Pengalaman Pasang Iklan di OLX

Tuesday, January 24, 2017
Beberapa waktu yang lalu aku mendapatkan hadiah MacBook di acara Employee Day. Sedari awal aku memutuskan untuk menjualnya, untuk itu aku sengaja tak membukanya. Aku membuka kemasan luarnya saja hanya untuk melihat seberapa tipis MacBook itu dan seperangkat isinya apa saja. Aku tak menyalakannya karena takut harganya jatuh jika pernah dipakai. Lagipula aku bukan tipe orang yang terobsesi dengan barang-barang mewah, sehingga aku tak penasaran bagaimana isi dari si Mac.

Bulan November aku mencoba menjual MacBook yang aku punya di aplikasi OLX dengan memasang harga 11,5juta, asumsiku si Mac bisa terjual dengan harga 10jt. Tak lama dari pasang iklan, banyak yang menghubungiku untuk melakukan penawaran. Sayangnya, harga dari mereka tak memenuhi ekspektasiku. Ada yang bersedia bayar 10jt, tapi nggak jelas. Dia dari Tasikmalaya, minta ketemuan di Jakarta Pusat karena kebetulan dia akan pergi ke Jakarta. Eh, nggak tahunya dia malah ke Yogyakarta. Ya sudahlah, mungkin memang belum jodoh. Ada juga yang nawar 9jt, COD di Bogor. Duh jauh, lagipula aku belum rela lepas di angka 9, bagaimanapun juga aku baru memilikinya dan belum pernah ku nyalakan. Semakin kesini, masih ada yang menawar namun harganya begitu jauh, 7jt dengan alasan kantong pelajar.

Pada akhirnya, aku menonaktifkan iklanku di OLX. Lelah, tak ada yang sesuai dengan keinginanku. MacBook aku biarkan 'lumutan' di lemari.

Hingga akhir Desember, menjelang bonus akhir tahun dibagikan, ada teman kantorku yang mencoba membuat penawaran. Aku sengaja tak menyebutkan angka dan ternyata dia pun melakukan hal yang sama. Dia tak menanyakan harga dariku, pun tak menyebutkan berapa yang bisa dia berikan. Baiklah, ku rasa dia tak benar-benar serius menginginkannya.

Tahun 2016 sudah berlalu. Aku sudah tak terlalu memikirkan si Mac. Biarkan saja dulu dia mendiami lemari yang perlahan mulai penuh. Hingga hari Sabtu kemarin (21/01), seorang teman, sebut saja Mr. Ex, mengingatkanku akan si Mac. Dia menanyakan gimana kabar MacBook itu.
"MacBooknya masih ada?"
"Masih."
"Owh, jadinya mau dipakai? Bisa buat program-program gitu nggak sih?"
"Enggak."
"Lah elo belum pakai tuh laptop?"
"Belum."
"Lha terus ngapain? Buruan lah dijual. Ntar makin lama makin turun lho."

Aku lantas berpikir, "Daripada laptop itu diam tak dipakai, bukankah lebih bermanfaat jika dipakai orang lain?!" Misalnya begini;
Bulan ini aku mati-matian di harga 10jt, ternyata tidak ada yang berminat membeli.
Bulan depan aku tawarkan di harga 9jt dan ternyata ada yang tertarik.
Kenapa nggak dari bulan ini aku lepas di harga 9jt?
Bukankah akan lebih memberi manfaat bagi yang membeli? Toh aku juga tidak menggunakannya.

Dengan modal pemikiran seperti itu, akhirnya aku pasang iklan lagi di OLX. Kali ini dengan harga yang jauh dari sebelumnya. Aku pasang harga 9jt, entah berapa yang nanti ku dapatkan, aku membatasi di angka 8.

Ternyata responnya cepat juga. Hari Senin (23/01) malam aku pasang iklan, ada 2 orang yang mencoba melakukan penawaran. Satu dari dua menyatakan tertarik dan serius untuk melakukan transaksi dengan memasang angka yang sanggup dia bayar. Akan tetapi, dia mempertanyakan garansi dari si Mac. Berhubung mesti cek dulu ke Apple Support, aku akan memberikan informasi di hari berikutnya.

Hari ini, Selasa (24/01) ada tiga orang yang menanyakan apakah iklan MacBook di OLX masih available tidak? Harga pas nya berapa? Bekasi nya daerah mana?

Aku menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Akan tetapi, berhubung sebelumnya sudah ada yang menyatakan serius ingin membeli, maka aku memprioritaskannya. Pagi hari aku sibuk mencari tahu bagaimana mengecek masa garansi si Mac. Setelah dicek, ternyata dari serial number yang dimasukkan, tanggal pembelian si Mac tidak bisa divalidasi.

Aku pun mencoba menghubungi Apple Support di nomor : 0800 1 027753 (ternyata gratis nelpon ke nomor tersebut) dan sang operator pun mempertanyakan nota pembelian si Mac. Tanpa nota pembelian itu, masa garansinya sudah dinyatakan expired  karena MacBook itu keluaran Mid 2013.

Aku pun menyampaikan hal itu ke mas-mas yang semalam bertanya. Bagaimanapun dia harus tahu. Rupanya, dia tak mempermasalahkannya dan mengajak ketemuan untuk melihat langsung barangnya. Jika OK, dia akan langsung membayarnya.

Aku menawarkan hari esok, ternyata dia memilih hari ini saja. Tak masalah, karena ketemuannya di Harapan Indah, sesuai yang ku harapkan. Kami akan bertransaksi disana.

Saat chatting dengan teman yang lain, aku diwanti-wanti agar saat COD (Cash On Delivery), aku jangan datang sendiri, "kalo sendirian, mending diresechedule. nanti kalau kamu diculik, kasian yang nyuliknya."

Menjelang pukul 18.00 WIB, si Masnya menghubungiku kembali, memberikan jam dan tempat ketemuan. Oke, tak masalah. Yang jadi masalah, apakah tak apa jika aku berangkat sendiri, atau aku harus mengajak orang lain, sesuai saran dari temanku?

Aku mulai membayangkan yang tidak-tidak. Misalkan nanti ketemuan, ternyata dia tidak jadi membeli, dan waktu aku pulang ternyata aku diikuti dari belakang, dan tiba-tiba MacBook itu akan dirampas. Atau jika nanti aku ternyata di hipnotis dan menyerahkan si Mac dengan suka rela.

Duh, semua pikiran buruk itu menggelayuti pikiranku. Namun, bukankah selama ini aku selalu sendirian dan semuanya baik-baik saja. Lagipula, niatku baik, dan InsyaAlloh dengan bantuan doa, tak ada hal buruk yang akan terjadi. Kalaupun memang terjadi sesuatu, ya berarti itu takdir, sudah jadi nasibku.

Aku mencoba untuk berpikiran positif. Selain itu, Mas nya juga mengabari bahwa dia berangkat dari Sudirman naik kereta. 'Kayaknya orang ini aman. Dia tak membawa kendaraan pribadi, artinya dia tak bisa mengikutiku saat pulang.' Aku pun bismillah berangkat sendiri. Lagipula kami janjiannya di tempat makan, pasti ramai banyak orang. Jalan menuju rumahku juga jalan raya. InsyaAlloh semua aman terkendali.

Sesampainya disana, aku langsung mengenalinya, baju kotak-kotak lengan pendek warna ungu, sesuai info yang dia berikan. Wajahnya agak berbeda dari foto profil WhatsApp-nya. Tapi dilihat dari penampilannya, sepertinya dia bukan orang yang mencurigakan. 

Dia mulai mengecek si Mac dan menyatakan ketertarikannya. Sayangnya, harga yang aku tawarkan melebihi budget yang dia punya. Akhirnya, kami muter-muter di percakapan yang sama membahas harga deal nya berapa. 

Ahh... sepertinya dia tahu kalau aku orangnya nggak tegaan. Aku sudah menurunkan harga, dia masih bertahan di angka yang sama. Setelah debat tak kunjung usai, akhirnya aku mengalah. Dia lantas mengeluarkan handphone-nya untuk mentransfer sejumlah uang sesuai kesepakatan. Setelah memastikan bahwa uang tersebut sudah masuk ke rekeningku, aku pun menyerahkan si Mac. Transaksi selesai.
serah terima
Aku pun pamit undur diri dan pulang tanpa rasa was-was. Salah satu alasan kenapa pada akhirnya aku memberikan harga murah padanya karena dia memang sedang membutuhkannya. Dia ingin menjadikan si Mac sebagai partner kerja yang akan selalu dibawa kemana-mana khususnya saat tugas keluar kota. Semoga saja Mac betah bersamamu ya Mas. Tolong jaga dia baik-baik :D

No comments:

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.