Thursday, June 25, 2020

Momen SpeechLess Bersama Si Kecil



1# Makan
Beberapa waktu yang lalu, saat jam makan. Biasanya untuk menarik minat makan anak, aku biasanya pura-pura menyuapi obyek lain. Kebetulan saat itu sedang main flashcard hewan, aku pura-pura ngasih makan hewan.
"Ikan, maem ikan." dilanjutkan menyuapi anak. Lheb, masuk.

Tidak lama, Si Bocah mengambil alih sendok makan. Ku pikir dia mau makan sendiri. Baiklah, ku biarkan dia menyendok nasi. Tapi ternyata dia nggak mengarahkan ke mulutnya, tapi ke gambar katak "Ma-em", nyaris disuntek. WOW, Si Peniru Ulung.

Pernah juga waktu itu sedang makan snack, tapi malah dibuat mainan sambil bilang "ngeeeeennggggg". Ternyata dia meniru saat aku menyuapi dia, menganggap makanan sebagai pesawat yang akan mendarat di mulut --"pesawat ngeengg".

2# Minum Susu
Rabu malam (25/06), Si Bapak pulang dari futsal, bawa oleh-oleh susu kotak.
"Mou. Mou." -- mau, minta dibukain.
Aku tusukkan sedotan dan dia minum dengan bahagia.
"Nein. Nein." sambil mengarahkan tangannya kepadaku.
"Ha? Nenen?"
"Nein. Nein."
"Owh. Dingin!"
WOW, anakku pintar. Dia ngeh kalau susu kotaknya dingin.

Kami biasanya minum air putih yang disimpan di kulkas. Kalau dia minta, pasti akan diperingatkan kalau itu dingin. Dia akan meringis doang, tanpa berkata apapun. Jadi, ketika malam itu dia berkata "Nein -- dingin" rasanya sungguh takjub.

3# Tidur
Kamis malam (26/06), jam 21.00 WIB, Si bayi sudah tidur seperti biasa. Saatnya emak scroll Instagram, sampai nemu postingan dengan tagar #KonserTunggalAnak17Bulan. Karena penasaran 'kayak apa sih nyanyi-nya anak 17 bulan?' akhirnya ku load speaker.

Selesai satu putaran, ku ulangi lagi. Belum selesai putaran kedua, tiba-tiba anakku bangun. Posisi merangkak, mata terbuka, seakan berkata 'Aku dengar anak sebayaku bernyanyi. Mana orangnya? Aku mau lihat?'

Aku langsung mute speaker dan diam mematung, pura-pura tidur, nggak ngajak ngobrol. Di detik itu aku langsung,'WOW, anakku bisa kayak gini juga ternyata."

Selang beberapa detik, dia akhirnya tidur kembali. Hihi

Tuesday, June 23, 2020

Usia 15 Bulan

Memasuki umur 15 bulan, bayi kecil ini sudah bertambah pintar dan tentunya tambah lucu, imut, menggemaskan. Haha.

Jalan Cepat dan Jatuh
Beberapa kali saat jalan denganku, ia terjatuh. Selalu pas bareng aku loh, pas sama bapaknya atau kakek neneknya baik-baik saja. Hoho. Pertama kanan, kedua kiri, ketiga kanan lagi. Nggak parah sih, tapi karena jatuhnya di jalanan beton, jadi ya lecet. Nangis bentar, udah bisa jalan lagi.

Kalau aku perhatikan, anak ini sedang belajar lari. Dia jalan cepat-cepat, mengejar kucing, kurang hati-hati karena jalanan nggak rata, akhirnya jatuh deh.

Tapi nggak apa-apa, namanya juga belajar :)

Panggil Kucing
Kalau sebelumnya baru bisa bilang "Ngggghh", sekarang ada peningkatan bilangnya "Aoonngg" saat lihat kucing.

Minum Pakai Gelas
Anak ini sudah bisa minum pakai gelas, apalagi pakai gelas kaca dan terisi penuh. Dia bisa sendiri mengangkat dan memegang gelas. Hanya saja ibunya yang dag dig dug takut gelasnya terlepas dari tangan, pecah, dan melukai tubuhnya. Huhuhu. Akhirnya ku belikan botol yang ada sedotannya. Bisa! dan mau! Tapi nggak setiap saat dia mau minum pakai botol itu sih. Kadang kalau ada gelas ya dia pengen minum sendiri. Duh mandiri sekali anakku~

Tingkat Pemahaman Meningkat
Ini nih yang bikin takjub, diajari sekali langsung nempel di otak. Nggak semua sih, tapi beberapa kayak gitu. Misal diajari lagu "Pok Ame-Ame" sambil tepuk tangan, nanti di saat tertentu dia akan tepuk tangan --minta dinyanyikan lagu. Belajar berbagai ekspresi wajah sambil nyanyi "bagaikan langit di sore hari tik tok", nanti dia akan bilang TEET sambil senyum miring.

Yang jadi PR adalah ketika dia menginginkan sesuatu dengan bahasa dia, tapi aku nggak mudeng, dia pasti jadi akan kesel dan jengkel. Contohnya ya itu tadi, tiba-tiba dia tepuk tangan sambil berkata "AaO..." Kalau aku diam saja dan salah menyambutnya, dia marah. Aku harus peka kalau dia seperti itu, berarti aku harus nyanyi "Pok Ame-Ame".

Beri Respon Saat Baca Buku
Sebelumnya kalau dibacakan buku, pasti bukunya direbut, dibuka-buka sendiri, dan robek. Udah beberapa buku yang berakhir seperti itu.


Kali ini coba dibacakan lagi dan sepertinya Si Bocah udah mulai tertarik.
"Ada Simbah nih. Mbaah, mau kemana Mbah?"
"Ini burung, mana burungnya? Ini (sambil tunjuk gambar burung)"
"Ini mobil, ada bapak, ibuk. Mobil punya roda. Roda bentuknya lingkaran. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar (nyanyi)."

Respon anak gimana? Mbaahh. Mbaaah. Dia nyari buku yang ada gambar Mbah nya. Ditanya mana burung, dia juga bisa menunjuknya. Ada gambar mobil, dia menunjuk sopir sambil berkata "Bapak. Ibuk." Dia juga menunjuk roda --minta dinyanyikan lingkaran.

Alhamdulillah.

Pada akhirnya, bukunya sobek juga sih, tapi kali ini "masa hidup"nya lebih lama dari biasanya.

Meniru Ucapan
Karena sudah mulai aware dengan bahaya speech delay (keterlambatan bicara), sebisa mungkin aku kurangi screening time. Pokoknya kalau masih sabar, kuat, temenin main aja deh. Kalau udah mati gaya, baru keluarin HP. Sebisa mungkin interaksi, ajak komunikasi, agar kemampuan berbahasanya semakin berkembang.

Permainan sederhana seperti "Buka - Tutup" sambil membuka dan mengepalkan tangan, ternyata sudah menarik bagi anak. Dan dia mulai ngikutin loh, dengan bahasa dia tentunya. "huka" sambil tangannya membuka.

Saat mandi, main lempar-lemparan sikat gigi, sambil berkata "Lempar", anak akan mengikuti dan berucap "papa". Terus, sebelumnya kan dia gosok gigi hanya dihisap-hisap aja, terus ku tanyai "Enak?", eh sekarang tiap dia memasukkan sikat gigi ke mulutnya, dia yang ngomong "enak?"

Aku percaya sih anak ini udah paham banyak hal, hanya saja memang belum bisa mengucapkan dan mengungkapkan. Jadi nggak sabar nunggu dia usia 18 bulan, awal mula peledakan kosa kata.

Semoga dipermudah ya Nak :) Meski ibu nggak pinter ngomong, semoga ibu bisa ngajari kamu bicara. Ibu nggak berharap muluk-muluk, yang penting normal sesuai usiamu aja :)

Saturday, June 20, 2020

Potato Stick yang Selalu Gagal

"Makanya ikuti resep. Nggak usah sok-sok-an pake feeling. Feeling-mu tuh belum jalan."
***

Kita semua tahu ya kalau kentang goreng itu enak. Nah, buat ibu-ibu yang punya anak, pasti akan mikir, gimana caranya dalam satu gigitan kentang goreng itu udah mengandung karbohidrat, lemak, protein, dan sayuran, bukan hanya karbodrat aja. Tercetuslah yang namanya potato stick, yang mana kentang akan dicampur dengan bahan-bahan lain sehingga padat gizi.

Nah, beberapa kali aku mencoba untuk membuat stik kentang tersebut. Sayangnya, beberapa kali juga gagal terus. Tahu kenapa? Karena gak ngikutin resep. Zzz~ sotoy

Sebenarnya konsepnya gampang ya. Kentang dikukus/rebus, hancurkan, tambahkan bahan masakan yang diinginkan, bentuk sesuai selera, goreng, tiriskan. Gampang kan, tapi kalau salah komposisinya bisa bubar.

Ini dia beberapa potret kegagalanku dalam membuat stik kentang:

Percobaan pertama, kentang tanpa tepung sehingga susah dibentuk jadi stik. Akhirnya berbentuk pipih mirip perkedel. Pas digoreng sebagian besar hancur.

Percobaan kedua, mungkin harus tambah tepung kali ya? Adanya cuma tepung beras merah "Gasol", yaudah tambahi aja dikit, takut nggak enak. Eh ternyata hasilnya lumayan. Meskipun bentuknya gak karuan tapi nggak terlalu hancur.

Percobaan selanjutnya, ceritanya udah agak berpengalaman. Ada ikan apa di kulkas, pakai aja. Kebetulan ada tepung terigu juga. Racik-racik, masih agak blenyek sih, tapi kayaknya bakal aman. Pas digoreng, mau nangis rasanya. Lengket di wajan semua T.T terus ikannya amis banget T.T dah lah buang aja. Hiks.

Percobaan berikutnya, aku mulai buka-buka resep, ternyata tepungnya pakai tepung maizena. Kayaknya udah meyakinkan. Sayangnya aku bikinnya pas bayi nggak bisa ditinggal. Baru selesai menghaluskan kentang, Si Kecil minta diperhatikan. Gitu aja terus, sampai rasanya udah nggak nyambung sama apa yang dimasak. Akhirnya adonan ngendon di kulkas sampai kering, saking malesnya buat ngelanjutin.

Nggak kapok-kapok mau bikin stik kentang, kini mulai lagi percobaannya. Kali ini proteinnya pakai udang. Kesalahan pertama yang ku buat : terlalu banyak mencairkan margarin dan ku tuang semua. Hasilnya, enak sih, tapi tercium aroma margarin. Aku pun inisiatif untuk menambahkan telur dalam adonan. Nggak tanggung-tanggung, 1 butir. Hasilnya, aroma margarin menghilang, tapi jadi encer dong, banget. Akhirnya tambah lagi tepung maizena, tambah juga tepung terigu. Udah tambah terus kenapa masih encer aja T.T

Udah putus asa karena kebanyakan tepung, yaudahlah goreng aja. Tapi gimana? Ahaa... pakai plastik yang ujungnya disobek.

Taraaaaaaa.... jadilah stik kentang yang berubah jadi stik tepung. Ya Allah.. dosa apa aku sama kentang T//T
Dokumen pribadi
Pas lihat pertama, anakku kayak nggak tertarik gitu. Tapi waktu aku berikan gigitan pertama, wow dia mau makan. Mau ya, bukan suka.

Hmm. Yasudahlah, pasrah.

Kita coba lagi nanti-nanti, kalau trauma ini sudah hilang. Hahaha.

Tuesday, June 16, 2020

Berat Badan Anak

Buibu yang galau soal berat badan (BB) anak, mana suaranya? Mari kita berpelukan dan bergandengan tangan 👭👭

Sedih sekali karena pada akhirnya memotong garis kuning setelah di bulan-bulan sebelumnya berjuang mempertahankan posisi.


Terakhir posyandu itu bulan Februari, naik 400gram dari bulan sebelumnya (titik kedua dari kanan), yang tadinya nyaris motong garis, ternyata nggak jadi karena sedikit menanjak. 

Bulan Maret absen posyandu karena aku ke rumah orang tua. Ndilalah, akhir bulan sakit, ke dokter dan ditimbang ternyata hanya naik 100gram dari bulan sebelumnya. Nggak apa-apa, lagi sakit, wajar kalau BB turun.

Setelah masa penyembuhan, BB nya mulai terasa naik, meskipun makannya ya segitu-segitu aja. Perut terlihat buncit dan kalau digendong cukup berasa.

April, Mei tidak ada posyandu karena ada pandemi. 

Juni, posyandu mulai diadakan lagi, dan KAGET DONG LIHAT HASIL TIMBANGANNYA. Jauh sekali dari yang diperkirakan. Berharap bisa tembus 9 kg atau minimal 8,5kg lah, eh cuma 8,2kg.

SEDIH. Apalagi lihat grafik yang mulai menjauh dari garis kuning.

Tapi aku sadar aku salah sih. Aku kurang usahanya. Aku hanya pasrah pada nasib. MANA BISA???

Jadi, pas bulan Februari naik 400gram itu sebenarnya anak makan sembarangan, benar-benar ikuti kemauan anak. Anak nggak mau makan, yaudah, nggak yang diusahakan bikin ini itu sampai anaknya mau. Eh, gak taunya bisa naik sebesar itu. Aku pun mau observasi dulu, kalau makan dengan cara ini, apakah tetap akan naik sesuai KBM (Kenaikan Berat Minimal)? 

Bulan-bulan berikutnya malah gak timbang, jadilah seperti sekarang ini. Tau-tau grafiknya melandai. Hmm.

Selama nggak timbang, aku hanya observasi secara fisik aja sih. Tubuhnya nggak kelihatan kurus layu. Bahkan tetangga ada yang bilang dia gemukan (makin santai lah aku). Perkembangannya meningkat, masih aktif main, sehat, pokoknya nggak kelihatan kayak kurang gizi lah. Tapi itu semua kan subyektif, yang namanya pertumbuhan harus diukur secara obyektif.

Apakah setelah ini aku akan mengunjungi DSA (Dokter Spesialis Anak)? Sepertinya belum. Aku akan coba perbaiki pola makannya terlebih dulu selama sebulan kedepan.

*Mengenalkan Susu Formula (sufor)
Sejak umur setahun anak ini sudah tak mau ASIP. Coba satu merk sufor, dia menolak. Coba susu UHT juga tak terlalu suka. Sekali minum paling cuma 1/4 kotak aja. 

Sebelumnya hanya mengandalkan DBF saat aku pulang kerja. Tapi ternyata kurang mencukupi kebutuhannya (terbukti BBnya seret), maka kali ini aku akan berusaha mencari sufor yang cocok untuknya.

*Semangat Menyiapkan Makanan 
Anakku mau makan berbagai macam makanan, tapi hanya porsi "cicip". Dibikinkan puding jadi 2 cup, yang dimakan cuma 5 suapan, setara 1 sendok makan dewasa. Hmm. Dimasakin apapun juga gitu. Akhirnya apa? Aku malas masak dan yaudahlah apa adanya di rumah. Jadi yang masuk paling cuma karbohidrat sama lemak. Proteinnya kurang banget. Dia kurang suka juga sepertinya. Misal disuapi nasi+ikan, dilepeh. Disuapi nasi aja, dimakan. Sejauh ini, protein yang bisa masuk hanya putih telur.

Baiklah, kita coba 2 hal itu dulu aja, SUSU & PROTEIN, kalau belum ada perubahan, cuss ke dokter.

Mangats!

Oia, Buibu yang galau soal BB anak, inget ya, jangan bandingkan BB anak dengan anak tetangga atau anak saudara atau anak siapapun. Bandinginnya sama BB anak di bulan sebelumnya dan terus perhatikan grafik pertumbuhannya, apakah melandai atau aman jaya ke atas. Jadi gak perlu galau "anakku umur segini, berat segitu, normal gak ya?" Normal-normal aja kalau grafik pertumbuhannya mengikuti garis. Begitu.

Monday, June 15, 2020

Tentang Buah Naga

Hari ini aku menonton IGTV dr. Citra, Sp.A, seorang dokter spesialis anak, yang tengah membahas buah naga. Dilihat dari reaksi dan raut muka, sepertinya beliau agak geli sendiri membahas materi tersebut. Saking gemesnya sampai bilang, "Habis ini saya nggak akan bahas buah naga lagi ya. Kalau ada yang tanya lagi, saya blok." Hihihi.

Mungkin menurut dr. Citra, Sp.A, dari sekian banyak materi tentang anak, kenapa harus bahas detail tentang buah naga? Tapi ya gimana, ternyata banyak ibu-ibu yang tertarik dan ikut bertanya. 

Berawal dari pertanyaan, "Apakah kalau makan buah naga, bijinya harus dipisah?"

Apakah kalian termasuk satu dari orang yang mengajukan pertanyaan tersebut? Aku sih nggak kepikiran ya. PR banget misahin bijinya. Misahinnya dengan cara disaring kok. Iya aku pernah menyaring buah naga, tapi tujuan awalnya untuk menyesuaikan tekstur, bukan misahin biji.

Nah, karena pertanyaan itu, kemudian berkembang ke pertanyaan lain, akhirnya dokter membahasnya deh. Berikut rangkumannya:
  1. Buah naga boleh dikonsumsi sejak usia 6 bulan.
  2. Boleh di blender, boleh dimakan langsung, tak perlu memisahkan bijinya. Kalau bijinya ikut keluar saat BAB, tidak masalah
  3. Berguna mengatasi sembelit, asal disertai minum yang cukup
  4. Jangan makan tiap hari karena anak butuh variasi makanan
  5. Merah atau putih, seadanya, yang membedakan adalah kadar antioksidan yang lebih tinggi pada buah naga merah
Selebihnya bisa cek IG dr. Citra, Sp.A ya~

Satu ilmu baru buatku bahwasanya serat akan melancarkan BAB asal diimbangi dengan konsumsi air putih. Selama ini yang ku tahu, serat pada bayi hanya akan menjadikan sembelit. Ternyata tidak, asal minum air putih yang cukup. Oke noted!

Berbicara tentang buah naga, aku awalnya nggak suka makan buah itu. Rasanya aneh. Enak kalau sebagai campuran es buah, selain itu, enggak deh! Tapi waktu hamil, aku menemukan informasi kalau buah ini bisa meningkatkan kadar hemoglobin yang sangat penting dijaga agar tetap normal. Oleh karenanya, menjelang persalinan, aku makan buah ini. Ternyata enak juga. Manis tapi tidak terlalu manis. Lebih enak dikonsumsi dalam kondisi dingin.

Masuk masa MPASI anak, banyak ibu-ibu yang memberikan buah naga untuk anaknya. Aku pun ingin mencobanya. Ekspetasi satu buah untuk dua kali makan. Realitanya paling yang masuk ke perut paling cuma 2 sendok aja. Ah elah. Akhirnya aku juga yang makan.

Sampai sekarang, anakku nggak nolak dikasih buah naga, tapi memang porsi makannya dikit-dikit. Jadi ya nggak usah pasang ekspetasi tinggi-tinggi. Ikuti aja maunya anak. Jangan pernah paksa soal makan, yang penting usahanya.

Happy eating!

bibir merah setelah makan buah naga

Saturday, June 13, 2020

Para Pemegang Prinsip

Suatu hari,
"Anakmu kalau mandi, mukanya disabuni nggak?"
"Enggak." jawabku.

Beberapa hari kemudian,
"Anakmu kalau mandi, mukanya disabuni nggak?"
"Enggak." jawabku.
"Disabun, biar tambah bersih."
(diam)

Keesokan harinya,
"Ibumu nggak mau sabuni mukamu. Kalau disabun pasti tambah bersih." Ngomong sama anak.

Hari ini,
"Kemarin Uti sabun, tuh kan mukanya jadi mengkilap."

Auto liat muka anak, 'emang ada bedanya ya?'

***

Asli, masalah kayak gini kalau dihadapi pas lagi PMS atau bad mood, bisa terjadi ledakan di dada loh. Terus merengek, minta pisah rumah, haha.

Tadinya mau bilang (dalam hati aja tentunya), "Yaudah sih, nggak usah bilang-bilang kalau emang mau ngelakuin itu."

Akan tetapi, sebelum emosi menguasai pikiranku, akal sehatku sudah lebih dulu berjalan. "Bagiku, muka bayi tidak perlu disabun. Bagi ibu mertua, muka bayi harus disabun. Kalau aku kukuh sama prinsipku, maka wajar juga dong kalau ibu mertua juga kukuh mempertahankan prinsipnya? Kenapa aku harus marah? Kalau aku marah, berarti ibu mertua juga marah dong kalau aku menolak apa yang diyakininya."

Aku pun berdamai dengan diriku sendiri.

***

Sebenarnya hal kayak gini nggak perlu jadi masalah ya. Cukup iya-kan apa kata mertua, case closed. Lagian apa susahnya sih menyabuni muka bayi, daripada nggrundel ditanyain mulu kan?

Tapi ya gimana ya, ada sesuatu yang nggak sreg di hati. Mungkin karena aku orangnya anti ribet ya. Belum nemu esensinya kenapa muka bayi harus disabun. Apalagi anaknya bukan tipe sensitif yang butuh perawatan, kenapa nggak dibiarkan natural aja sih. Kenapa mempersulit diri harus ini itu, padahal efeknya nggak terlalu signifikan. Selain itu, aku belum pernah melihat dan mendengar anak yang mandi itu mukanya harus disabun. Jadi emang nggak punya referensi lain.

Cari di Google, tak banyak referensi tentang ini. Ada satu artikel yang mengatakan 'cukup oles tipis-tipis di bagian wajah'. Baiklah, aku akan berdamai. Aku akan lakukan apa yang dikatakan artikel itu dan lihat apakah ada perubahan. Itu rencanaku. Setidaknya nanti kalau ditanya lagi, aku akan jawab "iya".
Searching Google dulu
Baru dua kali aku 'oles-oles tipis', nggak taunya ibu mertua bilang kalau beliau menyabuni muka anakku (saat aku kerja). Ah ya sudah, mari kembali ke prinsip masing-masing. Ekekeke.

***

Aku tahu, ketika aku menitipkan anak ke kakek-nenek, aku harus berbagi pola pengasuhan, perawatan, pendidikan anak dengan mereka. Tapi aku merasa perlu untuk memperhatikan kenyamananku juga. Kan nggak bagus juga kalau anak sedang bersamaku, tapi aku emosi hanya karena terpaksa menjalankan pengasuhan dengan cara orang tua. 

Pinter-pinter cari jalan tengahlah pokoknya. Dan juga, gabung di No-Baper-Baper Club ya, setel kendo aja.

Jadi bu-ibu, kalian kalau memandikan anaknya, mukanya ikut disabun atau tidak?

Wednesday, June 10, 2020

[Review] Koi wa Tsuzuku yo Dokomademo: Love Lasts Forever

Ohisashiburi desune~
Lama nya nggak nulis review film/dorama Jepang lagi. Emang udah jarang nonton juga sih. Tempat biasa aku download sekarang udah jadi website premium, jadi harus login-login segala macam, pokoknya jadi ribet deh. Barusan ngecek kayaknya udah nggak ada member-member-an lagi deh. Download ditempat lain biasanya akan kecewa karena subtitle belum ada atau kalaupun ada, pas dipasang nggak cocok. Nonton di Viu pilihannya dikit banget, kebanyakan juga film lama.

Hingga beberapa hari yang lalu, ada yang share di instagram tentang dorama ini "Love Lasts Forever" dan nontonnya gampil, gak perlu download, karena ada di facebook. Tinggal cari judul doramanya, putar deh videonya, udah ada subtitle indonesianya lagi. Agak kaget sih karena dorama ini tahun 2020 tapi udah bisa ditonton. Tapi kalau boleh jujur, subtitle nya kurang rapi, tapi masih bisa dimengerti.

Gimana ceritanya?

asianwiki.com

Nanase Sakura (Mone Kamishiraishi) adalah seorang perawat pemula berusia 23 tahun. Dia bertemu Dokter Kairi Tendo (Takeru Satoh) beberapa tahun yang lalu dan jatuh cinta padanya. Untuk bertemu dengannya lagi, dia belajar keras dan menjadi perawat. Setelah 5 tahun, dia akhirnya bertemu Kairi Tendo lagi, tetapi dia memiliki kepribadian yang sama sekali berbeda dari yang dia bayangkan. Kairi Tendo, yang berusia 31 tahun, umumnya disebut sebagai "Iblis" di tempat kerja. Dia adalah perfeksionis berkepala dingin dan sering memberikan komentar menggigit kepada dokter dan perawat. Nanase Sakura bekerja keras untuk menerima pengakuan dari Kairi Tendo dan dia juga mengungkapkan perasaannya dengan jujur kepadanya. Karena kegigihannya, Nanase Sakura menjadi terkenal di rumah sakit dan dia mendapat julukan "Prajurit." Sementara itu, Kairi Tendo tertarik pada Nanase Sakura. (Sumber : asianwiki.com)

 ***

Seru sih ceritanya, seorang wanita yang memperjuangkan cinta pada pria yang disukainya, dengan latar tempat rumah sakit, macam Kotoko dan Irie-kun 🖤 

Beberapa adegan terasa sangat klise, salah satunya saat Nanase harus belajar ke luar negeri dan ada momen pamitan di bandara.

Tuesday, June 09, 2020

Kerja Keras

Aku selalu suka dengan orang yang bekerja dengan keras, ikhlas, dan totalitas, orang-orang yang penuh semangat, bahagia dalam menjalankan perannya, apapun pekerjaannya.

Salah satu contohnya adalah Bagian Pertamanan yang berhasil menghias cantik halaman depan kantor. Mereka membaharui taman yang mulai tak terawat dan merombak total menjadi seperti ini:

Sisi Kiri
Sisi Kanan
Mereka terlihat menikmati pekerjaan dengan sesekali mengobrol dan tertawa antarpekerja. Hasilnya patut diapresiasi sih menurutku. 

Tak jarang kita lihat orang suka mengeluh tentang pekerjaannya. Nggak salah sih, aku pun pernah.

Yang gajinya tidak sesuai dengan beban kerja.
Yang bosnya tidak menghargai hasil kerja karyawan.
Yang lingkungan kerjanya tidak menyenangkan.
Yang teman-temannya tidak bisa diajak kerjasama.

Setiap orang punya perjuangannya masing-masing. Sangat manusiawi kalau kita pernah berada di titik terbawah dalam bekerja. Tapi alih-alih mengeluh sepanjang masa, bukankah sebaiknya kita bekerja semaksimal yang kita bisa?

Sekeras apapun kita bekerja, mungkin nggak akan berpengaruh pada uang yang akan kita terima. Secara nominal mungkin sama, tak ada bedanya. Tapi jika kita memberikan usaha yang lebih, mungkin akan ada kepuasan tersendiri yang dapat kita rasakan, it's a pride. Kalau capek boleh istirahat, boleh mengeluh, tapi setelah itu mari bangkit lagi.