Friday, August 28, 2015

Ketika Punya Anak

"Zai, kamu susah nggak kalau potong kuku kaki?"
"Iya Mbak. Keras. Jadi susah motongnya."
"Iya kan? Mana bentuknya jadi jelek banget. Ga bersih lagi."
"Iyah."
"Kapan-kapan kita ke salon yuk Zai. Meni pedi creambath."
"Yuk yuk. Tapi salon cewek dimana ya Mbak."
"Ada tuh disana (nyebutin tempat). Salon muslimah gitu."
Kami pun menentukan tanggal.

Thursday, August 20, 2015

Kapan?

A = aku
B = bapak bapak yang cukup disegani

A: (sibuk mainan hp)
B: Mi, sini. Saya mau kasih nasehat.
A: Nasehat? Yaudahlah ya, kali tentang kerjaan. Nggak sopan kalau nolak permintaan 'atasan'
B: Umur kamu berapa sih Mi?
A: 23 tahun
B: Cukup lah...
A: He?
B: Kamu kapan nikah?
A: Masih lama Pak
B: Ngapain lama-lama? Kayaknya kamu disini udah nyaman. Udah deket sama temen-temen kamu. Iya kan? Kamu betah kan disini?

Tuesday, August 18, 2015

Malang, We Already Come

Salah satu berkah terindah di bulan Agustus 2015 adalah pergi ke Malang. Bromo, lebih tepatnya.

Keinginan ini mengendap sudah cukup lama, sejak aku jadi mahasiswi tingkat akhir tahun 2013 silam. Rencana tinggal rencana dan mahasiswa tetaplah mahasiswa. Uang tabungan lebih bijak dibelanjakan makanan enak daripada digunakan untuk bepergian. Hingga tahun 2015 ini, saat aku dan teman-teman sudah menemukan ladang rejeki kami masing-masing, kami pun sepakat untuk mewujudkan impian kami; pergi ke Bromo.

Sejak April kami sudah mulai menyusun rencana. Dan yang pertama kami lakukan adalah menentukan tanggal. Ini hal paling sulit karena masing-masing dari kami bekerja di tempat yang berbeda dan harus menyesuaikan diri dengan jadwal kerja. Tak boleh cuti~lah, harus lembur~lah, dan permasalahan klasik lainnya. Akhirnya kami memutuskan berangkat tanggal 14 Agustus 2015.

Jauh-jauh hari sudah aku ingatkan; jika bepergian jauh antarprovinsi menggunakan kereta, sebaiknya pesan tiket di H-90. Tiket kereta susah didapat, apalagi long weekend. 

Monday, August 17, 2015

Hari Kemerdekaan RI ke-70

17 Agustus 2015
Dirgahayu Negeriku,
Sungguh bangga diri ini dilahirkan dan dibesarkan di bumi pertiwi ini
Negeri yang kaya akan sumber daya dan keindahan alamnya
Negeri yang penuh warna karena keanekaragaman suku, budaya, dan bahasa

Semoga dengan bertambahnya usia, makin banyak warga negara yang menyadari betapa berharganya dirimu
Melakukan hal kecil yang berdampak besar bagimu
Buang sampah pada tempatnya
Sabar dalam antrian
Dan hal kecil lain yang mungkin mulai diabaikan untuk dilakukan

Jaya selalu Indonesia!!!

Thursday, August 13, 2015

Sensi

Belakangan ini timeline facebookku bleder (baca: bertebaran) foto cincin, lamaran, undangan pernikahan, pesta perkawinan, rumah baru, hamil, dan bayi. Postingan status pun tak jauh-jauh dari hal-hal bernada jalan-jalan bersama hubby kesayangan, istri tercintah, dan sebagainya. Hmm.. ku rasa karena di usiaku sekarang, hal-hal itu memang sudah dialami oleh teman-teman sepantaranku.

Tapi, maaf... maaf aja nih. Entah kenapa aku selalu merasa sensi melihat postingan status dari pasutri baru. Alay. Aku tahu, menikah merupakan salah satu kebahagiaan terbesar dalam kehidupan kita. Bahkan menikah dianggap sebagai pencapaian terbesar dan tolak ukur kesuksesan. Tapi, haruskah kebahagian kita disalurkan melalui postingan-postingan mesra kepada pasangan di sosmed?

Tulisan, tulisan gue. Ngapain lu sewot. Kenapa sensi gitu?
Masalah buat lu?
Mungkin lu cuma sirik karena kenyataannya lu belum nikah?

Tuesday, August 11, 2015

Beda

Kau tahu, apa bedanya hidup di desa dengan hidup di kota?
Kehidupan di desa mengajarkan hubungan yang timbal balik. Kamu memberi, maka kamu akan diberi. Sementara itu, kehidupan di kota sebaliknya.

Sebagai contoh : kondangan di pesta pernikahan.
Setiap pergi ke pesta pernikahan, kita pasti bawa amplop atau bingkisan/hadiah bukan? Baik di desa maupun di kota, kegiatan semacam itu dinamakan "nyumbang". Meski sama-sama "nyumbang", antara desa dan kota memiliki perbedaan.

Di desa, orang-orang yang diundang dan nyumbang akan dikirimi makanan (nasi atau roti) ke rumahnya. Aku lupa, kirim - kirim makanan ini dilakukan sebelum atau sesudah acara pernikahan.

Sementara di kota, nothing to lose. Kamu datang dan nyumbang, berarti kamu nikmatin makanan di pesta pernikahan.
 
Kamu tidak datang tapi ikut nyumbang, berarti kamu cuma kebagian souvenir (kalau ada). Kamu tidak datang dan tidak ikut nyumbang, yaudah, selesai, ga ada masalah.
Aku tak tahu harus menarik kesimpulan apa. It's just sharing. Dan mungkin bisa dijadikan sebagai sedikit info bagi mereka yang biasa tinggal di desa, namun harus hijrah di kota orang.

Monday, August 03, 2015

Aku Disini!


Pemilik Blog ini entah sedang pergi kemana! 
Daripada kosong, lebih baik aku disini!
Hihi...