main biasanya dia lahap makan kok ini agak susah. Malah minta nenen dan tertidur dari jam 17.30 sampai jam 18.00an. Disitu dia udah mulai demam, tapi masih aktif.

 

Dia tidur lagi jam 22.00 WIB sampai benar-benar ngantuk baru mau tidur. Beberapa kali dia terbangun untuk nenen. Biasanya dia akan tertidur lagi setelah nenen, tapi tidak untuk malam ini. Jam 03.00 WIB dia terbangun.

 

"Buuuukkk." dia membangunkanku.

"Innn.. Innn.." minta dinyalakan lampu. 

Ku tawari tidur lagi tapi dia tetap merengek minta lampu kamar dinyalakan.

"Kuuu. Kuuu. " minta diambilkan buku.

Ku ambilkan buku tapi karena nyawaku belum terkumpul, akhirnya aku tidur lagi.

"Buuuukkk. Kinnccii. Apeeenngg. Buuuuukk"

"Iyaa." akhirnya aku membuka mata. Pokoknya merem-melek nemenin dia yang lagi ON. Kalau aku ketiduran, dia akan memanggilku "Buuuuuuk."


"Itu.. ituu." Kali ini dia minta diambilkan spidol warna.

"Ini.. inii." Dia minta tutup spidol dipasangkan di jari kecilnya.

Sambil ku tidur, dia udah corat-coret kakinya. 


Lihat ada HP, dia minta diputarkan YouTube. 

"Buuukk. Hapee. Kukuk. Kukuk." 

"Topii saya bundang. Bundang topi sayaa.." dia asyik nyanyi sendiri.


"Buuukk. Boulon. Byola."

"Oh, balon, bola." 


"Inn. Inn." minta lampu kamar dimatikan. Mau nenen lanjut tidur. Tapi ternyata habis nenen masih belum bisa tidur, akhirnya "Inn. Inn." minta lampu dinyalakan. Terus minta ambil ini dan itu.


 Akhirnya tidur lagi jam 04.20 WIB.

Hasil corat-coret

***


Aku bersyukur banget sih. Dibanding dia minta nenen sepanjang malam, mending kayak gini, disuruh ini itu, ambil ini itu. Mana manggilnya manis banget "Buuuuukkk", merengek hanya kalau aku nggak langsung melakukan apa yang diminta.

 

Semoga sakitnya udahan ya Nduk.

Wednesday, September 23, 2020

Usia 18 Bulan

Pertanggal 23 ini, anakku genap berusia 18 bulan alian 1,5 tahun, yeay, masyaAllah. Alhamdulillah perkembangannya makin pesat, pertumbuhannya juga masih aman sesuai jalur. Apa saja highlight di bulan ini? Berikut daftarnya.


Mengenal Nama Diri Sendiri

Sebelumnya kalau ditanya siapa namanya? Dia pasti jawab "Akung" (karena sering ditanya cucu siapa ini?). Sekarang kalau ditanya lagi, kadang jawab kadang diam saja. Tapi di kegiatan lain, dia akan menyebut namanya sendiri.


Berawal dari bapaknya yang iseng numpuk bantal dan guling ke tubuhnya, sambil bercanda "Adek mana? (sambil menyebut nama anak) mana ya? mana sih? ngumpet ya?"


Ternyata dia suka permainan itu. Di lain waktu dia bisa tiba-tiba rebahan, ambil guling, sambil berkata "Mpet. Mpet. (ngumpet). Ruz? Ruz? (sebut nama diri sendiri).

 

Suka Suruh-Suruh Ibu

Anak ini suka menyuruh ibunya kalau :

 

- ingin bergantian dengan ibu

Contoh: Ibu lagi minum. Terus dia ingin juga "minum. minum." Setelah minum dia menyerahkan gelas ke ibu "ibuk. ibuk." 

 

- ingin ibu mencoba apa yang dia lakukan

Contoh: Dia lagi suka panjat-panjat pagar milik tetangga sebelah. Setelah dia berhasil melakukannya, dia panggil ibu "ibuk. ibuk." -- memintaku melakukan hal yang sama


Kalau ibu mau melakukan hal yang diminta, dia akan minta gilirannya kembali. "Ruz. Ruz."


- ingin ibu melakukan sesuatu untuknya

Contoh: Dia ingin mendorong sepeda temannya, tapi temannya terlihat kurang berkenan. Akhirnya dia megang tangan ibu "ibuk. ibuk."

 

Suka Bernyanyi

Kalau sebelumnya ibu menyanyi, dia akan meneruskan lirik yang dia bisa, sekarang dia yang suka bersenandung sendiri;

Cicak cicak dindinding, diam diam

Tik tik tik hujan, embalah engok

Kakak tua, tek dung tek dung burung kakak tua

Aming bulyang bulyang bu

Ame-ame upu upu, siang 

Bebek aus ai, sabung wangi

Mentak mentak, enak enak ngoyok

Opi saya hundarr


Wow, banyak ya lagu yang dinyanyikan. Iyalah tiap hari nonton HP mulu. Bangun tidur pun yang dicari HP. Pusing nggak tuh 😵😵😵 

 

Saat buka Youtube, dia sudah bisa menggerakkan layar, mengganti lagu yang dia mau putar. Dia bahkan hafal tumbnail nya apa, lagunya apa.


Yes, aku tahu kok dampak screening time yang berlebihan untuk anak. Jadi ya biarkan aku dengan pilihanku. Aku tahu kapan saatnya harus keras atau sampaikan kapan membiarkan hal ini let it flow. OK!


Bisa Berlari

Sekarang sudah bisa berlari dong 😭 Cepet banget. Harus ekstra diawasi kalau lagi di dekat jalan raya.


Ambil Minum Sendiri

Sebelumnya dia sudah bisa membuka keran dispenser. Tapi bagi dia itu "citang" alias cuci tangan. Sekarang dia udah bisa naruh gelas di bawah keran, kerannya dibuka, air mengalir, tutup keran, airnya diminum. Tapi karena dia suka proses ambil airnya, jadi air yang di gelas dia tumpahkan, gelas kosong, ambil air lagi. Akan begitu terus sampai diperingatkan untuk "SUDAH!"


Bisa Diajak Ngobrol

"Tadi lihat kambing dimana?"

"Disana (nunjuk ke segala arah)"

"Kambingnya ada berapa?"

"Duaa." --padahal ada banyak

"Kambingnya suaranya gimana?"

"Mbeek mbeek (merangkak mengikuti gerakan kambing)"

Friday, September 18, 2020

Review Deli Spidol Warna 1.0-5.0mm 24 Warna

Beberapa waktu yang lalu aku mengeluhkan anakku yang kayaknya addict banget sama HP. Kemudian mikir, kira-kira aktivitas apa yang cocok untuk anak 17 bulan biar bisa anteng main tanpa harus pegang HP. Sebenarnya sudah lama ingin kasih pewarna macam spidol/krayon/pensil warna dan semacamnya, tapi masih maju mundur karena belum siap kalau Si Anak coretnya kemana-mana. Pernah dengar tentang washable spidol yang gampang dibersihkan tapi masih galau mau pakai merk apa. Harganya pun agak lumayan dibandingkan spidol biasa. Hingga akhirnya ketemu promo di Shopee dan langsung eksekusi karena diskon 57% 

 

Spidol ini merk Deli. Desainnya tebal. Tinta cenderung tidak bau dan yang paling penting mudah dibersihkan. Namanya anak kan belum bisa fokus menulis hanya di buku. Pasti penasaran pengen nyoret di lantai, karpet, kasur, dan juga di tubuhnya sendiri. Yang ku suka dari Deli ini, dia mudah dibersihkan. Cukup cuci pakai sabun, noda akan hilang, tanpa harus digosok dengan keras. Begitu pula noda di lantai dan di sprei. Kena air juga luntur. Kalau di dinding belum tahu, sejauh ini masih aman belum coret-coret dinding.


Berikut hasil karya Si Kecil yang berusia 17 bulan sekian. Kalau orang tuanya ikut gambar, pasti akan ia coret-coret untuk menutupinya.







Sungguh aestetik sekali yaa! 💕

Tuesday, September 15, 2020

Membentak Anak

Pernah nggak sih kelepasan membentak anak? Pasti pernah lah ya dan berakhir dengan penyesalan, apalagi kalau lihat muka polosnya berubah jadi wajah kaget dan ketakutan.


Setidaknya itu yang ku rasakan, kejadian tadi malam. Sore itu seperti biasa, sepulang dari bermain, ku ajak anakku ke kamar mandi untuk cuci tangan. Kebetulan masih ada bak mandi yang belum dibereskan, jadilah dia nyemplung ke bak tersebut. Yaudahlah, selama nggak jongkok, bajunya nggak akan basah. Awal-awal masih bisa ku atur, lama kelamaan dia jongkok juga dan tentu saja, baju dan celananya basah. Disitu aku masih bisa mengucapkan mantra "it's okay. it's okay." Ku gantikan baju dan main lagi. 


Malam harinya di jam makan, dia ingin makan sendiri. Ku biarkan dia mengeksplor makanannya. Mulai dari menyendok hingga yang terakhir dia minum kuah dari mangkoknya langsung. Hasilnya apa saudara-saudara? Jelas, baju dan celananya basah. Tapi sudah jadi kebiasaan, ketika dia sudah berhenti makan dengan kondisi seperti itu, dia akan berjalan ke kamar mandi, bebersih. Ku cuci tangan-kakinya dan ku gantikan bajunya.


Dua kali ganti baju, aku masih baik-baik saja. 

 

foto ilustrasi

 

Setelah ganti baju, dia ikut nimbrung aku makan. Dia mengambil tulang ayam dan mengerikitinya ((mengerikiti)). Yaudah biarin aja, nanti tinggal cuci tangan.

 

Waktu cuci tangan, semua berjalan lancar. Tapi saat ingin ku bilas sabun, dia malah ambil gayung, entah mau ngapain. Ku ambil gayungnya dan keceplosan,

"ADEEK! JANGAN MAIN ITU! Nanti bajunya basah lagi"


Sebelum bicara panjang lebar, aku melihat wajah syok anakku, kayak ngomong, "Aku salah apa kok sampai bikin Ibuk marah?"


Untung buru-buru sadar dan gak jadi marah. Langsung senyum dan minta maaf. Kemudian barulah bilas tangannya meski dia udah pengen kabur dari kamar mandi.

 

Kalau dipikir-pikir ya, nggak ada lho anak yang dengan sengaja bikin orang tuanya kesal. Mereka sebenarnya sedang belajar mandiri, hanya saja kemampuannya masih terbatas. Jadilah di mata orang tua apa yang dilakukan anak hanya memperlambat, dan jadi pekerjaan tambahan orang tua.


Semoga kita diberi kesabaran lebih ya saat mendampingi anak-anak kita tumbuh dan berkembang. Suatu saat mereka akan bisa mandiri kok.

Wednesday, September 09, 2020

Pergi ke Kolam Renang

Apa kabar hari Minggu?

Jumat Sabtu kemarin anak ku drama setiap pagi. Dari hasil analisis sih kemungkinan tidurnya nggak nyenyak, bangun-bangun nggak ada ibunya, ketemu ibunya malah dicuekin karena lagi fokus masak. Jadilah dia merasa diabaikan. Akhirnya hari Minggu kemarin niat habis subuh tidur lagi, menemani anak yang masih terlelap, soal sarapan urus belakangan. Kami bangun jam 07.00 WIB dan tanpa drama dong. Semua senang, apalagi ternyata Uti udah masak.

Hari ini kami akan pergi ke kolam renang. Namanya SAC atau Sumber Adventure Center yang jaraknya hanya 4,5km dari tempat kami tinggal. Pukul 09.00 kurang aku sudah rempong mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa. Baju ganti, popok, dan juga makanan. Kurang lebih jam 09.30 kami berangkat. Di perjalanan, anakku rada heboh duduk di motor. Kemungkinan sih karena udah masuk jam tidurnya, jadi agak rewel. Tapi untungnya dekat, jadi sebelum banyak gerak, kami sudah sampai.

Kami menuju loket pendaftaran. Sebelum transaksi kami diberikan hand sanitizer untuk cuci tangan. Kami juga diukur suhu tubuhnya. Harga tiket masuk kolam renang Rp 15.000/orang. Anak dibawah 2 tahun tidak dikenakan biaya. 


Suasana kolam renang tidak terlalu ramai. Kami bersiap menuju kolam air. Rencananya nanti anakku main sama bapaknya, sementara aku jadi penggembira saja karena nggak bawa baju ganti. Tapi kenyataannya anakku ketakutan saat masuk kolam renang dan mencari ibunya.

"Ibuk. Ibuk. Ibuk." 

Mungkin salahku juga karena belum sounding sebelumnya. Jadi kayak kaget gitu. Untungnya aku nggak pasang ekspektasi anak akan enjoy main air, yang penting dia dapet pengalaman baru.

Karena belum dapet feel nya, akhirnya nemenin bapak berenang. Kami duduk-duduk di pinggir kolam renang sedalam 1 meter. Anakku terlihat senang. Sementara aku, aku kepengen nyemplung juga meski nggak bisa berenang. Jadi kangen deh main air di kolam renang. Sayangnya nggak bawa ganti baju. Huhuhu.

Aku kembali mengajak anakku ke kolam yang dangkal yang ada wahana airnya. Masih belum mau. Diajak bapaknya juga maunya sebentar saja. Ternyata di sisi bagian belakang ada yang dangkal juga. Pindahlah kami kesana. 


Nggak lama main, akhirnya bongkar bekal saja, makan-makan. Ku coba ajak anak ku main air lagi. Dia tertarik ketika melihat anak lain. Ku amati juga, dia sebenarnya mau berendam dalam air kalau aku sebagai ibunya memberi contoh, jadi melakukan sama-sama. Tapi karena aku nggak mendampinginya, dia berdiri di kolam aja ketakutan. Baiklah lain kali aku akan bawa baju ganti kalau ke kolam renang.

Pukul 11.00 kami siap-siap pulang dan sudah bisa dipastikan anakku pasti akan terlelap tidur dalam perjalanan.

Alhamdulillah dapat pengalaman baru meski sore harinya pipi anakku jadi merah seperti ruam. Untungnya di hari Selasa sudah hilang. Yeay. Sehat-sehat ya Nak. 

Friday, September 04, 2020

Kecanduan HP

Kata siapa anak nonton HP jadi lebih anteng, diem, dan bisa ditinggal ngerjain pekerjaan lain? Tidak semudah itu, Buibu.

Setidaknya itulah yang ku rasakan. Anak nonton HP bawaannya jadi lebih emosi, ya anaknya, ya ibunya.

Anak lihat HP. "Hape. Hape. Kukuk." (ingin nonton lagu Burung Hantu)
Lihat Up Next Video ada gambar thumbnail, ditunjuk-tunjuklah semua.
"Bebek"
"Ayam"
"Mentak" (mentok)
"Kucing"
"Cicak"
"Guk guk" (Heli guk guk)
"Tayo"
"Ngeput" (siput - salah satu thumbnail lagu Balonku)
"Kepik" (thumbnail Cocomelon)
"Mikum" (Assalamualaikum - Nusa & Rara)
"Ini."
"Ini"
"INI"
"INNNNIIIII"

Udahlah semua ditunjuk-tunjuk sama dia, bahkan gambar iklan juga ditekan-tekan sampai dia bingung karena layar udah pindah di Play Store. 😓 Masih mending ya kalau nonton selesai, baru minta ganti. Lha ini belum ada satu menit sudah ini, ini, ini. Pusing mamak, Dek 😭

Di usianya yang baru 17 bulan, sepertinya aku terlalu longgar memberikan screening time dan sekarang sudah saatnya memperbaiki keadaan, sebelum makin gawat.

Kunci agar anak nggak main HP mulu kan sebenarnya cuma dua;
1. Jangan main HP depan anak
2. Ajak main

Nah, kira-kira mainan apa ya yang bikin dia betah main lama dan nggak berujung ke HP lagi. Baca buku nggak tahan lama. Main flash card sepertinya sudah bosan. Mainan bertumpuk-tumpuk juga gak lama dia mainnya, bahkan nggak tertarik sama sekali. Apa perlu dibelikan mainan baru? Tapi rasanya bakal bernasib sama dengan mainan sebelumnya.

Sebenarnya aku pengen mulai memberikan alat tulis ke anakku. Tapi rasanya aku belum siap kalau dia corat-coret kemana-mana, secara aku berada dalam lingkungan keluarga yang tidak suka temboknya dicorat-coret. Tapi kalau tidak dicoba, mana tahu ya. Baiklah, siapkan mental dulu sebelum menyiapkan peralatannya.

Apa lagi ya? Yuk semangat belajar lagi yuk. Belajar lebih sabar. Belajar menemani anak main dengan penuh kesadaran dan kebahagiaan. Anak nggak butuh mainan mahal-mahal, ia hanya butuh orang tua yang fokus menemaninya. Yuk luangkan waktu dan tenaga! Saatnya cari ide bermain bersama anak.
Update : 05/09/20 
Sudah 2 hari ini anakku rewel tiap pagi. Bangun pagi maunya sama ibu, padahal lagi masak. Selesai mandi, nonton HP tapi maunya sama ibu, padahal mau sarapan. Hingga drama HP dimulai; ini, inni, inNNi, INNNIIIIIIIIIII, merengek sambil tunyuk-tunyuk layar. Kalau nggak dibolehin main HP, minta nenen yang tinggal tetesan karena tadi habis mandi sudah nenen. Asli, bikin emosi 😖😤😵 


Tapi kemudian aku coba melihat dari kacamata anak. Ku posisikan diri menjadi dia. Bangun tidur Ibu tidak ada disampingku. Ku cari di dapur, ternyata Ibu sedang masak. Ibu menghiraukanku karena fokus ke kompor. Aku tak dianggap. Aku disuruh main sama yang lain. Habis mandi, aku pengen main sama Ibu, pengen nonton sama Ibu. Tapi Ibu menghiraukan aku lagi karena fokus sarapan. 


Kira-kira begitu kali ya?


Anakku jadi nyebelin saat nonton HP karena aku nggak "ada" disana. Fisiknya memang disebelahnya, tapi kan nggak mendampingi. Bangun tidur dicuekin, sekarang dicuekin lagi. Ya gimana, lha harus siapin makanan buat dia juga kan?!


Yasudah, kalau belum bisa memperbaiki yang penting sadar dulu. Tapi kalau dipikir-pikir, aku beruntung ya punya anak sepintar dia. HP dijadikan alat caper, bukan sebagai alat penenang diri (tapi kalau emang lagi pengen nonton, ya bisa tenang juga sih)


Baik, kita coba lihat besok hari Minggu. Apakah akan cranky lagi? Kayaknya sih NO, yakin deh. Kalau nangis kan tinggal keluar rumah, lihat lingkungan sekitar.