Tuesday, March 24, 2020

Berhenti Memompa ASI

Setelah segala drama yang terjadi, akhirnya aku mengambil keputusan untuk mengakhiri masa memompa ASI. Kenapa?

Aku berada di persimpangan. Di satu sisi, produksi ASI ku sudah normal kembali. Sehari bisa menghasilkan 200ml. Di sisi lain, bayiku masih menolak minum ASIP. Lalu aku memompa ASI untuk siapa?

Ada rasa yang hilang ketika aku ingin memulai menghentikan aktivitas yang rutin ku lakukan setahun ini. Jika aku berhenti memompa, aku takut produksi ASI ku menurun. Bagaimana pun juga si bayi masih mau DBF dan aku masih berkewajiban menyusui satu tahun kedepan. Jika tetap memompa, buat apa? Lagipula stok kantong ASIP tinggal sedikit.

Aku galau.

Hingga ibuku berkata,"Ya kalau emang udah nggak mau minum ASIP, nggak usah mompa lagi. Udah saatnya mikirin dirimu sendiri." Maksudnya, kalau masih mompa kan mengeluarkan ASI yang mana menguras sebagian (energi, gizi, dsb) yang ada di dalam tubuh. Kalau udah nggak mompa, artinya tubuh lebih terjaga, begitu pemikiran ibu.

Apa jawabku, "nantilah nunggu setahun, sekalian ngabisin kantong ASIP." 

Ya gimana ya. Si bayi mau dipaksa minum juga udah nggak mau. Lihat botol susu udah nggak selera. Pas ditinggal kerja, nggak minum susu juga baik-baik aja.

Begitulah. Per 23 Maret aku sudah tidak memompa lagi dengan tahapan sebagai berikut.
Rabu, 18 Maret, masih pompa seperti biasa, jam 10.00 dan 13.00 WIB
Kamis, 19 Maret, pompa jam 11.00 WIB di kantor dan jam 15.00 WIB di rumah (niatnya mau sekali pompa, tapi ternyata mengeras)
Jumat, 20 Maret, pompa jam 14.30 WIB di rumah, kantong ASIP habis
Sabtu, 21 Maret, sudah niat tidak pompa, tapi ternyata keras, kemudian pompa jam 14.30 WIB di rumah simpan pakai botol.
Minggu, 22 Maret, akhir pekan tidak pernah pompa
Senin, 23 Maret, ku pikir bakal keras, ternyata sudah lembek (semoga masih bisa DBF sampai anak usia 2 tahun)

Pada akhirnya, aku harus mengucapkan selamat tinggal pada Tas Gabag, Pompa Philips Avent, Kantong ASI Gabag & Nature, Botol ASI BKA. Terima kasih atas kebersamaannya selama satu tahun kebelakang. Terima kasih sudah berjuang bersama-sama. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya :)


Monday, March 23, 2020

Ulang Tahun Pertama

Hallo Anak Gadis Ibu yang cantik,
Hari ini genap satu tahun usiamu.
Terima kasih sudah mewarnai hari-hari Ibu.
Terima kasih sudah mengajari banyak hal, tentang kesabaran dan kasih sayang tanpa batas.

Segala tentangmu membuat Ibu sering mengeluarkan air mata,
Tangis bahagia melihatmu tumbuh dan berkembang,
Tangis sedih ketika Ibu merasa belum bisa jadi ibu terbaik untukmu

Maaf Ibu masih sering terbawa emosi saat menjagamu
Maaf Ibu masih sering mengeluh lelah
Maaf atas segala ketidaksempurnaan Ibu ya Nak

Kita belajar sama-sama ya Sayang
Belajar saling memahami satu sama lain

Doa Ibu untukmu,
Semoga kamu jadi anak yang sholehah
Anak yang sehat, kuat, pintar
Terus tumbuh, terus belajar

Ibu sayang kamu
Apapun yang terjadi, Ibu akan tetap menyayangimu,
sampai kapanpun

*ditulis sambil menahan air mata
Masih terbayang, yang dulunya dalam perut, kini sudah lincah berjalan kesana kemari
Hadirnya makhluk kecil ini benar-benar membuatku takjub akan kehidupan
Terima kasih ya Allah, telah menciptakan dunia ini :')

Monday, March 16, 2020

Anakku Bisa Berjalan!

MasyaAllah, anakku sudah bisa berjalan.

AKHIRNYA YA AKHIRNYA. Haha, ngegas.


Lega banget rasanya karena benar-benar mengikuti perkembangan tahap demi tahap hingga akhirnya bisa berjalan kesana kemari.

Ku ceritakan lagi, anak ini mulai minta titah di usia 8 bulan lebih. Di usia 9 bulan ku sewakan push walker sebagai alat bantu jalan tapi nggak efektif dan jarang dipakai karena langkahnya masih gontai, belum bisa lepas tangan. Terlalu dini untuk memakai alat itu karena saking semangatnya Si Emak yang pengen anak gadisnya segera berjalan. Sebulan sewa akhirnya ku kembalikan. 

Ya sudahlah itu sebulan penuh titah tangan terus sampai pegel. Hingga usia 10 bulan lebih aku mulai mengeluhkan lelah, padahal anaknya masih terus semangat belajar. Usia 10,5 bulan frekuensi titah mulai berkurang, lebih senang merangkak dan merambat.

Selain titah dan membiarkan anak mengeksplorasi ruang gerak, aku juga menstimulasi dengan cara berhadapan dua orang dewasa kemudian memposisikan bayi berdiri dan berjalan menuju dan dari orang dewasa. Awal-awal pasti oleng dan ngambruk begitu di depan orang dewasa. Jaraknya dari yang pendek, lama-lama diperpanjang. Kegiatan tersebut selalu diulang-ulang saat usianya menginjak 11 bulan. Kalau sedang tidak mau, nggak perlu dipaksa. Bayi juga butuh istirahat.

Dari yang awalnya titah 2 tangan, perlahan lepas 1 tangan ketika langkahnya mulai tegak (tidak gontai). Makin lama, kaki bayi makin kuat. Selain stimulasi yang diberikan, bayi juga belajar sendiri. Belajar berdiri dari posisi duduk dan belajar duduk dari posisi berdiri.

Dan akhirnya, usia 11m19d sudah bisa berdiri (tanpa pegangan) - jalan - berhenti (duduk). Sebelum hari itu, sudah bisa sih, tapi berdirinya masih pegangan benda dan jaraknya juga pendek-pendek. Sekarang alhamdulillah, jalan dengan jarak yang lumayan jauh, meski kadang terjatuh karena belum bisa menghindari benda-benda di depannya. Untuk area yang bertingkat masih belum bisa.

PR selanjutnya; belajar ngomong ya Dek :)

Saturday, March 14, 2020

Bayi Menolak ASIP

Beberapa waktu yang lalu, aku mengeluhkan soal produksi ASI ku yang menurun. Pernah di suatu hari, pompa selama 15menit di PD kiri hasilnya nggak ada 20ml. Langsung nangis seketika, benar-benar keluar air mata. SEDIH.

Apakah sudah saatnya aku menyerah?
Apakah memang waktunya untuk mengenalkan susu formula?

Begitu searching harga susu, kok mahal ya? Tapi kok lelah sekali pompa dengan hasil yang tak seberapa. 

Aku sih nggak berharap ASI melimpah ruah, yang penting cukup. Aku juga sadar usahaku tak seberapa, pumping hanya 2 kali/hari di hari kerja. Kalau hari libur ya lebih menikmati DBF.

Ingin rasanya menyudahi kegiatan memompa ASI ini, toh bayinya juga udah mau 1 tahun, udah boleh makan apa saja, tapi jauh di lubuk hati paling dalam 'aku masih ingin berjuang'.

Jadilah aku mulai menambah jam pompa, pagi setelah subuh atau sore setelah pulang kerja. Total 3 kali/hari dan baru ku lakukan sekitar 3 hari.

Apakah ada perubahan? Menurutku sih ada. Dari yang hasilnya 60-80ml/pompa menjadi 80-100ml. Alhamdulillah.

Akan tetapi, entah apa sebabnya, tiba-tiba bayiku menolak ASIP. Dari yang sebelumnya terus merasa kurang, kok jadi gak gak doyan. Kenapa nih?

Aku sih selow ya, selama bayi doyan makan, aku nggak khawatir. Kebutuhan nutrisi anak 1 tahun diperoleh dari 30% ASI dan 70% MPASI. Semoga saja ASI melalui DBF bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Jadi selama ditinggal kerja, fokus makan saja. Tapi orang rumah, yang bisa mengasuh bayi, pasti khawatir dan bertanya-tanya 'kenapa sampai bisa menolak ASIP?'

Karena kondisi tersebut, akhirnya aku kembali ke jadwal semula; 2 kali pompa/hari. 

Kalau pada akhirnya aku harus memberikan susu formula demi memenuhi kebutuhan nutrisi anak karena anak menolak ASIP, bukan karena ASIP nya tidak ada, entah kenapa rasanya aku lebih ikhlas. Beda gitu rasanya. Mungkin ibaratnya gini;
1. Anak pengen kentang goreng. Ibu buatkan kentang goreng, ternyata anak gak suka. Yaudahlah beli aja.
2. Anak pengen kentang goreng buatan ibu. Tapi ibu nggak bisa masak. Gimana dong? Beli aja ya.

Untuk kasus nomor 2, ada perasaan sedih karena ibu nggak bisa memenuhi keinginan anaknya. 

Aku nggak tahu setelah ini kejutan apa lagi yang akan ditunjukkan anakku, tetap menolak ASIP atau justru kembali mau minum dengan jumlah yang banyak. Entahlah, yang bisa ku lakukan hanya berusaha. Sisanya berdoa; semoga anakku sehat, tumbuh dan kembang sesuai standar usianya. Semoga aku diberikan rejeki lebih untuk membeli makanan sehat dan susu untuknya.

Aamiin.

Monday, March 02, 2020

Beratnya Mempertahankan ASI

Memompa ASI saat ini menjadi hal yang sangat berat. Sehari produksi 2 kantong, konsumsi 3 kantong, dan persediaan mulai menipis. Hiks.

sekali pompa +-25menit/2PD

Di lingkungan sekitar, aku tergolong "OK" karena masih bisa memberikan full ASI di usia bayi yang sudah 11 bulan. Tapi ya gitu, sekarang lagi empot-empotan banget. Ada rasa ingin menyerah, tapi masih belum ikhlas kalau bayi minum susu formula. 

Ada yang bilang, kalau kamu kepikiran untuk menyerah, coba ingat kembali alasan kenapa dulu memulainya. 

INGAT. Ingat banget dulu pas awal-awal lahiran, aku begitu keras kepala tiap 2-3 jam sekali memompa karena aku yakin sekali ASI ku ada, meski hasil pompanya hanya berupa tetesan. Terbukti dong, ASI lancar. Kalau sekarang, kalau mau ditelateni lagi, butuh waktu rutin 1 bulan agar bisa produksi seperti sedia kala, secara hormon prolaktin udah nggak sebanyak 3 bulan pertama awal kelahiran. Semangatku susah untuk terbakar lagi.

Mungkin aku salah dalam manajeman ASI. Selama ini aku pakai metode LIFO (Last In First Out), otomatis stok lama mengendap di freezer dan berakhir di ember kamar mandi. Lama kelamaan stok berkurang dong karena produksiku juga ngepas sama yang dikonsumsi. 

Akan tetapi, sebulan terakhir, saat bayi usia 10 bulan, aku mulai keteteran karena ya itu tadi, aku produksi cuma 2 kantong, yang dikonsumsi 3 kantong. Sebelum itu semuanya baik-baik saja dan aku juga gak menyesal sih pakai metode LIFO, toh ASIP yang fresh lebih bagus dari ASIP beku kan?

Ada beberapa kemungkinan sih,
1. ASIP sudah tak sebanyak dulu
Kalau dulu 1 kantong isinya 100ml lebih, sekarang isinya cuma 60-100ml, sehingga Si Bayi merasa kurang puas dan akhirnya minta tambah.
Dulu : 2 kantong isi 100ml++ = 200ml++
Sekarang : 3 kantong isi 80ml = 240ml

Sama aja ya, nggak terlalu signifikan sebenarnya, berarti produksiku emang sedang berkurang. Sekarang untuk capai LDR aja lamanya, subhanallah, hiks. 

2. MPASI kurang proper (tepat)
MPASI memang jadi PR utama bagiku, dari awal hingga sekarang. Aku merasa belum bisa memberikan MPASI secara maksimal untuk anakku. Apalah itu jadwal makan, apalah itu makan sambil duduk, apalah itu menu lengkap tanpa gula garam. Semuanya lewat asal perut kemasukan makanan dan BB terus meningkat. 

Harusnya ya, HARUSNYA, kalau jadwal makan diterapkan, Si Bayi makan MPASI dengan lahap, aku yakin konsumsi ASIP bisa disesuaikan. Tapi ya gimanalah.

Soal susu formula, aku takut kalau over supply aja sih. Kalau bisa sehari cuma 1 gelas sih, it's okay. Aku takut caregiver Si Bayi punya mindset 'nggak apa-apalah, nggak doyan makan, yang penting doyan susu.' NGGAK. Aku pengen anakku mau makan! Selain harga susu mahal, kan emang sebaiknya nutrisi didapatkan dari makanan. Bukan asal kenyang minum susu!