Pengalaman itu Mahal

Saturday, May 25, 2013
Jika Raisa di telivisi bertanya, "Diwarnaiin ngga ya rambutku?", maka Raisa di Mimoyoja bertanya
Apa sih hal yang paling bermakna dalam hidup kalian? Dan kenapa demikian?

Pengalaman. Itulah jawabanku. Mengapa? Karena pengalaman adalah guru terbaik.
Ya, pengalaman khususnya pengalaman diri sendiri merupakan hal yang paling bermakna dalam hidup. Dengan pengalaman, kita bisa belajar banyak hal. Belajar untuk tidak mengulang kesalahan yang sama dan belajar untuk berbuat lebih baik dari yang sebelumnya. Dari pengalaman juga, kita akan bisa mencicipi manisnya kesuksesan karena pengalaman merupakan bagian proses yang harus dilewati.

Masih ingatkah kita pertama kali kita bisa berjalan, pertama kali kita belajar naik sepeda, motor, dan sebagainya? Pasti kita pernah merasakan sakit saat jatuh, lutut lecet berdarah. Namun, pengalaman jatuh itulah yang membuat kita bisa lancar berjalan dan mengendarai sepeda, motor, dan lain-lain.
Setidaknya itulah gambaran mengapa pengalaman merupakan hal yang paling bermakna dalam hidup. Lantas, pengalaman apa saja yang paling bermakna dalam hidupku?
Pengalaman atas setiap peristiwa yang terjadi padaku. 

Kata ibuku, pengalaman itu mahal harganya. Oleh karena itu, ibuku jarang melarangku untuk ini dan itu, pergi kesana dan kesitu, dan segala macam larangan lainnya. Menurut beliau, dari pengalaman aku akan bisa berpikir tanpa butuh penjelasan mendetail. Dari pengalaman pula aku bisa bercerita banyak hal. Walaupun sering kali pengalaman itu membutuhkan ‘pengorbanan’.
Saat itu, aku masih kelas XI, dengan malu-malu dan agak takut, aku meminta ijin pada ibuku.
“Bu, tahun ini, SMA ku ngadain wisata ke Bali. Aku boleh ikut ngga?”
“Ya, kalau kamu mau ikut, ya ikut aja.”
“Tapi, bayarnya lumayan mahal.”
“Memangnya berapa?”
“Rp 560.000, itu nanti belum termasuk uang jajannya, Bu. Gimana?”
“Ya udah, ikut aja, ntar Ibu kasih uangnya.”
“Beneran, Bu?” tanyaku girang.
“Pengalaman itu mahal harganya. Belum tentu nanti-nanti kamu berkesempatan pergi kesana.”
“Makasih, Bu.”

Ya. Untuk mendapatkan sebuah pengalaman terkadang kita harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Namun, ingatlah selalu bahwa pengalaman itu jauh lebih mahal.
Jika waktu itu ibuku tidak mengijinkan aku ikut pariwisata karena biayanya yang cukup mahal, mungkin saat ini aku hanya bisa berangan-angan Bali itu seperti apa ya? Enak sekali orang-orang yang pernah ke Pulau Dewata itu? Seberapa banyak bule yang berkunjung disana? dan segala macam angan-angan serta bayangan tentang Bali.
Akan tetapi, karena aku telah ‘berkorban’ untuk sebuah pengalaman, maka kini aku bisa bangga saat aku menceritakan kisahku di Bali. Saat naik kapal menyebrangi lautan menuju Bali, saat pertama kali menjejakkan kaki di Pulau Dewata. Menyenangkan sekali.
Aku dan teman-teman di Sangeh, Bali
Itu salah satu wujud pengalaman yang membutuhkan sebuah pengorbanan untuk mendapatkannya. Pengorbanan tak selalu berwujud uang, namun juga bisa waktu, tenaga, jasa, dan lain sebagainya.
Pengalaman tidak melulu hal-hal yang menyenangkan seperti pengalaman jalan-jalan ke luar negeri, merasakan mobil mewah, atau kejadian seru lainnya. Namun, bisa saja pengalaman itu berupa kejadian yang menyakitkan dan menyedihkan.

Salah satunya adalah pengalamanku saat nyaris kena tipu waktu berbelanja di ITC, kejadian yang menyita waktuku untuk mendengarkan ocehan para SPB nakal itu. Membuatku begitu ketakutan akan tatapan matanya, kepintaran kata-katanya hingga aku nyaris terbuai olehnya untukku menyerahkan sejumlah uang. Namun, dari pengalaman itu aku memperoleh banyak pelajaran baru, salah satunya agar aku selalu waspada dan hati-hati dimana pun aku berada.
Itulah hebatnya pengalaman, hal yang paling bermakna dalam dalam kehidupan, mengajarkan banyak hal, menjadi cerita di masa mendatang dan langkah awal setelah mengalami keterpurukan.

Ingat, seorang koki professional pasti pernah membuat masakan yang ke-asin-an. Seorang ‘dewa’ programmer pernah mendapati error sana sini. Seorang pembalap hebat pasti pernah mengalami kecelakaan, trabakan, dan sebagainya. Namun, orang-orang hebat itu menjadikan kegagalannya, keterpurukannya, ketidakberhasilannya sebagai pengalaman yang berharga untuk mendapatkan pengalaman yang lebih indah, menjadi seorang koki internasional yang bisa keliling dunia, seorang programmer yang bisa membuat aplikasi sempurna, dan seorang pembalap yang selalu menjadi juara.

Eits, satu lagi. Pengalaman membuat kita bisa lebih bersyukur atas diri kita. Mengapa bisa begitu? Saat kita mendapatkan pengalaman yang indah (contoh: jalan-jalan ke suatu tempat, makan makanan lezat, dan lain sebagainya), tentu sudah seharusnya kita bersyukur. Dan saat kita mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan, kita bisa lebih bersyukur karena dengan pengalaman tersebut kita bisa melangkah ke depan dengan lebih baik. Pengalaman memang hal yang paling bermakna dalam hidup.

Postingan ini diikutsertakan Mimoyoja's Giveaway 1st Anniversary and 200+ followers

4 comments:

  1. Pengalaman memang guru terbaik untuk kita,
    Setiap kegiatan, seseorang akan mendapatkan pengalaman yang berbeda walaupun pada suatu kegiatan yg sama

    ReplyDelete
  2. "Pengalaman membuat kita bisa lebih bersyukur atas diri kita."

    Setuju sekali. Pengalaman membuat kita jadi "kaya", kaya hati dan kaya pikiran.

    ReplyDelete
  3. Waaah..aktif juga ya ngebolgnya ^^

    saya juga pas ke Bali naik kapal laut dan itu pengalaman pertama saya dan seru banget bareng sama teman" rasa ketakutan itu pun hilang.

    Salam kenal ^^

    ReplyDelete
  4. ya itulah hebatnya pengalaman ^^

    @Titis Ayuningsih: salam kenal juga, menyenangkan bisa punya pengalaman naek kapal laut.. haha :D

    ReplyDelete

Terima kasih telah mengunjungi Wamubutabi :)
Silahkan tinggalkan jejak ^^

Powered by Blogger.