Buah Kesabaran

Friday, September 27, 2013
Bersabar bukan berarti menunggu pasif. Bersabar bahkan bisa terwujud dalam sebuah ihktiar tiada henti, dan kita sabar apapun hasilnya.

Bersabar bukan berarti tidak melakukan apapun. Bersabar bahkan bisa terbentuk dalam sebuah usaha besar menakjubkan, dan kita sabar melewati rintangan dan cobaan dalam upaya tersebut.

Apakah kita bersabar? Jika, iya, bersabarlah dgn cara itu.

*Tere Liye
Jika definisi sabar seperti kata Tere Liye di atas, maka kami telah bersabar. Ya, kami, para penghuni terakhir kampus. Siapakah kami sebenarnya? Apakah kami benar-benar sudah bersabar?

Sebagai seorang fresh graduate yang tentunya sudah melewati sidang dan dinyatakan lulus, keinginan untuk bekerja begitu menggebu. Informasi tentang lowongan pekerjaan selalu menjadi kebutuhan nomor satu.

Demikianlah yang aku dan teman-teman seangkatan, khususnya teman-teman sekelasku, rasakan. Tahun ini adalah tahun terakhir kami kuliah. Beruntungnya kami kuliah di Polman Astra. Meski tak langsung di salurkan ke perusahaan Astra Group, tapi informasi lowongan kerja begitu cepat kami terima. Bahkan beberapa perusahaan Astra Group membuka rekruitmen khusus untuk mahasiswa Polman Astra sebelum kami dinyatakan lulus.

April 2013. Rekruitmen dari beberapa perusahaan sudah mulai diadakan. Sekali lagi ku katakan, beruntungnya kami kuliah di Polman Astra. Proses rekruitmen, khususnya tahap psikotes, diadakan di Polman Astra.

PT. AHM, PT. ADM, PT. Aishin. Setiap Sabtu di bulan April kami datang ke Polman Astra untuk mengikuti proses rekruitmen. Beberapa dari kami lolos ke tahap interview, namun sebagian yang lain harus bersabar karena dinyatakan tidak lolos.

PT. Akebono, PT. UD Truck, PT. TAM. Proses rekruitmen dari perusahaan masih terbuka untuk kami. Dan lagi, beberapa dari kami lolos ke tahap interview, namun sebagian yang lain harus bersabar karena dinyatakan tidak lolos.

Demikian pula untuk PT. Adashi, PT. Agit.

Juli 2013. Seusai masa magang selesai, satu dari kami sudah mendapatkan pekerjaan dan memulai kehidupan barunya. Aku dan teman-teman yang lain pun kembali bersemangat untuk segera mengirim CV kembali. Namun, bulan Ramadhan tiba. Tak ada perusahaan yang membuka rekruitmen. Kami pun fokus menyelesaikan TA, apalagi sidang di depan mata.

Agustus 2013. Kami semua telah selesai sidang. Di sela-sela revisi, kegalauan menerpa kami. Setelah lulus akan kemanakah kami semua?

Awal September 2013. Beberapa dari kami sudah memulai kehidupan barunya. Kini hanya menyisakan segelintir orang yang tetap bertahan, yang selalu datang ke perpustakaan. Mengerjakan revisi, sembari menggalau bersama. Sesekali menonton film demi mengusir kejenuhan. 
Pertengahan September 2013. Satu per satu dari kami yang tersisa mulai 'pergi', menyusul teman yang lain, memulai kehidupan baru. Lagi-lagi, menyisakan kami, segelintir orang yang (masih saja) tetap bertahan. Kami lah para penghuni terakhir kampus.

Hari berganti hari. Kami sudah tak lagi ke datang ke kampus. Ada rasa malu dalam diri kami masing-masing. Apalagi saat ditanya "Sekarang dimana?", "Kerja dimana?", dan segala pertanyaan yang senada. Pertanyaan-pertanyaan itu seketika menggalaukan kami.

Meski tak lagi bertemu di kampus, kami, para penghuni terakhir, tetap tak putus komunikasi, apalagi untuk urusan lowongan pekerjaan. Setiap kali ada info loker, aku selalu menjarkom. Dan saat proses rekruitmen dimulai, kami selalu janjian "datang jam berapa?", "bawa apa aja?"

Begitulah kami. Bukankah kami cukup bersabar? Kami selalu ikhtiar menebar CV kemana-mana dan kami harus bersabar dengan hasil yang kami peroleh. Kegagalan memang menurunkan mental kami, namun bukan berarti semangat kami padam. Jenuh, kami semua jenuh. Sebulan setelah sidang, pekerjaan kami hanyalah menunggu, menunggu, dan menunggu. Menunggu proses rekruitmen dibuka. Menunggu SMS/telpon yang mengabarkan hasil seleksi.

Yah, ku rasa kami cukup bersabar. Dan aku yakin, kesabaran kami akan membuahkan hasil. Hasil yang terbaik. Terbaik dari Alloh SWT untuk kami :)
***
Secara pribadi, sebulan lebih bertittle 'jobless' begitu mengganggu, apalagi mengingat teman sekosanku, Intan, sudah mulai kehidupan barunya semenjak awal bulan September. Di pagi hari ketika aku masih terlelap, dia sudah rapi memakai seragam kerjanya, bersiap menyongsong hari baru. Malam hari, di saat aku seharian dilanda kebosanan, dia datang dengan ceritanya tentang kejadian yang dialami di kantor, rekan-rekan kerjanya, dan tentang pekerjaannya.

Meski demikian, ku rasa masih ada beberapa hal yang bisa ku syukuri dengan keadaanku saat ini.
1.  Semakin dekat dengan teman-teman
Merasa senasib sepenanggungan, aku justru merasa lebih dekat dengan teman-teman, terutama para penghuni terakhir. Terbiasa menggalau bersama, saling bertukar kabar, berbagi informasi.

2. Kosanku menjadi secret chamber
Semenjak kami jarang ke kampus, teman-teman sering berkumpul di kosanku. Kosanku memang yang paling dekat dengan kampus. Selain itu, saat genting-gentingnya pengumpulan Tugas Akhir, kosanku sering menjadi tempat penginapan gratis bagi teman-temanku.
kosanku ^^
3. Pengalaman tentang 'jalan' bertambah
Berhasil masuk ke tahap 'interview user' merupakan sesuatu yang patut disyukuri karena setelah berhasil melalui tahap tersebut, maka proses selanjutnya yaitu tes kesehatan yang hampir 100% bisa dipastikan tidak akan gagal kecuali memiliki penyakit yang kronis.

Sayangnya, aku tak pernah bisa menakhlukkan user. Padahal sebagian besar rekruitmen, aku sudah berhasil masuk tahap interview user. Mungkin, jika dibandingkan dengan teman-teman yang lain, akulah orang yang paling banyak bertemu dengan user.

PT. Aishin : Imam, Lia, Intan, Siti, aku
PT. Akebono : Imam, Lia, Intan, aku
PT. ADM: Yuli, aku
PT. Agit: Ari, Pundut, aku
PT. AAL: Pilay, aku
PT. IAMI : Wiwit, Angga, aku

Rasanya ingin tertawa melihat data di atas, dimana aku hampir bertemu dengan teman yang berbeda saat melakukan interview user.

Akan tetapi, hikmah yang bisa diambil, aku menjadi tahu banyak soal jalan. Hal ini dikarenakan interview user selalu dilakukan di perusahaan yang bersangkutan. Otomatis pengalaman 'jalan-jalan'-ku juga bertambah. (Baca postingan ini)

4. Lebih dekat dengan Tuhan
Setuju atau tidak, kita justru merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta saat kita berada di titik terendah dimana kita sedang memiliki hajat/keinginan. Ketika kita berada di puncak, kita sering terlena dan lupa bersyukur.

Begitulah denganku. Keadaanku saat ini membuatku merasa lebih dekat dengan-Nya. Sholat menjadi lebih khusyuk, sholat malam lebih rajin, dan sholat dhuha agak rutin. DIA pun menjawab doa-doaku. Dan aku berharap, kedekatanku dengan Nya akan terus berlanjut, apapun keadaanku, saat di bawah maupun di atas.

5. Mandiri dan sendiri
Biasanya, kemana-mana aku selalu ditemani Intan, teman sekosanku. Pergi ke kampus selalu bersama dia dengan mengendarai Ova, motor Intan. Kini, setelah dia masuk kerja, aku menjadi lebih mandiri. Ketika teman-teman ke kampus, aku pun ke kampus dengan pergi sendirian jalan kaki. Ketika teman-teman tak ke kampus, maka aku sendirian di kosan seorang diri.

Biasanya saat jam makan malam selalu membeli makan bareng Intan, maka kali ini aku harus membeli sendirian dan harus puas makan sendiri karena Intan biasa lembur dan pulang hingga larut malam.

Kesendirian dan kemandirian ini membuatku lebih berani.

and the last...
Ketika kau merasa hidupmu terpuruk, cobalah lihat dari sisi yang lain, 
Maka kau akan dapatkan banyak hal yang masih bisa kau syukuri,
Jangan pernah kau mengeluh, jangan pernah mengutuk kehidupan,
Karena hidup itu indah ^^

5 comments:

  1. selalu ada hikmah yg terjadi disetiap kejadian, moga cepet dpt kerjaan yh mba

    ReplyDelete
  2. Semangatt ! Saya pernah merasakannya hehehe

    ReplyDelete
  3. semangat yaakkk.. aku juga pernah ngrasain jadi pengangguran pasca wisuda.. chhaayyoooo :)

    ReplyDelete

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.