Monday, November 30, 2015

Pengalaman Pergi ke Pati (Part 2)

<< Cerita sebelumnya

Kami disambut oleh seorang wanita tua. Orang dirumah ini memanggilnya 'lemper'. Dia nenek dari temanku. Tak lama kemudian, seorang pria menyusul menemui kami. Mbah Min, suami dari lemper. Ah, dia terlihat muda. Belum pantas dipanggil kakek.

Lemper menawari kami berbagai macam makanan. Kawanku memilih lontong untuk sarapan kami. Lontong ini bukan lontong sayur seperti di Jakarta. Ini lebih mirip dengan kupat tahu. Tapi kupat tahu ini berbeda dengan yang ada di daerahku. Kuahnya ditambahkan sambal kacang.

Oleh Lemper, aku disuguhi 'tritik', semacam cenil namun bentuknya bukan kubus kecil-kecil. Tapi rasanya sama. Selepas makan dan ngemil, aku pun mandi.

Matahari mulai meninggi. Dan suhu udara memanas. Pati benar-benar panas. Dan herannya, keluarga ini bertahan tanpa adanya kipas angin.

Pengalaman Pergi ke Pati (Part 1)

Aku mengenalnya bukan sehari dua hari. Kami sudah berteman sejak 5 tahun yang lalu. Berawal dari facebook, ketemu langsung, jadi teman sekelas, teman sekamar, teman setempat magang, teman se-TA, hingga kini kami harus berpisah karena berbeda kota, bahkan beda propinsi. Meski demikian, kami masih sering bertemu karena kami kembali menjadi teman sekelas dan se-skripsi.

Awal mula kenal dengannya (bahkan hingga sekarang), ia amat membanggakan kota kelahirannya, Pati. Saking cintanya, kita bahkan bisa melihat tulisan PATI di jidatnya.

Lima tahun persahabatan kami, baru kali ini aku bisa berkunjung ke rumahnya, di kota tempat ia menghabiskan masa kecilnya. Biasanya, ketika dia pulang kampung ke Pati, aku juga pulang kampung. Ini yang mengakibatkan kami belum bisa mengunjungi satu sama lain. Tapi, kali ini aku sedang tidak ingin pulang, maka jadilah aku ikut dia pulang.

Friday, November 20, 2015

Foto

No picture = hoax

Pernah dengar orang mengatakan hal tersebut? Yang artinya jika kita mengatakan atau menuliskan sesuatu tanpa disertai foto, maka kita dianggap menyampaikan sesuatu yang omong kosong, tidak terbukti. Misalnya, kita update status di sosial media; lagi makan bakso di tempat X. Masak ada lalat tepar diantara bakso gue.

Tentunya orang akan lebih percaya jika si pembuat status menyertakan foto bakso yang dimakannya. Hal seperti ini tidak merepotkan karena jaman sekarang ini handphone sudah berubah menjadi smartphone. Dimana pun kita berada, kita bisa mengambil foto sesuka hati kita. Bahkan tak jarang foto full face wajah kita pun tersimpan banyak di handphone dan kita share ke berbagai media sosial.

Nah, terkait dengan foto-foto ini, baru saja aku menemukan seseorang update status di facebook dengan menampilkan foto dia yang selfie di depan makam saudaranya yang meninggal. Dalam hatiku "pantaskah kita mengupload foto seperti itu? Haruskah ketika saudara kita meninggal, kita perlu posting foto tubuhnya yang terbujur kaku?"

Monday, November 16, 2015

Masih Ada Orang Baik

Miris rasanya jika kita mengikuti berita sekarang ini. Baik berita nasional maupun mancanegara, semuanya menampilkan tindak kriminal, seakan tak ada habisnya. Apakah semua orang di dunia ini sudah melupakan nilai moralitas? Mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan di atas segalanya? Kalaupun jawabannya 'iya', aku percaya masih ada orang baik yang peduli terhadap sesama.

Seperti halnya kejadian yang ku alami kemarin siang. Aku dalam perjalanan pulang dari kuliah on site. Siang itu aku motoran sendirian. Jalanan tidak terlalu padat. Lancar. Semua aman. Hingga di perempatan lampu merah, tiba-tiba motorku berhenti. Aku coba stater. Gagal. Dua kali. Gagal. Aku mulai panik. Jika motor ini tak nyala hingga lampu berubah menjadi hijau, maka habis-lah aku karena semua orang akan membunyikan klakson, apalagi posisiku di paling depan. Sebelum itu terjadi, aku memutuskan untuk menepi. Setidaknya kalau motorku belum nyala, aku sudah berada di tepi jalan. Saat aku mau menuntun motorku, tiba-tiba bapak di sebelah motorku berbicara dengan orang yang diboncengnya. "Cepat bantuin selah!" Orang yang disuruh terlihat bingung, namun melihatku panik, dia sadar apa yang harus dia lakukan. Dia men-jagang (standart dua) motorku --hal yang tak bisa ku lakukan-- dan men-selah motorku hingga kembali menyala.

Ku ucapkan terima kasih dan kedua bapak tadi berlalu seiring lampu yang berubah warna menjadi hijau.

Terima kasih ya Pak atas kepedulian kalian, semoga senantiasa sehat dan selamat dimanapun kalian berada :)

Thursday, November 12, 2015

[Review] Toshokan Senso - Library Wars

cover
Kenapa aku suka drama/film Jepang? Karena ide ceritanya kadang di luar dugaan kita. Salah satunya adalah film ini, Toshokan Senso. 

Film ini diawali dari badan sensor Jepang, yang dilindungi oleh Undang-Undang, yang tiba-tiba menyerang berbagai toko buku dan menghancurkan buku-buku yang tidak lulus sensor. Bahkan mereka dipersenjatai dan diperbolehkan menembak untuk melakukan sensor.

[Review] Kamisama no Iu Toori - As the Gods Will

cover
Sinopsis :
Shun Takahata (Sota Fukushi) merupakan siswa SMA yang kehidupannya sangat membosankan. Dan dia mempunyai sahabat bernama Ichika Akimoto (Hirona Yamazaki). Suatu hari, kepala sekolah tiba-tiba masuk ke dalam kelas. Shun Takahata dan teman-teman terpaksa memainkan sebuah permainan kematian tanpa tahu tujuan permainan tersebut. (Sumber : sini

***

Monday, November 09, 2015

(Sejenak) Membenci Hujan

"Aku harus pulang malam ini juga." Kataku.

Aku sudah siap. Tak ada yang bisa menghalangiku pergi, meskipun itu dia.

"Percayalah padaku. Pulang besok pagi saja! Tak dengarkah kau gemuruh petir di luar sana?"

Memang benar cuaca sedang buruk. Petir bersahut-sahutan tak menentu. Tapi aku mencoba menepis semua itu. Aku yakin, aku pasti baik-baik saja. Aku ingin segera meninggalkan kota ini. Sekarang. Malam ini.

"Aku takut kamu kenapa-kenapa!"
"Sssttttt". 'Diam!' Batinku.

Tuesday, November 03, 2015

Fokus Skripsi

Hallo November 2015,
Begitu cepatnya kamu datang. Rasanya baru kemaren aku menuliskan "Skripsi, FAITO" di kalender bulan September. Dua bulan berlalu begitu saja dan hasilnya; nothing. Meski tema skripsi sudah didapatkan, rupanya kami masih muter-muter menentukan ruang lingkup. Ditambah lagi, deadline pengerjaan skripsi tergantung pada pribadi masing-masing, jadilah semakin diulur waktu untuk mengerjakannya. Berbeda sekali saat aku mengerjakan Tugas Akhir di Polman Astra waktu itu, setiap minggu aku diharuskan bimbingan dan tentu mendapat perhatian khusus dari dosen pembimbing, minggu ini kamu harus sampai sini, minggu depan sampai sana.