Monday, September 30, 2019

Mamak Kalah

Hari ke-9 MPASI, Si Bayi belum menunjukkan respon nafsu makan. Dia tak tertarik melihat piring dan sendok di hadapannya. Coba beberapa menu yang berbeda pun rasanya sama saja, makannya tak seberapa.

Sore hari jatahku menyuapinya. Sehabis mandi dan menghitung jarak jam menyusu di sesi sebelumnya, ku rasa aku sudah menentukan jam makan dengan tepat. Akan tetapi, begitu makanan sudah siap, bayi menutup rapat mulutnya. Setengah jam kemudian, dia mulai rewel, mengantuk. Sudah pasti menangis karena perutnya kosong. Aku tahan-tahan untuk tidak menyusuinya agar dia merasakan lapar. Tapi mendengar tangisannya, mana tega sih, huhuhu. Akhirnya mamak kalah deh, langsung nenangin si bayi dengan jurus pamungkas. Dan si bayi pun tertidur.

Pose tidur andalan 

Gimana ya? Apakah 30 menit sebelum tidur sudah nggak mood makan? Apakah masih dipengaruhi pilek yang belum sembuh benar? Urusan gini bikin pusing ya, hahaha.

Jujur aku memang belum konsisten dalam menerapkan aturan makan. Dengar tangisan bayi aja langsung runtuh pertahanan.  Mungkin sekarang ini aku tak perlu khawatir berlebihan karena memang baru mulai kan? Pernah aku baca artikel yang menyebutkan "makan" itu sama seperti proses tumbuh kembang lainnya, setiap anak beda-beda. Ada yang sudah bisa jalan di usia 12 bulan, ada juga yang bisa di 15 bulan. Begitu pula makan, ada yang usia 6 bulan udah pintar makan, ada yang belum. Tapi sampai kapan ya merasa tenang kalau anak belum bisa makan? 🙄

Menghadapi kondisi sekarang ini, yang bisa ku lakukan adalah
1. Jangan menyerah
Anak nggak mau makan, lantas pasrah pada keadaan? Proses belajar terhenti dong. Pokoknya aku harus berusaha menyiapkan makanan dengan variasi yang berbeda-beda. Semakin banyak makanan yang diicipinya, harapannya lidah bayi makin terlatih dan mulai menikmati makanan.

2. Perhatikan Kenaikan BB
Bulan lalu bolos posyandu, bulan depan nggak boleh bolos lagi, biar bisa dilihat BB nya dan di plot ke kurva untuk melihat tren perkembangannya. Kalau grafik nya landai kan berarti ada yang salah.

3. Berdoa
Sudah berusaha, sisanya serahkan pada Tuhan. Ingat, doa ibu menembus langit, bahkan ucapan pun bisa jadi doa. Jangan lupa doakan yang baik-baik untuk anaknya ya buibu.

Demikian curhat hari ini, semoga mamak dikuatkan lahir batin untuk merawat, menjaga, dan membesarkan mu ya nak 😘

Friday, September 27, 2019

Ribetnya Menyiapkan MPASI Homemade untuk Pertama Kali

Setelah mengamati selama 5 hari, rasa-rasanya bayiku tak menyukai bubur instan rasa beras merah yang ku siapkan tiap hari. Akhirnya aku berpikir, "mungkin sudah saatnya aku ganti menu". Rencananya aku akan membuat bubur nasi + kuning telur dan pure apel.

Selepas subuh, sekitar pukul 05.00 WIB, aku ke dapur memulai pekerjaan dengan merebus telur dan apel. Semua berjalan lancar namun tak lagi ketika aku mulai membuat bubur nasi.

Bayiku nangis dijaga bapaknya. Setiap kali ku hampir ingin ku tenangkan, dia sudah lebih dulu diam sebelum melihat ku. Begitu aku kembali ke dapur, terdengar tangisan lagi. Bolak balik aku dari kamar ke dapur untuk mengecek kenapa bayiku menangis. Akhirnya karena konsentrasi ku sudah buyar mendengar tangisan bayi ditambah bubur yang ku masak nggak lembek-lembek, ku putuskan ambil bayiku dari tangan bapaknya. Melihat ku yang sedikit rempong gendong bayi, ibuku mengambil alih bayiku dan taraaaa..... Dia diam.

Aku kembali meneruskan pekerjaan ku dengan rasa yang campur aduk. Apel yang tadi ku rebus, ingin ku saring untuk dijadikan pure. Tapi, kok keras gini, mana bisa disaring. Mau di blender kok kayaknya cuma ngotori blender aja, soalnya cuma rebus seperempat buah. Itu sama pisau blendernya paling tingginya setara.

Apel aku sisihkan. Aku lanjut membuat bubur. Kuning telur aku hancurkan dan ku tambahkan bubur nasi kemudian ku saring. Buburnya nggak terlalu encer jadi nempel semua di bawah saringan.  Sederhana sih sebenarnya, tapi pagi itu tenggorokan ku sedang gatal sekali, batuk-batuk ditambah pilek yang belum sembuh. Rasanya ribeeeettt syekaleee.

Si bayi sudah dimandikan ibuku. Aku melanjutkan membuat pure buah, tapi bukan apel yang tadi. Aku saring alpukat sisa kemarin. Beres.

Dan waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB. Aku merasa lelah, ribet tak kesudahan. Mungkin karena 2 faktor aja sih;
1. Kondisi tubuhku yang lagi nggak fit; hidung meler dan batuk mengganggu
2. Bayi nangis, padahal biasanya subuh-subuh belum bangun. Kalaupun bangun, bisa ditangani bapaknya.

Ahh, namanya juga pertama kali ya. Belum nemu ritmenya, masih berasa rempongnya.

Fotonya nggak nyambung karena nggak mood memfoto MPASI homemade pertama. Ini foto tadi pagi sebelum bocahnya bangun, udah pinter muteri kasur :))

Monday, September 23, 2019

Lulus ASI Eksklusif Bayi 6 Bulan

Alhamdu lillahi rabbil 'alamin...
Terima kasih ya Allah, atas kuasa-Mu anakku bisa lulus ASI eksklusif di 6 bulan pertama kehidupannya.


Meski di belakang kata eksklusif harus ada tanda bintang karena selain ASI, si bayi juga kecampuran cairan lain;
1. Beberapa sendok susu formula saat di Ruang Perinatologi
2. Air paracetamol setelah imunisasi
3. Air yang masuk saat mandi

Semoga nggak mengurangi makna dari "ASI Eksklusif" ya, karena perjuangan menuju 6 bulan ini banyak jatuh bangunnya. Mengurangi juga nggak apa-apa deng, toh aku sudah berusaha memberinya ASI selama 6 bulan penuh.

Bersyukur sekali diberikan kemudahan dalam mengASIhi anakku;
- nggak nolak dot
- nggak bingung puting
- jumlah ASI yang cukup

Bukan berarti bebas drama juga sih. Setiap ibu menyusui pasti punya tantangannya masing-masing. Drama yang pernah menghampiriku;
- puting lecet
- ASI rasa strowberi (ASI perah bercampur darah)
- ASI seret dan (mungkin) campur obat pasca operasi :: ini yang paling bikin stress karena BB anak jadi turun

Ahh~ tapi semua itu sudah berlalu. Aku dan bayiku sudah berada di titik aman pertama, full ASI 6 bulan tanpa ketambahan makanan pendamping. Selanjutnya kami akan berusaha meneruskannya hingga 2 tahun. Meski melelahkan, menyusui merupakan momen yang tak ternilai harganya.

Dan di balik kesuksesan ASI Eksklusif ini ada satu orang yang paling berjasa. Dia adalah Bapak Si Bayi yang berhasil memperoleh gelar "Ayah ASI". Yeay, selamat!

Suami benar-benar mendukungku dalam memperjuangkan ASI. Nggak serta merta mau mencuci pompa dan botol setiap hari, tapi dia sangat menjaga suasana hatiku. Dia menahan diri agar tak ikut terbawa emosi saat aku merasa kesal. Dia mengambilkan minum saat aku merasa kehausan. Dia menyuapiku ketika aku sedang menggendong dan menyusui Si Kecil. Tapi yang paling berasa ya itu, dia berusaha membuat mood ku agar tetap stabil karena dia sadar betul, ketika aku banyak pikiran, hal tersebut akan mempengaruhi produksi ASI.

Semoga cerita mengASIhi ini terus lanjut ya~
(meskipun sudah sempet ngeluh bosen harus cuci steril pompa dan botol setiap hari)

MPASI Hari Pertama

Setelah ilmu dan persiapan matang, siaplah aku menuju hari pertama MPASI. Sebenarnya anakku tepat 6 bulannya di tanggal 23 September. Tapi berhubung aku sebagai ibunya ingin jadi orang pertama yang memberinya makan, maka ku putuskan untuk maju sehari dan menetapkan tanggal 22 September sebagai hari pertama MPASI karena bertepatan hari Minggu.

Jumat, H-2, aku membeli bubur bayi.
Sabtu, H-1, aku beli buah naga, alpukat, apel, dan mangga. Selain itu, aku juga belanja online, beli EVOO (minyak zaitun)

Jadi rencananya, menu makan Si Kecil akan ku buat seperti ini
pagi dan sore : bubur instan
siang : puree buah

Sampai kapan menu tersebut? Mungkin sampai bubur instannya habis satu bungkus, baru setelah itu coba bikin yang homemade.

Kenapa pakai bubur instan? Realistis ajalah. Bayi baru belajar makan kan porsinya nggak seberapa dan bakal usaha banget untuk membuat MPASI homemade. Kalau cuma puree buah/menu tunggal lainnya kan itu untuk selingan. Yaudahlah, biar yakin kandungan gizinya terpenuhi, pakai bubur instan aja. Toh, masih sesuai dengan panduan WHO. Lagipula bayiku terlahir dengan BBLR yang bisa diartikan dia malnutrisi saat di kandungan. Sekarang saatnya perbaikan gizi dong!

Oke, semua sudah siap, tinggal menunggu hari H.

Malam sebelum hari H
Si bayi bersin-bersin, tanda dia akan terserang pilek. Benar saja, malam itu tidurnya tak nyenyak. Sebentar sebentar terbangun dan menangis. Dia akan diam ketika disusui, walaupun hanya sekedar mengempeng. Aku yang saat itu belum ngeh kalau bayiku sakit, cuma bisa ngeluh capek, posisi miring menyusui membuatku pegal. Tapi malam-malam waktu bayi tidur gelisah, hidungnya tersumbat, langsung merasa bersalah. Ternyata bayiku sakit. Huhuhu.

Hari H
Pukul 06.30 WIB Si Bayi merengek terbangun. Aku susui saja agar dia tidur kembali, maklum hari Minggu, emaknya juga ingin santai dan bangun siang. Akhirnya baru benar-benar bangun pukul 07.30 WIB. Setelah mandi, mari makan!

Si bayi duduk dipegang bapaknya. Aku yang menyuapi. Sendokan pertama dia mencicipi rasanya sambil sesekali mengerjapkan mata. Sendokan kedua dia mulai menutup mulutnya. Sendokan berikutnya mulai tumpah dan juga bercampur dengan ingus yang keluar dari hidungnya. Ia menangis.



Kalau sudah seperti itu, mana aku tega. Huhu. Mencekokinya hanya akan membuatnya trauma makan.

Sampai siang dia masih menyusu terus karena aku masih belum tahu kapan dia lapar. Waktu dia menangis, ku pikir mengantuk. Ku gendong-gendong dia gak betah. Akhir kususui, siapa tahu dia terlelap. Menyusu kenyang ternyata dia tak tidur juga. Duh, susah juga atur jam makan!

Siangnya, pukul 13.30 WIB kucoba buatkan puree buah mangga. Sepotong mangga ukuran kecil ku benyek-benyek lalu ku suapkan ke bayi. Responnya? Sama seperti tadi pagi, berakhir dengan tangisan. CRY.

Sore/malamnya tak ku berikan makan lagi. Rasanya sudah cukup pengenalan makan hari ini. Apalagi pileknya makin marah. Setiap bersin, ingus beningnya meler. Kasihan T.T

Untungnya kemarin aku sudah atur ekspektasi, jadi nggak kecewa kalau ternyata si bayi nggak doyan makan, cukup ngicip sesendok aja. Tapi aku jadi geli sendiri sih, kemarin sudah heboh beli perlengkapan, semangat belanja buah, ehh anaknya malah pilek dan nggak selera makan (malah nangis). Dengan porsi seperti kemarin, buah naga bisa tuh buat 2 minggu, alpukat 10 hari, apel 2 minggu, bisa buat sebulan deh -__- Semoga pileknya segera sembuh dan berselera untuk belajar makan.

Saturday, September 21, 2019

Mempersiapkan MPASI Pertama Bayi

Menuju MPASI yang tinggal sebentar lagi, meski sudah bermodal ilmu, tapi kok masih dag dig dug nggak karuan ya. Beli perlengkapan aja masih kurang percaya diri, nanti kepakai nggak, ada yang kurang apa enggak. Uh, pusing.

Mungkin karena emang baru mau mulai dan belum nemu ritmenya. Kayak dulu pas mau mulai kembali bekerja setelah cuti melahirkan, bingung mikirin nanti minumnya gimana, siapin ASIP nya seberapa, dan sebagainya. Setelah dijalani ternyata bisa bisa saja. Pompa ASI cocok, tas ASI meski warnanya agak mencolok tetap percaya diri, botol dot alhamdulillah aman hingga saat ini bayi masih mau DBF.

Nah, kembali ke MPASI. Terlalu banyak aliran kadang menggoyahkan iman, ya menu makanannya, cara memasaknya, dan bahan utama yang digunakan. Padahal guidelines nya sudah jelas, tapi kok ya masih ragu-ragu, apalagi lihat pengalaman orang lain. Huh, dasar manusia selalu saja menengok rumput tetangga!

Baiklah, sepertinya butuh ditulis agar otak tak penuh memikirkannya. Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi MPASI Pertama Bayi.

Mindset
"MPASI itu mudah"
- apapun menu makanannya, yang penting ada karbohidrat, lemak, protein hewani
- gimanapun cara masaknya, direbus, dikukus, ditumis, yang penting mateng
- pakai bahan makanan yang ada, gak harus organik dan mahal, yang penting kandungan gizinya

Idealisme
Aturan makan sudah jelas tapi jangan berharap bisa menegakkan aturan tersebut sepenuhnya, apalagi kalau bayi dititipkan dan ditinggal kerja. #eaa. Makan tidak boleh sambil jalan-jalan, nonton, dan sebagainya, tapi kalau pengasuhnya lebih nyaman seperti itu ya mau gimana lagi. Beri kesempatan bayi untuk makan sendiri, tapi kalau pengasuhnya nggak sabar ya gimana lagi. Yang penting sudah diedukasi, lagipula kalau aku sendiri yang megang, belum tentu juga bakal bisa 100% menegakkan aturan.

Ekspektasi
Awal MPASI jangan terlalu berharap banyak bayi akan menghabiskan makanannya. Selama ini dia hanya minum ASI, makanan masih asing baginya. Maka jangan kaget kalau nantinya dia akan menyemburkan dan melepehkan apa yang kita masukkan ke mulutnya. Terus dicoba tetap kalem, dan tahan emosinya.

Peralatan
Sebenarnya peralatan MPASI bisa menggunakan yang sudah ada saja. Tak perlu mengkhususkan untuk bayi dan dibedakan dengan peralatan keluarga. Ingat "MPASI itu mudah". Kalau sudah ada panci kukusan, nggak perlu beli slow cooker. Kalau nggak mampu beli food processor / blender, pakai aja saringan biasa.

Tapi biar greget sih beli aja juga nggak apa-apa. Hahaha. Ini dia peralatan yang ku beli;


Saringan : untuk bikin puree/bubur lembut
Talenan : khusus untuk memotong makanan mateng karena talenan untuk bahan makanan mentah dan mateng perlu dibedakan
Mangkok stainless kecil : wadah saat mengukus makanan karena pernah lihat tutorial masak MPASI, makanan yang dikukus nggak ditaruh langsung di angsang/sarangan.
Alat Makan : biar centil aja sih makan di mangkok bayi, padahal bisa aja pakai mangkok biasa :p


Dikit banget ya, nanti sambil jalan sambil dilengkapi deh apa yang dibutuhkan. Semoga Si Bayi lancar makannya, tidak sembelit, dan BB naik sesuai KBM.

Monday, September 16, 2019

Ilmu Dasar MPASI yang Wajib Diketahui

Waktu hamil, aku sudah belajar banyak tentang dunia ASI dan menyusui. Begitu anak lahir, PR selanjutnya adalah belajar tentang MPASI.





Auto panik karena sekarang ini lagi jamannya MPASI homemade, makanan buatan ibu yang disajikan dengan penuh cinta. Sementara itu aku jarang ke dapur untuk memasak. Mau dikasih MPASI instan kok kasihan bayinya. KATANYA, ada pengawetnya. Apalagi kalau ada mindset MPASI homemade = ASI dan MPASI instan = susu formula. Nah kan makin berpikir ulang untuk memberikan yang instan-instan.

Akan tetapi, semua kegundahan dan kegalauan itu muncul karena tak tahu ilmunya. Akhirnya saat bayi umur 3,5 bulan meniatkan diri untuk mempelajari hal-hal tentang MPASI. Modal baca aja sih, baca instastory. Hahaha. Akun milik dokter spesialis anak, subspesialis nutrisi dan penyakit metabolik anak: @metahanindita

Setelah membaca semua highlight-nya, udah bisa kalem dong. Ternyata nggak serumit yang dibayangkan sebelumnya. Tapi, seiring berjalannya waktu, tiba-tiba udah seminggu lagi mau mulai MPASI, kok deg-degan banget! Belum siapin peralatan, belum cari-cari menu!

Biar kembali kalem, baca-baca lagi aja deh! Bahwa sesungguhnya MPASI itu mudah! (tebar afirmasi positif)

Panduan MPASI menurut WHO

1. ASIX hingga usia 6 bulan, kemudian berikan MPASI dari 6 bulan dan ASI tetap dilanjutkan
2. Teruskan ASI hingga 2 tahun atau lebih
3. Praktikkan responsive feeding
- Suapi bayi secara langsung, untuk anak yang lebih besar (min. 8 bulan) dorong untuk makan sendiri
- Suapi pelan dan sabar, jangan dipaksa
- Jika anak menolak banyak makanan, tawarkan berbagai kombinasi rasa dan tekstur makanan
- Minimalkan distraksi saat anak makan (TV/jalan-jalan/mainan/gadget)
- Kontak mata, ajak bicara saat menyuapi. Show your love
- Prinsip :
  • Ibu/pengasuh yang menentukan: KAPAN anak makan, APA yang dimakan anak (jenis makanan), DIMANA anak makan (duduk, di kursi)
  • Anak yang menentukan: BERAPA yang dimakan anak (jumlah), Mau/tidak (selera)
4. Jaga kebersihan saat menyiapkan MPASI
- Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan makan
- Simpan di tempat yang aman dan bersih (suhu yang aman < 5 derajat C dan > 60 derajat C )
- Gunakan peralatan yang bersih
- Jangan menggunakan botol untuk memberikan makanan
5. Mulai MPASI dari jumlah kecil, ditingkatkan perlahan sambil tetap menyusui
- Jumlah kalori dari MPASI yang dibutuhkan adalah 200kkal/hari (6-8bulan), 300kkal/hari (9-11bulan) dan 550kkal/hari (12-23bulan)
6. Perlahan tingkatkan konsistensi MPASI seiring usia anak
- 6-8 bulan berupa makanan halus (bubur/puree/mashed)
- Mulai 8 bulan bisa diberi finger food
- Mulai 1 tahun boleh makan apa saja seperti yang dimakan orang tuanya
7. Frekuensi MPASI ditingkatkan bertahap
2-3x/hari (6-8bulan)
3-4x/hari (9-11bulan dan 12-23 bulan)
Snack (seperti buah atau roti) bisa ditawarkan 1-2x/hari
8. Daging, unggas, ikan atau telur harus dimakan tiap hari atau sesering mungkin (vegetarian tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi anak kecuali mendapat banyak suplemen)
9. Gunakan MPASI terfortifikasi (instan) atau suplemen untuk bayi jika dibutuhkan
10. Saat anak sakit, tingkatkan asupan cariran, susui lebih sering dan dorong anak untuk makan makanan yang lunak kesukaannya

Aturan makan:

1. Jadwal
Ajarkan konsep lapar dan kenyang dengan membuatkan jadwal
50% isi lambung kosong dalam 100 menit
Jangan berikan snack atau makanan lain di luar jadwal makan yang direncanakan
Batasi waktu makan 30 menit, setelah itu sudahi karena sudah tidak fokus
Hanya boleh mengkonsumsi air putih diantara waktu makan

2. Lingkungan
Buat lingkungan yang menyenangkan; jangan dipaksa/dimarahi/dicekoki karena bisa membuat trauma
Tidak boleh ada distraksi (TV/gadget/jalan-jalan) karena jadi tidak fokus makan

3. Prosedur
Dorong anak untuk makan sendiri
Berikan contoh makan (makan bareng di meja makan)
Beri kesempatan untuk makan tanpa harus sedikit-sedikit dibersihkan mulut atau meja makannya

Bagaimana jika anak tidak mau makan?

Pasti ada alasannya:
1. Sakit (batuk, pilek, demam)
2. Tumbuh gigi
3. Menu makanan kurang enak
4. Jadwal makan berantakan
5. Ada sesuatu (ADB, TB, ISK, dll)
Apabila 2 bulan berturut-turut BB tidak naik sesuai KBM(Kenaikan Berat Minimal), bawa ke petugas kesehatan

Apa makanan yang tepat untuk MPASI?


1. Minimal ada 4 (karbo, prohe, buah, sayur) dari 7 kelompok makanan berikut:
a. Gandum/akar-akaran/umbi-umbian
b. Kacang-kacangan
c. Produk turunan sapi (susu, keju, yoghurt)
d. Daging
e. Telur
f. Sayur dan buah yang kaya vitamin A
g. Sayur dan buah lain
2. Lemak penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak karena 85% otak anak terdiri dari lemak. Sumber lemak : santan, minyak (kelapa, kedelai, canola), margarine, butter
3. Mengandung makronutisi dan mikronutisi. Kebutuhan asupan zat besi bayi >6 bulan = 11mg/hari, ASI hanya mensuplai 2 mg, sisanya dari MPASI
4. Menu tunggal tidak direkomendasikan karena resiko stunting. Boleh diberikan untuk selingan/snack
5. Bahan MPASI homemade kaya zat besi namun seringkali sulit diterima bayi karena jumlah atau karena oromotorik yang belum sempurna
6. Jika belum bisa membuat MPASI lengkap (homemade), berikan MPASI instan/terfortifikasi (fortifikasi adalah penambahan vitamin atau zat tertentu pada makanan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai gizinya.)

Makanan yang Dilarang untuk Bayi di bawah 1 Tahun:

1. Madu
2. Jus
3. Makanan setengah matang
4. Susu selain ASI (harus sesuai advice dokter)

Wednesday, September 11, 2019

Baby Blues dan PPD

Malam ini, 11/09, baca instastory @asiku.banyak tentang pengalaman orang-orang yang terkena baby blues dan PPD, rasanya pengen nangis, ya Allah. Betapa banyak ibu-ibu yang merasa lelah dan berujung dengan perlakuan kasar ke anak. Sedih banget. Sedihnya bukan karena kok mereka tega, tapi kenapa mereka nggak punya support system yang baik, kemana pasangan mereka?

Dulu sebelum punya anak, aku juga termasuk orang yang akan berpikir "kok seorang ibu tega sih nyiksa/bunuh anaknya sendiri?" Kini setelah punya anak, aku sedikit banyak bisa memahami kondisi si ibu.

Ketika fisik sudah lelah, mendengar bayi yang menangis tak ada hentinya, ditanya kenapa juga gak bakal dijawab, rasanya stres banget. Apalagi kalau ada yang bertanya "itu bayinya diapain kok nangis mulu?", disalahkan karena nggak bisa jaga anak, udahlah seketika itu langsung merasa jadi ibu yang gagal. Kalau sudah seperti itu, ibu akan kehilangan kendali atas dirinya. Ia bisa melukai dirinya dan atau bayinya. Benar-benar bisa dimengerti kondisi yang seperti itu.


Aku, tanpa suamiku, berpotensi besar terkena baby blues. Untungnya suami benar-benar support sejak awal melahirkan hingga sekarang ini. Dia bangun tengah malam, menggantikan aku yang kurang tidur karena harus berjaga. Tapi ya gitu, saat ditinggal kerja dan kebetulan bayi sedang rewel, sempat terlintas di pikiran 'kalau bayi ini lepas dari tanganku, gimana jadinya ya'. Dan sekarang ini dengan kondisi bayi yang mulai banyak tingkah, hih rasanya pengen ku banting di kasur. Untungnya aku masih bisa mengontrol diri, tentunya karena aku punya support system yang baik. Ketika anak nangis terus, aku sudah sangat capek jiwa dan raga, aku minta tolong suami untuk ambil alih. Kalau dia lagi tidur nyenyak, ya dibangunkan. Sementara aku cooling down, ambil nafas, bayi dipegang bapaknya. Biasanya gak lama, aku sudah kembali tenang dan siap menghadapi anakku lagi.

Jadi, aku mengerti gimana rasanya ibu-ibu yang terkena baby blues itu. Ketika sudah sangat lelah, bayi tak bisa mengerti, suami tak peduli, asyik main HP, tak ada yang bisa menggantikan pegang anak, selintas ada pikiran untuk menyakiti anak, semata-mata untuk mencari perhatian suami "ini loh anakmu, butuh pertolongan."

Ngeri ya, tapi begitulah kenyataannya. Semoga makin banyak suami-suami yang sadar bahwa istrinya butuh bantuannya, apalagi paska melahirkan dan sepanjang membesarkan anak.