Perjalanan Hijabku

Wednesday, September 23, 2015
Pertama kali aku mengenakan jilbab adalah ketika aku masuk SMA. Bukan karena hidayah khusus atau kejadian-kejadian tertentu yang membuat aku memutuskan untuk berhijab. Aku berjilbab karena permintaan orang tuaku. Aku pun menurut. Toh, kakak perempuanku juga dulu diminta orang tua untuk berhijab setelah memasuki masa SMA dan dia tak masalah dengan permintaan orang tuaku tersebut.

Alhasil, aku adalah satu dari dua orang yang berjilbab di kelasku. Saat itu tahun 2007. Belum banyak muslimah-muslimah yang mengenakan hijab. Mereka masih bisa dihitung jari, dan aku termasuk di dalamnya. Namun, aku tak pernah merasa terbebani dengan keadaan tersebut.

Model jilbab yang aku kenakan setiap hari ke sekolah adalah model bergo yang langsung pakai, tanpa butuh peniti satu pun.
Aku saat SMA
Alasannya sederhana; karena aku tak suka ribet. Apalagi SMA ku dulu bel masuk pukul 06.30 WIB dan aku sudah harus siap dijalan menanti angkot pukul 05.40 WIB. 

Selain itu, jilbab masih belum booming dan model-model jilbab pun belum beranekaragam. Aku pun menyukai model bergo yang simple ini. Dan untuk kegiatan-kegiatan di luar sekolah pun, aku mengenakan jilbab bergo.
Aku di luar sekolah
Hingga aku kuliah, aku masih belum bisa move on dari jilbab bergo. Mungkin karena sudah saking nyamannya, dan ga suka di-ribet-kan dengan jilbab yang pake peniti.
Aku saat kuliah
Akan tetapi, saat kuliah, aku bukan lagi satu dari dua orang yang berjilbab di kelasku. Justru teman-teman yang tak berhijablah yang bisa dihitung dengan jari. Dan tentu saja aku senang dengan keadaan tersebut. Aku sering takjub dengan cerita-cerita kawanku yang mengenakan hijab karena mendapat hidayah. Ada yang orang tuanya tidak menyetujui anaknya memakai hijab karena sudah terlanjur beli seragam pendek, hingga sang anak (temenku) rela menabung, menyisihkan uang jajannya hanya untuk membeli seragam panjang dan hijab. Luar biasa bukan?

Dari teman-temanku, aku menemukan beberapa model mengenakan jilbab. Dan jarang dari mereka yang memakai jilbab bergo sepertiku. Satu dari mereka pun berkata, "Mi, kamu tuh udah kuliah masih aja pake kerudung kayak gitu. Mbok pakai jibab segiempat, biar kelihatan lebih rapi dan dewasa."

Aku sudah lupa bagaimana kalimat itu diucapkan oleh temanku. Namun, intinya aku harus mencoba jilbab model lain, selain bergo. Aku pun menurutinya, belajar memakai jilbab segiempat meski dipakai ala kadarnya tanpa dimodel apapun.
Aku dengan jilbab segiempat
Melihat begitu simplenya aku berjilbab, temanku mengajariku satu model berjilbab meski sederhana, namun kelihatan lebih cantik.Lipat kerudung segiempat menjadi bentuk segitiga. Pakai dengan posisi pas di tengah. Sisi kanan ditarik ke atas dan sisi kiri ditarik ke kanan. Jadilah seperti ini...
Aku dengan jilbab model baru
Perlahan aku meninggalkan jilbab bergoku. Satu persatu aku menambah koleksi jilbab segiempat. Warna ini warna itu, koleksiku semakin lengkap.

Model jilbab pun perlahan mulai mencuat. Tutorial berhijab pun mulai bermunculan. Namun, karena aku orang yang tak suka ribet. Maka model berjilbab seperti inilah yang menjadi andalanku...
Model 1

Model 2
Model yang (sedikit) aneh bervariasi pun hanya ku kenakan saat acara-acara tertentu. Misal saat kondangan, lebaran, atau momen-momen yang mungkin hanya terjadi setahun sekali, seperti saat Hari Kartini waktu itu.
Jilbab dengan sedikit variasi
Aku bukan orang yang mengikuti mode, khususnya dalam berjilbab. Sama halnya ketika pashmina muncul dan bisa dipakai dengan model yang begitu variatif seperti model-model ini:
Model memakai hijab variasi
(Sumber : http://jilbabmurah.net/)
Beberapa tahun belakangan, jilbab terlihat lebih modif sehingga banyak muslimah memutuskan memakai hijab. Entah niatnya karena Alloh, entah karena ingin terlihat lebih cantik, adanya hijab variasi mampu menarik hati para muslimah. Mereka mencoba bermacam tutorial untuk mendapatkan model yang mereka inginkan.

Dan aku, meski aku mengakui Mbak-Mbak dengan hijab variasi itu terlihat cantik, aku tak terlalu berminat mencobanya. Aku merasa kurang nyaman dengan penampilan seperti itu. Dan pastinya aku justru lebih fokus pada jilbab dibanding dengan kegiatan yang ku lakukan.

Meski begitu, aku tetap punya pashmina lho... ya walaupun modelnya biasa saja; standart;
Aku dengan pashmina
Menurutku, apapun model jilbab yang dipakai, yang paling penting adalah kita merasa nyaman mengenakannya. Bisa dikatakan nyaman ketika aku tak peduli dengan apa yang dikatakan orang mengenai jilbabku.

Misalnya ada orang yang berkata: "Jilbabnya tipis banget ya... Lehernya kelihatan... Rambutnya juga..."
Ketika pernyataan itu ditujukan kepadaku, dan aku menjadi kepikiran, berarti aku tak nyaman dengan jilbab yang ku pakai. Sebisa mungkin aku menyiasati jilbabku agar aku merasa nyaman, mungkin dengan bahan jilbab yang lebih tebal atau dirangkap dengan jilbab lain agar tidak terlalu menerawang.

Aku memang belum benar-benar berhijab syar'i, tapi aku selalu berusaha memakai hijab yang nyaman di hati yang mampu melindungiku dari pandangan-pandangan yang membuatku risih.


5 comments:

  1. kalo saya pake jilbab senangnya kerudung segi empat :)

    ReplyDelete
  2. Saya juga suka mbak. Tapi makenya suka yang sesimple simplenya hehehe

    ReplyDelete
  3. jilbab segi4 selalu jadi andalan ya. sukses GAnya :))

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah bila sudah mulai nyaman. Sukses untuk GA-nya.

    ReplyDelete
  5. tetap semangat mbak..smoga makin lama kita makin baik, amin

    ReplyDelete

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.