Listrik Naik, Ini Solusinya

Friday, June 23, 2017
Akhir-akhir ini sering terdengar keluhan listrik naik. Iya nggak sih? Tidak hanya satu dua, tapi banyak. Di keluargaku pun demikian.

Saat ditinggal Bapak ke Bandung, akulah yang membeli Token listrik. Dalam waktu 40hari, aku sudah dua kali membeli token listrik senilai 100.000,- Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi ibuku,"kok listriknya boros banget ya? Padahal pemakaian juga biasa-biasa aja." Ganti hari aku mendengarkan curhatan temanku yang merasa tagihan listriknya membengkak. Diiring pula status-status di Facebook yang menyuarakan hal yang sama.

Di Grup WA, iseng seorang kawan bertanya kepada salah satu teman kami yang bekerja di PLN mengenai kenaikan tarif listrik ini.

"Tdk ada kenaikan mas bro, subsidi tetap ada untuk masyarakat yg memang patut dan berhak d subsidi" begitu katanya.

Penjelasannya pun ditambahkan dengan men-share tulisan berikut.

Listrik Naik atau Subsidi yang Dicabut?

Tulisan saya ini bersumber dari kegelisahan saya melihat banyak teman sosmed yang mengeluh terhadap biaya listrik yang membengkak.

Beberapa hari lalu saya hadir dalam sebuah acara bincang bersama yang diadakan kementrian ESDM, TNP2K dan PLN yang didalamnya membahas soal pencabutan subsidi listrik. Teman teman bisa search hastag #listrikrakyatmiskintidaknaik

Ada beberapa fakta yang saya ingin informasikan tentang kenapa TDL bagi pengguna listrik 900 VA naik.

1. Dari data kementrian ESDM di tahun 2016 ada 23.13juta rumah tangga yang menggunakan listrik 900VA bersubsidi,  padahal yang benar benar membutuhkan dan perlu disubsidi dari data TNP2K adalah hanya 4.3 juta saja. Tentu data ini sangat jomplang.

2. Subsidi yang diterapkan oleh pemerintah adalah 700+ rupiah tiap 1KwH nya, fakta lainnya adalah yang lebih banyak menggunakan listrik adalah masyarakat kaya dimana dalam satu rumah terdapat lebih dari 3 barang elektronik (kulkas,  kipas bahkan ac) dan artinya masyarakat kaya lah yang lebih banyak menggunakan listrik subsidi. Selain itu di lapangan banyak ditemukan masyarakat yang curang dengan menggunakan meteran lebih dari 1 untuk mengakali kebutuhan daya listrik dirumahnya.

3.  Jadi sebetulnya harga per KhW di bulan juni ini tidak naik namun kembali ke angka yang seharusnya karena subsidinya telah dikembalikan pada mereka yang membutuhkan

4. Jika merasa tidak mampu,  jangan mengeluh di sosmed,  langsung minta surat pengantar ke rt rw dan lanjut ke kecamatan dan kelurahan. Katakan bahwa kamu adalah masyarakat tidak mampu dan pemerintah akan menilai melalui survey langsung. Apabila memang dinyatakan tidak mampu maka subsidi akan diberikan kembali ke kamu.

Buat yang mampu tapi masih ngeluh dengan keputusan pemerintah,  lebih baik dipikirkan lagi.

Tambahan :

Yang dialihkan subsidinya hanya 900va. Yang 450va TETEP DISUBSIDI

Mungkin sebagian dari kita sudah membaca tulisan tersebut di Facebook atau media lain. Apa pendapatmu?

Iya sih masih banyak daerah yang belum teraliri listrik. Tapi ya gimana ya?

Diluar dari itu, aku sih penasaran, temanku yang tadi menjelaskan, jika dia tidak kerja di PLN, apakah dia akan pro dengan pencabutan subsidi ini? Ataukah dia ikut mengeluh di sosmed?

Mungkin bagi kalangan menengah ke atas, pencabutan subsidi ini tidak akan menjadi masalah besar. Ia akan mengalokasikan sedikit lebih banyak untuk biaya listrik. Tapi hal itu lumayan berasa untuk kalangan menengah ke bawah. Anggaran biaya listrik yang naik akan mengurangi jatah anggaran biaya yang lain.
Dan sekarang, yang bisa kita lakukan saat ini hanyalah mengurangi pemakaian listrik dan menghindari vampir listrik, sesuai himbauan dari Kementrian ESDM.

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.