Saturday, November 26, 2011

Definisi Cinta 2

Masih ingat kata-kata "Cinta dalam Kelas"??? Kurasa istilah itu sangat tepat jika diteriakkan dalam kelas saat ini. Satu pasang tercipta, pasangan kedua menyusul, dan kini menunggu kehadiran pasangan tiga yang mulai terlihat 'cinta' di dalamnya. Cinta, apa itu Cinta? Tahukah kau apa artinya cinta?
Di tahun pertamaku, para dosen sudah memberikan definisi cinta. Kini ketika aku naik tingkat, dosenku kembali memberikan definisinya akan cinta.

Kata dosen Sistem Operasi,"Cinta itu seperti Operating System (OS). Jika OS sebagai management file maka cinta sebagai management hati."

Kata dosen Akuntansi,"Cinta itu berawal dari benih-benih cinta yang dicatat dalam jurnal umum dan pada akhir tahun ditutup dengan kebahagiaan."

Kata dosen Teknik Komunikasi,"Cinta itu hasil negosiasi dua insan berbeda dan akan berakhir bahagia jika dikomunikasikan dengan baik."

Kata dosen Statistik,"Cinta itu rumit seperti titik-titik pada Scatter Diagram."

Kata dosen Rekayasa Perangkat Lunak 2,"Cinta jika digambarkan dalam Rich Picture akan terlihat betapa lucu dan menariknya cinta."

Kata dosen Bahasa Inggris 2,"Cinta is Love. Love doesn’t need to be written as paper. You just present it well."

Kata dosen Pemrograman 4,"Cinta jika dituliskan dalam HTML script butuh sintak <b><h1>KASIH SAYANG</b></h>. Kenapa? Karena cinta menunjukkan besar dan tebalnya Kasih Sayang."

Kata dosen Pemrograman 5,"Cinta itu tak perlu CSS karena pada dasarnya cinta itu indah."

Lucu juga definisi cinta dari para dosenku. Bagaimana definisi cinta menurutmu?

Tuesday, November 22, 2011

Aku sedang ingin diam sendirian, sedang sensitive.

Mata ini begitu berat tuk terbuka. Badan pun seakan mengiyakan apa yang dirasakan mata. Tubuh ini tak ingin beranjak dari kasur ini. Padahal hari ini mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak telah menanti. Ku paksakan diri ini. Dengan langkah gontai menuju kamar mandi. Kepala ini terasa agak pening. Semuanya berasa seperti mimpi.

Aku tak tahu apa yang menyebabkan aku menjadi aku pagi ini. Rasanya ada yang berbeda dalam diriku. Bermuram durja, mungkin begitulah jika diutarakan dalam sebuah ungkapan. Padahal kemarin aku begitu bersemangat, apalagi saat menyemangati para pemain Indonesia dalam final Sea Games XXVI cabang olah raga sepak bola melawan Malaysia?Pertandingan sengit itu harus ditutup dengan kekalahan Indonesia saat adu pinalti dengan para pemain Malaysia. Apa karena kekalahan Indonesia tersebut yang membuatku tak bersemangat hari ini? Apalagi ditambah dengan komentar pedas dari para kawan-kawan warga 406 tentang aksi para pemain Indonesia semalam. Atau kalau tidak, karena aku tidak mandi malam itu karena bela-belain nonton final Indonesia vs Malaysia. Kurasa bukan semuanya.

Thursday, November 17, 2011

Sinopsis Moga Bunda Disayang Alloh - Tere Liye

Melati, gadis kecil berusia 6 tahun dengan segala keterbatasannya meskipun dia dilahirkan di keluarga kaya yang sangat harmonis serta selalu menyayanginya. Keterbatasan melati tidak diderita sejak lahir tapi 3 tahun yang lalu, dia terkena brisbee yang perlahan dan pasti penglihatan, suara dan pendengarannya terenggut sehinnga dia benar-benar teputus dari dunia ini. Ibunya tak lelah memohon dan berusaha untuk kesembuhan melati. Namun, Melati sama sekali tidak menunjukkan perubahan dan hampir setiap hari terdengar barang dilempar hingga pecah berkeping-keping.

Di tengah keputasaan yang mendera, si ibu mendapat informasi tentang seorang pemuda yang dapat menyembuhkan Melati. Pemuda itu tidak terlihat sebagai penyembuh karena dia adalah pemabuk, suka keluyuran tidak jelas arahnya. Pemuda itu bernama Karang. Akan tetapi si ibu tetap menaruh harapan yang besar pada pemuda itu walau masih setengah tidak percaya. Awalnya Karang juga tidak mau membantu si ibu, tetapi ada kekuatan istimewa yang menolongnya sehingga dia tergerak untuk membantu gadis bisu, tuli, dan buta itu.

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

“Daun yang jatuh tak pernak membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.”

“Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.”

Ayahku (Bukan) Pembohong - Tere Liye

Kisah ini menceritakan kehidupan seorang anak laki-laki yang bernama Dam. Dam memiliki ayah yang dikenal orang-orang sebagai sosok yang sederhana dan selalu jujur, seorang lulusan master terbaik dari sekolah hukum terbaik di Eropa yang alih-alih memilih jadi hakim agung atau pejabat tinggi, malah memutuskan untuk menjalani hidupnya sebagai pegawai golongan menengah. Itulah mengapa sejak kecil Dam juga dididik dengan hidup sederhana.

Ayah Dam adalah seorang petualang ketika muda dulu. Dia sering sekali menceritakan kisah-kisah petualangannya ke Dam. Bagi Dam yang sejak kecil tak pernah dimanjakan dengan hadiah-hadiah, kisah-kisah ayahnya menjadi salah satu hal terbaik yang bisa ia dapatkan.

Suku Penguasa Angin–Lembah Bukhara–Kisah Si Nomor Sepuluh–Kisah Si Raja Tidur–Danau Para Sufi! Ayah Dam sungguh seorang pengkisah yang hebat. Dam sering menjadikan kisah-kisah ayahnya sebagai motivasi dalam memaknai hidupnya. Namun semuanya itu tiba-tiba berubah menjadi bumerang ketika Dam mulai meragukan cerita ayahnya–Dia merasa ayahnya tidak lebih dari seorang pendongeng selama ini.

Tuesday, May 10, 2011

Sendiri Malam Ini

Dan di kesendirianku seperti inilah aku menulis. Menulis kata-kata yang justru keluar dari diriku yang lain. Entah aku ada berapa. Tapi yang ku rasa, aku tak banyak. Aku cukup jelas dalam memasang muka, mengekspresikan keadaan diriku yang sesungguhnya. Saat aku senang maka aku akan tertawa lebar menampakkan muka yang penuh keceriaan. Dan ketika aku sedih, marah, tidak suka, maka aku akan diam diri, menampakkan muka kusam dan orang bilang aku seperti hendak makan orang. Biarlah. Aku bukan tipe-tipe orang yang bisa sembunyi di balik senyuman. Senyuman yang bahkan orang tak tahu apakah aku senang atau justru sedih. Terkadang aku berpikir, perlu juga muka seperti itu. Aku tak perlu orang tahu kalau aku sedang marah, sedih atau kesal. Buat apa itu semua diperlihatkan pada orang lain? Namun, aku kembali ke diriku sekarang. Terlalu susah bagiku untuk merubah aku yang tercetak seperti ini sejak dulu. Dan aku kurang lihai untuk belajar bermuka dua.

Sunday, May 08, 2011

Mawar

Aku tumbuh dari sebuah biji kecil yang rapuh dan tak bernyawa. Hingga suatu hari datanglah seorang petani bersama istrinya. Mereka terlihat begitu keletihan. Dengan berbekal air botol yang tinggal setengah, sang petani tak letih mencangkul ladangnya yang saat ini musim kemarau. Sementara itu sang istri tengah sibuk mencabuti gulma yang mengganggu tanaman jagung yang mereka tanam sebulan yang lalu. Di tengah kesibukan sang suami, sang istri sejenak istirahat dipinggir ladang. Sambil memperhatikan banyaknya gulma dan rerumputan yang harus ia cabut, ia melirik ke arahku. Ia tertarik dan mengambilku pelan. Aku yang saat itu lemah tak berdaya hanya bisa tersenyum simpul.
Melihatku sang istri petani itu merasa iba. Ia membawaku ke bagian ladang yang paling subur dan menanamku disana. Aku pun diberi sedikit air minum pasangan petani itu. Padahal aku yakin benar, mereka begitu kehausan.

Saturday, May 07, 2011

Kata Ajaib

Ada tiga kata yang sangat ajaib
Yang bisa mengubah hidup kita
Caranya mudah saja
Dengarkanlah dan ikuti aku
Yang pertama, katakan tolong
Setiap kau minta bantuan
Yang kedua, terima kasih
Saat ada yang datang membantu
Lalu ketiga, ucapkanlah maaf
Jika kau sakiti siapa pun
Katakan semua setulus hati
Dan keajaiban akan terjadi

Pernah dengar lagu di atas belum? Sebuah lagu ciptaan Tere yang dinyanyikan oleh Dara yang saat ini usianya sekitar 10 tahun. Tiga Kata Ajaib, sebuah lagu sederhana namun memiliki makna yang luar biasa, selalu ada keajaiban dibalik 3 kata tersebut.
Coba kita sadari, di usia kita sekarang ini, seberapa seringkah kita menerapkan 3 kata ajaib itu? Tolong, Terima Kasih, Maaf. Begitu sederhana namun tanpa kita sadari jarang sekali kita menggunakan kata itu.

Saturday, February 26, 2011

Malam Sebelum 3 Hari yang Lalu

Ku berada dalam keadaan yang berbeda dari yang ku bayangkan. Seharusnya kini ku berada dalam kesendirian di sebuah ruangan yang menjadi tempatku berteduh dari hujan dan panas. Ku ingin di saat itulah aku merenungi tentang siapa dan bagaimana aku. Tapi keadaan berubah. Sekarang ku berada di sebuah kontrakan bernomor 23, tempat kedua sahabatku tinggal. Dan kini ku menduduki singgasana sahabatku. Pojokan dekat pintu. Tempat yang baginya menjadi sumber inspirasi untuk menuangkan segala keluh kesahnya. Dan aku pun mulai membuktikan kehebatan tempat ini. Walaupun sebenarnya belum ada bayangan tentang apa yang aku tulis, namun ku coba ketikkan kata demi kata membentuk sebuah kalimat yang terangkai menjadi paragaf tak berarti. Sahabatku yang satu tengah asyik membaca sebuah novel buah karya Habiburrahman El Shirazy. Sementara sahabatku yang satu nya lagi menikmati acara televisi yang sama sekali tak menggelitik jiwaku untuk menontonnya. Namun, tiba-tiba ia beranjak mengambil laptop yang sama persis dengan Acep ku hanya sekedar mengecek account facebooknya. Aku pun melanjutkan mengetik sambil mencari-mencari bahan untuk ditulis.

Thursday, February 24, 2011

Kucing

Pagi ini ku dapati sesuatu yang aneh di depan kosku di jalan Jati VI. Saat itu waktu baru menunjukkan 4.36 pagi. Walau berat ku memaksakan diri membuka mata untuk segera menemui Dia yang Maha Kuasa. Ku bangkit dari tempat tidurku yang tidak empuk itu dan segera meraih gagang pintu yang diam tak seperti handphoneku yang berdering membangunkanku. Hingga sesuatu yang aneh itu hadir di depanku, membelalakkan mataku.
Rasa tak percaya bergelayut dalam pikiranku. Ada 3 sosok yang 2 diantaranya berwarna putih. Ku coba meraba salah satunya. Lembut dan halus. Tak ada  suara. Segera ku berlalu dari 3 makhluk itu karena ku takut aku kan telat menemuiNya.
Aneh. Sebenarnya tak aneh karena 3 makhluk bertulang itu adalah kucing. Tapi menurutku terasa aneh karena yang ku lihat itu adalah sebuah keluarga kucing. Sang bapak tiduran di bangku yang panjangnya lebih dari 1 meter. Sementara anak kucing yang sudah lumayan besar tengah tidur bersama induknya di keset depan pintu. Terlihat mesra dan bahagia.
kucing tidur

Wednesday, February 16, 2011

My Long Trip

3 Hari yang Lalu
Tiga hari yang lalu aku menciummu
Ciuman pertama dari lubuk hatiku

STOP!
Mungkin demikianlah yang terjadi saat membaca judulnya, apalagi mereka, Flanella Suka. Para fans dari sebuah band yang berasal dari Malang, Flanella. Mereka akan melanjutkan judul ini dengan bernyanyi sesuai lagu yang berada di album pertama Flanella. Dan bagi kalian yang tak mengenal Flanella, mungkin akan bertanya-tanya, sebenarnya apa yang ku katakan barusan.
Yah, ini adalah sepenggal kisahku, bagian dari hidupku. Tak masalah kalau tak ada yang membaca. Aku pun heran mengapa aku menulisnya. Tapi menurutku, tulisan ini akan memberikanku sebuah senyuman saat ku tak muda lagi. Yang akan menjadi kenangan dan mungkin bisa ku ceritakan ke anak cucu. 

Wednesday, February 09, 2011

Ibarat lagu, inilah soundtrack blog ini.....


AKU BISU KARENA MEREKA
Ku pandangi tiap tetes air hujan yang membasahi bumi pertiwi. Tetesannya menyuarakan sebuah nyayian indah yang menghantarkanku pada sebuah lamunan. Namun, apa yang aku lamunkan belum sempat mengendap dalam pikiranku karena percikan air yang menerobos masuk melalui jendela kamarku memaksaku tuk terbangun dari khayalan tak menentu. Ku tutup jendela yang mulai basah dan ku rebahkan tubuhku di atas kasur yang bertemankan guling dan bantal. Berharap bunga tidur lebih menenangkan hati daripada lamunan yang menghasilkan khayalan tak pasti.
Dunia memang tak adil bagiku. Semua tak pernah ku dapati. Bahkan, sebuah mimpi indah pun tak mau bersarang dalam tidurku. Ku terbangun dari tidur siangku yang singkat dan mendapati mataku yang basah. Ku yakin benar ini bukanlah air hujan yang masuk melalui ventilasi di atas jendela yang tertutup. Ku yakin ini adalah air mata, buah dari mimpi burukku. Sebuah mimpi yang menempatkanku sebagai makhluk yang paling hina. Mimpi yang semakin memberatkanku menjalani hidup ini. Mimpi yang tak hanya sekedar menjadi bunga tidur karena mimpi ini benar-benar menggambarkan kehidupan nyataku. Aku dihina karena aku bisu. Aku bisu karena orang-orang disekelilingku tak memberikan kesempatan untukku berbicara, keluarkan apa yang ingin aku katakan.

Wednesday, January 26, 2011

Dia yang Tak Jelas 2

aku tak tahu apakah aku layak mengepostkan ini atau tidak, karena lagi-lagi aku ingin bercerita tak jelas tentang dia. dia yang mulai kabur tak jelas dan menghilangkan. bagaikan lampu pada honda jazz dosenku yang akan semakin tak terlihat saat dia pulang ke rumahnya. dan aku pun juga semakin tak mengerti tentang sebuah kejelasan. ku merasa galau karena keadaan yang semakin tak jelas.
Baiklah ku coba mendeklarar semua. terserah dia dia dia mau bilang apa setelah membaca ini. senang, sedih, merasa bersalah, terharu, menangis, guling2, loncat2. terserah, ku hanya ingin segalanya terdeklarasi seperti program yang selama beberapa hari ini memakan jam tidurku. aku pun harus berterima kasih pada dia, dia yang selalu setia temani jam malamku.

Saturday, January 15, 2011

Dia yang Tak Jelas

Aku tak tahu apa arti hadirku baginya. Tapi aku senang jika aku bisa menghadirkan suatu keceriaan baginya. Tapi aku juga takut jika aku yang membuat keceriaan itu dan aku juga yang akan menghapusnya. Dan jauh lebih parah dari itu, aku tak tahu apa yang mesti aku lakukan.
 Kini ku larut dalam sebuah khayalan. Lamunan yang mungkin 70% tak mungkin ku lakukan karena dalam benakku tergambar jelas raut muka penuh harap akan kedatanganku dan di sisi lain ku membayangkan kebahagian dan rasa bersalah yang bersarang dalam diriku. Rasa yang mungkin akan menghantuiku. Tapi, haruskah ku korbankan apa yang aku impikan?
Aku semakin tak jelas dalam penggambaran diriku saat ini karena hatiku masih mengganjalkan sesuatu yang lain selain apa yang aku ungkapkan tadi. Bukan karena dia yang lain, dia dan dia yang selalu mendoakan keselamatan dan kebahagiaanku atau dia yang selalu hadir di saat aku butuh dalam aku senang maupun susah atau dia yang siap mencabut pedangnya yang tertanam di kala aku menjadi aku yang lain. Bukan juga dia yang berbaik hati memberikan sepotong sale pisang di saat aku tengah sibuk mengerjakan ‘dia’ yang tak bernyawa. Aku juga tak mengganjalkan dia, dia yang begitu kesal dengan wajahku yang tak tahu sebabnya mengapa ia begitu kesal, atau dia yang tak peduli atau tak menunjukkan kepeduliannya padaku, atau dia selalu berlebihan dalam memperlakukanku dan sebenarnya aku tak suka itu. Hah, terlalu banyak dia membuat otakku semakin kacau.