Monday, October 29, 2018

126 KM

Minggu (28/10) rasanya cukup melelahkan. Menempuh perjalanan berkilo-kilo meter dalam sehari. Bukan pertama kalinya sih, tapi mungkin seiring bertambahnya usia, badan jadi mudah lelah, apalagi rutinitas harian yang memang tidak terlalu padat.

Tahun lalu aku pernah menempuh jarak lebih dari 100 km dalam sehari. Bedanya kali ini aku tidak mengendari motor, melainkan naik mobil, pinjam mobil papa mertua.

Baca : 113 KM

Pergi kemana saja kah aku?

Friday, October 26, 2018

#PejuangCPNS2018 : Menentukan Instansi dan Lokasi

Sebelum menikah, aku sempat menanyakan ke (calon) suami, "Apakah setelah menikah aku masih boleh bekerja? Apakah aku boleh mendaftar CPNS?" dan siapa sangka tahun ini kami akan berjuang bersama-sama merebutkan status PNS.


Ya, aku daftar CPNS 2018, suami juga.

Wednesday, October 17, 2018

[Kuliner] Jagung Bakar Pak Wik Purworejo

Kapan terakhir kali makan jagung bakar???
Kalau aku, kapan ya? Rasanya aku kehilangan memori jagung bakar atau sebenarnya memang belum makan ya? Hahaha.

Malam itu (16/10) tetiba suami mengajak ke alun-alun, menikmati jagung bakar. Wah, jarang-jarang nih, langsung iya-in aja meski baru selesai-banget masak nasi. Lagian di rumah juga cuma berdua, jadi nggak rikuh mau jajan di luar.

Selepas isya, kami pergi ke alun-alun Purworejo, menuju tempat tukang jagung bakar biasa mangkal. TIDAK ADA. Seketika kami ingat, sejak alun-alun Purworejo dilakukan revitalisasi, para PKL di sekitaran alun-alun direlokasi. Mereka disediakan satu tempat khusus untuk kulineran, yang disebut Romansa Kuliner Purworejo. Kami pun menuju kesana dan ternyata jagung bakar tidak pindah kesana. 

Berhubung sudah parkir, kami duduk sebentar sambil menikmati wifi gratis yang disediakan disana; searching dimana jagung bakar berada. Ketemuuuu.... Jagung bakar yang sebelumnya di alun-alun, pindah di Jl. Mayjend Sutoyo, sebelum stasiun lama Purworejo. Berangkatlah kami kesana.

Jagung Bakar Pak Wik ini menyediakan berbagai rasa, ada manis, asin, pedas, BBQ, dan Keju. Bisa request diserut kalau ingin makan jagung bakar pakai sendok.

Mereka menempati pelataran ruko. Tempat untuk makan pelanggan, lesehan menggunakan tikar. Ada beberapa tikar yang digelar, jadi tidak empet-empetan.

Meski bukan malam minggu, Jagung Bakar Pak Wik ini tak sepi pembeli. Ada saja pelanggan yang berdatangan, baik makan di tempat, maupun dibungkus.

Untuk parkir/mobil bisa di pinggir jalan, tidak mengganggu lalu lintas karena jalanan cukup lebar. Mungkin dulunya memang difungsikan sebagai tempat parkir saat stasiun purworejo masih beroperasi.

Dan akhirnya setelah menunggu beberapa saat, pesanan kami datang, jagung bakar rasa asin dan pedas. Yeay.


Enaaakkkk~
Lain kali ajakin jajan lagi~
YHAAA!!!

Tuesday, October 09, 2018

Week 14 : Bidan, LILA, dan Doppler

Bulan ini aku berencana periksa kehamilan ke bidan. Mengapa?

Pertama, aku teringat perawat di Faskes I yang memberi penjelasan bahwa BPJS hanya menanggung 4 kali pemeriksaan. Sebagai anak baik-baik dan penurut, maka aku mulai berhitung kapan sebaiknya ku gunakan kesempatan itu. Mungkin 2 bulan sekali adalah waktu yang tepat. Itu sebabnya, bulan ini aku pilih opsi ke bidan.

Kedua, cari alternatif tenaga medis. Dengar cerita orang, mereka berkali-kali ganti dokter/bidan untuk mencari yang sreg di hati. Jadi ya apa salahnya juga aku periksa beda tempat dan beda tenaga medis. Siapa tahu cocok dan nyaman di hati kan?

Ternyata proses menemukan praktek bidan itu penuh lika likunya.

08 Oktober 2018
Sore itu kami menuju rumah bidan yang lokasinya tak begitu jauh dari rumah. Beliau adalah istri dari salah satu rekan kerja kami di rumah sakit. Temanku juga pernah lahiran di klinik beliau, jadi recommended lah.

Kami berangkat selepas ashar. Begitu sampai sana, kami cukup kecewa karena bidan tidak ada di tempat karena sedang ada pelatihan di luar kota dan baru kembali tiga atau empat hari kedepan.

Yah.

Rasanya tak sabar harus menunggu selama itu, apalagi aku tidak konsumsi vitamin apapun setelah obat yang diresepkan dokter bulan lalu sudah lama habis. Mau cari bidan lain kok ya nggak punya referensi.

Bermodal Google, kami cari bidan terdekat dari lokasi saat itu. Ada! Kami pun menyusuri alamat yang ditunjukan Google Map. Masuk ke gang, muter-muter, kok nggak ketemu. Akhirnya keluar gang dan kembali ke jalan raya. Haha.

Coba cari lagi, ada, tapi lokasi cukup jauh. Yaudah nggak apa-apa, kami coba datangi. Kalau zonk lagi seperti tadi, kami hentikan pencarian ini karena hari semakin gelap. Agak nggak yakin juga sebenarnya, dan sedikit merasa bersalah 'kenapa asal sekali memilih bidan/dokter untuk kehamilan pertama?'.

Akhirnya ketemu rumah bidan yang ditunjukkan Google. Ada beberapa pasien sebelum aku datang. Sepertinya sih warga sekitar yang ingin KB dan imunisasi anaknya.

Tak lama menunggu, aku masuk ruangan, segera diukur tekanan darah dan berat badan. Berbeda dari pemeriksaan sebelumnya, kali ini aku diukur LILA atau lingkar lengan atas yang ternyata masih di bawah standar normal ibu hamil. LILA ini sebagai indikator status gizi pada ibu hamil. Apabila LILA kurang dari normal beresiko membuat berat janin kurang, kelahiran prematur, kecacatan janin, dll. Ngeri ya.

Selesai diukur, aku pun diminta untuk berbaring. Bidan memeriksa perutku, bertanya apakah sudah berasa gerakan janin dari dalam? Aku jawab belum. Selanjutnya, perutku diolesi gel seperti saat akan di USG. Tapi tidak, di bidan hanya ada doppler, alat yang digunakan mengukur detak jantung janin. Awalnya krusuk-krusuk, tapi kemudian terdengar detaknya. Dug dug dug dug.

Semua normal, tinggi fundus juga normal.

Bu bidan bertanya apakah aku punya asuransi kesehatan? Kalau punya, sebaiknya manfaatkan fasilitas yang ada untuk melakukan skrining antenatal, yakni tes laboratorium bagi ibu hamil untuk mengecek Hb dan Hbsag (hepatitis), agar kalau memang positif, sebelum bayi lahir bisa ditangani sedini mungkin (pemberian obat dan sebagainya). Biasanya skrining ini dilakukan di puskesmas.

Aku pun menjelaskan bahwa aku punya BPJS tapi faskes I nya bukan di puskesmas, melainkan di klinik yang tidak ada bidan/dokter kandungan. Bu bidan pun tak bisa memberikan solusi, tapi beliau tetap menyarankan untuk melakukan skrining tersebut.

Selesai memeriksa, Bu bidan memberikan dua jenis obat ;
1) Hufabion (penambah darah)
2) Trifacalc (kalsium)

Aku cukup membayar Rp 35.000,- untuk biaya obat dan pemeriksaan.


Bulan depan kita ketemu di layar USG ya Nak :)

Tuesday, October 02, 2018

Penerimaan CPNS Tahun 2018, Mau Daftar?

Hallo Oktober...

Mari awali bulan ini dengan foto selfie seperti ini.
swafoto