Sunday, March 18, 2012

Essay Pertamaku

Tak selamanya keberhasilan itu menyelimuti kita. Sering kegagalan itu mengiringi. Begitu pula dengan sebuah 'essay' di bawah ini. Perjalanannya harus terhenti ketika nasibnya sudah dideklare. Namun, tak ada yang sia-sia dalam kehidupan ini. Segalanya bisa bernilai positif jika kita memiliki pola pikir yang positif pula.
Silahkan beri penilaian untuk essay ini. 

APA KABAR IBU PERTIWI?
By: Zaitun Hakimiah NS

Ku lihat ibu pertiwi...
Sedang bersusah hati...
Air matanya berlinang...
Mas intannya terkenang...
Hutan gunung sawah lautan..
Simpanan kekayaan...
Kini ibu sedang duka...
Merintih dan berdoa...

Tak asing dengan lagu itu bukan? Lagu sederhana yang diciptakan entah berapa tahun yang lalu. Namun, makna dari lagu tersebut tidak pudar hingga kini. Bahkan sangat cocok untuk menggambarkan keadaan ibu pertiwi saat ini.
Ibu pertiwi memiliki kekayaan yang tiada terkira. Hutan hijau sumber oksigen. Gunung menjulang perlihatkan keindahannya. Sawah terhampar luas sumber penghidupan, dan lautan lepas dengan segala keindahan biotanya. Serta masih banyak sumber alam lain yang menjadi kekayaan ibu pertiwi.
Akan tetapi, bagaimana bisa ibu pertiwi tidak menangis jika melihat seluruh kekayaannya dirampas oleh tangan-tangan usil itu? Hutan yang dulunya dipenuhi pohon-pohon yang tinggi dan besar, kini tak ada bedanya dengan sebuah lapangan tak terurus yang hanya dipenuhi rumput-rumput liar tanpa ada pohon berbatang kokoh dan berdaun rindang sebagai penghasil oksigen. Para fauna yang menjadikan hutan sebagai rumahnya pun harus menjadi korban tangan-tangan jahil itu. Satu per satu dari mereka mati dan status punah pun terdengar.
Disadari atau tidak, tangan-tangan ‘yang tak pernah merasa berdosa itu’ membuat wajah ibu pertiwi kian murung. Bayangkan saja, apa yang menjadi kekayaan ibu pertiwi justru menjadi sasaran empuk para pemilik tangan itu. Dan yang mengherankan, mengapa tak ada seorang pun yang peduli pada nasib ibu pertiwi?
Wajah ibu pertiwi kini semakin murung. Walau memendam luka yang begitu dalam, raut mukanya terlihat tenang, setenang sungai-sungai yang memang tak mau mengalirkan airnya. Lihatlah air hitam itu? Itukah yang dinamakan sungai? Mengapa baunya begitu menyengat hidung? Dan apa pula yang berada di permukaannya itu? Itukah sampah yang disebut-sebut sebagai penyebab banjir?
Sungai yang juga termasuk kekayaan ibu pertiwi ini memang sudah tak layak lagi disebut sungai. Dimana ikan-ikan itu? Apakah tergantikan dengan sampah-sampah itu? Dan lagi-lagi ku bertanya, dimana kepedulian untuk menjaga kekayaan ibu pertiwi?