AYO KITA NAIK GUNUNG! - Turun Gn. Prau dan Pulang

Wednesday, November 12, 2014
09 November 2014. Perjalanan pulang yang mendebarkan.

"Saur... saur..."
Pagi itu sungguh ramai. Aku masih bersembunyi di sleeping bag yang membungkus tubuhku. Ku lihat kanan kiriku. Mbak Issa, Anggun, dan Mbak Medha masih di posisi yang sama denganku. Kami mengeluhkan betapa ramainya keadaan di luar.

Ku tatap tenda, sepertinya sudah terang. Aku teringat akan melihat sunrise di pucuk Gn. Prau bersama-sama. Namun, rasanya sudah terlambat. Ku lihat jam di tangan kiriku. Pukul 05.00 WIB. Ah.. sudahlah.

Aku beranjak dari tidurku. Mendengar keadaan luar yang ramai, mungkin saja para pria di tenda sebelah sudah memasak air dan menyiapkan segelas susu untuk kami semua.

Saat aku akan keluar tenda, ku lihat seseorang membuka pintu tenda. Ahaa.. segelas susu datang.. dan ternyata itu hanya anganku belaka. Rupanya Fredy yang membuka pintu tenda, dan melihat aku yang keluar pertama dari tenda, dia hanya berkata, "Mi, masak air ya." Lantas dia berlalu mengambil sajadah untuk sholat.

Toeng. Ku lihat tenda cowok. Tutup.

Baiklah, aku masak air. Para cewek keluar satu persatu dari tenda setelah menunaikan sholat subuh.

Sementara itu, di tenda cowok, pintu tenda mulai terbuka dan nampak Mas Affan yang masih tak mau beranjak keluar tenda.

"Gue kangen Jakarta yang panas."

Heuheu.

Air yang ku masak sudah mendidih. Susu campur coklat pun siap menghangatkan tubuh kami. Selanjutnya, giliran kami cewek-cewek menunjukkan kepiawan kami dalam memasak. Hiahaha. Menu kami pagi itu: nasi + sayur bayam + telur goreng + sarden.

Yes! Makanan sehat!

Acara masak memasak agak diributkan dengan air yang terbatas. Di gunung Prau tidak ada sumber air. Jadi, air benar-benar harus dipersiapkan dari bawah. Oia, kalau ada yang ingin buang air kecil/besar, cukup sediakan tisu basah dan carilah semak-semak yang aman. Oke?!

Lanjut memasak..

Air yang kami bawa masih cukup untuk memasak. Pertama kami masak nasi. Berhubung kami membawa dua kompor, kami bisa sekaligus masak bayam.

Potong bayamnya. Sosis. Bakso. Jagung. Kupas bawang merah. Potong kecil-kecil. Jangan lupa kunci.

Semua bahan makanan untuk sayur bayam sudah siap.

Masak air. Tumis bawang merah dengan menggunakan mentega. Setelah itu masukkan bawang merah yang sudah ditumis ke dalam air yang masih terus dimasak. Selanjutnya masukkan sosis, bakso, daun bayam, jagung, dan kunci yang dipotong kecil-kecil. Semua bahan sudah masuk, tinggal diaduk-aduk. Jangan lupa tambahkan gula pasir, garam, dan penyedap biar tidak berasa hambar. Sayur bayam sudah siap. Hahha.

Di tengah-tengah kami memasak, seseorang keluar dari tenda cowok. Mas Hendri.

"Kayaknya di Moskow nggak sedingin ini."

Hahhaha.

Acara memasak masih terus lanjut. Saatnya masak telur. Mbak Medha dan Mbak Issa sepertinya sudah ahli dalam hal ini. Telur ditambah jagung, sosis, bakso, semua dicampur jadi satu. Dan berhasillah kami membuat orak-arik telur. Yey.
Masakan kami
Kami makan dengan lahap meski nasinya sedikit agak keras. Hasil masakan kami lumayan juga. Sehat pula. Benar-benar pagi yang indah.
Selamat makan :D
Setelah kenyang, kami mulai beberes. Packing untuk turun gunung dan pulang. Meski terasa sangat singkat, namun sungguh menyenangkan.

Satu persatu barang dikeluarkan dari tenda. Matras, carrier, plastik-plastik, semua keluar. Tenda mulai dibongkar. Siapa lagi kalau bukan para pria yang membongkarnya. Kami para wanita justru sibuk mengepaki barang masing-masing.
Packing pulang
Selesai tenda dibongkar, barang-barang yang jadi milik bersama dibagi-bagi. Tak lupa sampah-sampah dikumpulkan menjadi satu.

Yosh! Sekitar pukul 08:00 WIB kami sudah siap dengan bawaan kami masing-masing. Sebelum turun, kami sempatkan untuk berfoto-foto terlebih dahulu. Sayangnya, hari tengah berkabut. Puncak-puncak gunung tak begitu jelas terlihat.
Lihat kabutnya..
Pukul 08:30 WIB kami turun gunung. Tapi kami tak melewati jalur saat kami naik kemarin. Kami memilih rute yang berbeda. Via Dieng. Kami akan melewati Bukit Teletubies. Menurut tetangga tenda yang pulang lebih dulu dari kami, di Bukit Teletubies ada orang yang memakai kostum teletubies dan jika ingin foto dengannya, maka cukup keluarkan uang Rp. 5.000,- Percaya tidak percaya, kami tetap melanjutkan perjalanan.

Langit tak menunjukkan hari akan hujan. Baguslah untuk berfoto-foto ria.



Rute turun Gn. Prau via Dieng atau Kali Lembu ini memang jauh dibandingkan via Patak Banteng (jalur waktu naik). Namun, jalannya lebih manusiawi. Kami pun berjalan santai sambil menikmati pemandangan.

FYI, kami tidak menemukan teletubies di Bukit Teletubies.

Pukul 11:30 WIB kami mulai memasuki perkebunan warga. Kebetulan waktu aku melintas, ada beberapa petani yang tengah panen wortel. Jadilah aku, Anggun, dan Mbak Issa ditawari wortel yang sedang mereka panen.

Wortel :3
Kami benar-benar sampai basecamp pukul 12:00 WIB. Setelah menyerahkan sampah yang kami bawa turun dan mengambil kartu identitas (Mas Affan) yang ditinggal, kami segera berburu bus menuju Purwokerto. Tiket kereta kepulangan kami ke Jakarta pukul 16:30 WIB. Mungkinkah bisa kekejar?

Awalnya kami berniat untuk carter mobil langsung menuju stasiun Purwokerto. Namun, saat ditawari dengan harga Rp. 800.000,- kami melangkah mundur.

Tak sempat berpikir panjang lagi, kami akhirnya naik minibus dari Patak Banteng ke terminal Wonosobo pukul 12:30 WIB. Rp. 15.000,- kami keluarkan untuk minibus itu.

Kami sampai di terminal Wonosobo pukul 13:30 WIB. Saatnya berpisah dengan Mbak Issa. Hiks.

Tak lama mengucapkan salam perpisahan, kami langsung dihadapkan dengan para sopir angkutan.

"Pak kita ngejar kereta jam setengah lima Pak di Purwokerto."

"Ayo, naik ini aja. Langsung jalan. Tapi cuma bisa sampai terminal. Ke stasiunnya nanti bisa naik taksi atau angkot. Ayo!" Kata sopir minibus yang akan membawa kita ke Purwokerto.

"Bener nih Pak langsung jalan? Nggak bisa langsung stasiun? Kereta kita setengah lima. Masih bisa nggak Pak?"

"Bisa bisa. Ayo!"

Akhirnya kami naik minibus Bapak tadi. Kami cukup mengeluarkan uang Rp. 20.000,- untuk menuju Purwokerto.

Pukul 13:30 WIB. Kami cukup was was apakah kami bisa tiba tepat waktu. Kami benar-benar pasrah.

Pukul 15:00 WIB baru saja kami meninggalkan Banjarnegara dan memasuki Purbalingga. Aku yang kebetulan duduk di sebelah Pak Supir iseng bertanya, "Pak,  sampai Purwokerto berapa lama lagi?"
"Satu jam lah."

Waktu terasa begitu cepat. Pandanganku tak lepas dari jam di tangan. Sesekali berbisik pada Anggun dan Mbak Medha. "Bisakah kita sampai tepat waktu?"

Sementara itu, ku lihat Pak supir tengah menjalankan tugasnya dengan baik. Dia berusaha memenuhi apa yang menjadi komitmennya yaitu membawa kami tepat waktu di Purwokerto.

Pak sopir mengemudikan minibus dengan gagah berani. Dia menyelip motor dan mobil yang ada di depannya. Ngebut tapi masih aman. Dia membawa kendaraan ke jalanan yang tak biasa. Dia tak lepas dari handphone di tangannya. Menurut Mas Hendri, Pak Sopir menelpon teman-temannya menanyakan apakah jalanan yang akan dilewati macet atau tidak. Benar-benar super sekali Pak sopir yang satu ini. Dalam hati aku berkata, "kalaupun nanti kami telat naik kereta, aku nggak akan menyalahkan Pak supir ini. Dia telah berusaha sebisa mungkin."

Sekitar pukul 15:30 WIB, aku dan Mbak Medha melambaikan tangan tanda 'selamat tinggal Purbalingga dan selamat datang Purwokerto'.

Kami mulai harap-harap cemas. Namun sekali lagi Pak supir menunjukkan rasa tanggung jawabnya. Sebelum kami tiba di terminal, Pak supir bertanya, "mau naik angkot atau taksi ke stasiunnya?" Kami sepakat naik angkot, mengingat kami beramai-ramai.

Beberapa menit kemudian, Pak Supir menghentikan angkot kosong untuk kami. Beruntungnya Pak tukang angkot berbaik hati membawa kami ke stasiun dengan harga yang murah Rp. 4.000,-

Dan akhirnya, sebelum tepat pukul 16:30 kami telah berhasil memasuki peron dan duduk manis di Serayu Malam yang akan membawa kami kembali ke kota masing-masing. Kami pulang dengan hati bahagia.

Terima kasih semuanya. Perjalanan ini begitu indah.

((selesai))

3 comments:

  1. Mantab bener dah petualangannnya ini bu, saya jadi teringat pas mendaki gunung argopuro waktu SMA stelah baca artikel ibu ini.. Rasanya jadi semangat mendaki lagi ^^

    ReplyDelete
  2. Hahahah :D saya juga jadi teringat waktu ikut temen-temen PA di kampus waktu menajak gunung :3 saya merasa lemah sekali.. hehehhe

    ReplyDelete
  3. Dari dulu pengen banget mendaki gunung tapi belum kesampaian :(

    ReplyDelete

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.