Dia Bukan "Huper Man"

Tuesday, September 26, 2017
Kembali masuk ke dalam tim IT membuatku ingat saat dulu magang di Polman Astra. Aku bersama satu orang temanku, ditempatkan di bagian MIS yang saat itu hanya ada satu orang yang bertanggung jawab. Saking terpesonanya dengan satu orang ini, yang mana dia juga sebagai atasan kami, kami memberikan dia julukan "Huper Man."

Baca tentang : Our "Huper Man"

Disini, di tempatku yang baru, aku menemukan seseorang yang emm... mungkin mirip dengan Huper secara kerjaan.

Dia bukan atasanku. Secara struktur organisasi, aku dan dia berada di level yang sama. Namun, dia lebih senior dan status kepegawaian kami berbeda. Di proyek yang sedang kami kembangkan, secara natural dia menjadi pemimpin proyek. Dia yang mengarahkan aku dan teman-teman yang lain tentang apa yang harus kami kerjakan.

Rupanya, pekerjaan dia tak sebatas proyek pengembangan perangkat lunak. Dia yang tahu jaringan, server, pengadaan barang, dan hal-hal yang berkaitan dengan IT. Setiap kali ada telpon, pasti namanya yang disebut. Dia dipercaya bisa memecahkan setiap permasalahan yang ada. Mungkin disinilah kemiripan dia dengan Huper. Mereka sama-sama sibuk mengurus kebutuhan IT dan memenuhi keperluan user.

Dulu melihat Huper yang begitu sibuk, aku terpesona karenanya. Dia pekerja keras, bahkan 'Shinobi pun kalah', begitu kata temanku.

Baca tentang : Shinobi pun KALAH

Namun, ketika aku melihat dia, yang juga dibutuhkan banyak orang, tak sedikitpun aku terpesona olehnya. Mungkin karena dia memang bukan Huper Man. Dari segi teknikal, mereka memiliki kemampuan yang sama (walaupun sebenarnya aku merasa Huper lebih jago. LOL). Namun, yang begitu kentara diantara keduanya adalah soal etos kerja dan manajemen.

Bekerja bersama Huper, membuat kami belajar tentang "Kerja Keras". Timeline pengerjaan proyek selalu dipantau setiap saat olehnya. Kami selalu direview; progress sampai dimana, kendalanya dimana, jika tidak tercapai kapan bisa dikejar. Tak berhenti sampai disitu, Huper akan membantu jika kami menemukan kendala. Bahkan rela pulang malam datang pagi hanya untuk mencarikan solusi bagi permasalahan kami.

Baca tentang : Huper "Kerja Keras"

Berbeda dengan Huper, dia lebih santai. Sak tekane, begitu kalau orang Jawa bilang, sesampainya saja. Dia menargetkan sesuatu tanpa membuat time schedule. Dan ketika sudah diujung tanduk, dia yang biasa saja sambil mencari strategi selanjutnya. Tapi ya gitu, kurang greget, kurang cak cek.

Sejauh ini aku mencoba membantu dengan membuatkan 'coret-coret' dokumentasi berupa alur kerja, jadwal kegiatan, dan hal-hal yang ketika akan dipaparkan orang lain, mereka akan mengerti apa yang sedang kami kerjakan. Dokumentasi tersebut aku print dan ku berikan padanya. Harapannya dia bisa menjelaskan ke atasan bahwa "ini lho yang kami kerjakan, yang perlu dipertimbangkan ini dan itu, bisa tercapai di bulan ini kalau begini", itulah ekpektasiku. Tapi kenyataannya, ketika aku menyerahkan dokumentasi itu kepadanya, dia hanya berkata,"ini jangan gini, ya ini udah benar." Dia mengoreksi dokumentasi tersebut, tapi ketika sudah selesai aku merevisi, dia tidak menanyakan kembali, tidak memintanya lagi. Sudah, selesai.

Kenapa dia begitu? Karena dia bukan Huper Man.

*Link berisi tulisan milik @qintanaa

2 comments:

  1. Ku terharu di mention.. Haha
    Hanya ada satu Huper Man di dunia ini kak...

    ReplyDelete

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.