Wednesday, January 26, 2011

Dia yang Tak Jelas 2

aku tak tahu apakah aku layak mengepostkan ini atau tidak, karena lagi-lagi aku ingin bercerita tak jelas tentang dia. dia yang mulai kabur tak jelas dan menghilangkan. bagaikan lampu pada honda jazz dosenku yang akan semakin tak terlihat saat dia pulang ke rumahnya. dan aku pun juga semakin tak mengerti tentang sebuah kejelasan. ku merasa galau karena keadaan yang semakin tak jelas.
Baiklah ku coba mendeklarar semua. terserah dia dia dia mau bilang apa setelah membaca ini. senang, sedih, merasa bersalah, terharu, menangis, guling2, loncat2. terserah, ku hanya ingin segalanya terdeklarasi seperti program yang selama beberapa hari ini memakan jam tidurku. aku pun harus berterima kasih pada dia, dia yang selalu setia temani jam malamku.

Saturday, January 15, 2011

Dia yang Tak Jelas

Aku tak tahu apa arti hadirku baginya. Tapi aku senang jika aku bisa menghadirkan suatu keceriaan baginya. Tapi aku juga takut jika aku yang membuat keceriaan itu dan aku juga yang akan menghapusnya. Dan jauh lebih parah dari itu, aku tak tahu apa yang mesti aku lakukan.
 Kini ku larut dalam sebuah khayalan. Lamunan yang mungkin 70% tak mungkin ku lakukan karena dalam benakku tergambar jelas raut muka penuh harap akan kedatanganku dan di sisi lain ku membayangkan kebahagian dan rasa bersalah yang bersarang dalam diriku. Rasa yang mungkin akan menghantuiku. Tapi, haruskah ku korbankan apa yang aku impikan?
Aku semakin tak jelas dalam penggambaran diriku saat ini karena hatiku masih mengganjalkan sesuatu yang lain selain apa yang aku ungkapkan tadi. Bukan karena dia yang lain, dia dan dia yang selalu mendoakan keselamatan dan kebahagiaanku atau dia yang selalu hadir di saat aku butuh dalam aku senang maupun susah atau dia yang siap mencabut pedangnya yang tertanam di kala aku menjadi aku yang lain. Bukan juga dia yang berbaik hati memberikan sepotong sale pisang di saat aku tengah sibuk mengerjakan ‘dia’ yang tak bernyawa. Aku juga tak mengganjalkan dia, dia yang begitu kesal dengan wajahku yang tak tahu sebabnya mengapa ia begitu kesal, atau dia yang tak peduli atau tak menunjukkan kepeduliannya padaku, atau dia selalu berlebihan dalam memperlakukanku dan sebenarnya aku tak suka itu. Hah, terlalu banyak dia membuat otakku semakin kacau.